Quote:
dokumentasi "VERSI" elektronik-ku ini bermaksud membiasakan menggunakan " LESS PAPER " ,serta "PENGHORMATAN ATAS KEBEBASAN BERPENDAPAT,BEREKSPRESI,& BERKREASI," utk menyampaikan informasi,dalam "AKTIVITAS HARIAN".. beberapa "ada" yang dikutip dari berbagai sumber yang *inspiratif* jika ada yg kurang berkenan mohon dimaklumi,jika berminat utk pengembangan BloG ini silahkan kirim via email. mrprabpg@gmail.com...Thank's All Of You

running text

Search This Blog

sudah lihat yang ini (klik aja)?

Friday, October 21, 2011

Jaga Harga Sawit

Saat ini harga minyak sawit mentah [baca: CPO/crude palm oil] sedang fluktuatif. Baru dua hari berada di atas level US$1.000 per metrik ton setelah naik dari US$900 per metrik ton yang bertahan selama sepekan terakhir, eh sejak kemarin kembali jatuh lagi mendekati level semula. Ada apa?
Ada empat faktor bisa dikemukakan menjawab kondisi tersebut. Pertama, para buyer dari berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat sedang terpukul krisis keuangan sehingga daya beli mereka menurun. Kedua, produksi minyak nabati lain seperti kedelai dan bunga matahari sedang melimpah. Ketiga, sejumlah negara sengaja menahan order pembelian sawit, terutama China dan India, meski kebutuhan mereka cukup besar, bahkan India sedang mempersiapkan hari raya Devawali dimana seyogianya mereka memesan komoditas ini lebih banyak. Dua negara ini agaknya mengetahui sebagai produsen terbesar CPO di dunia, nah ini faktor keempat, Indonesia sedang panen puncak sejak Juli lalu hingga kini.

Apa boleh buat, para produsen CPO mau-tak-mau harus memutar otak untuk menahan harga supaya tak jatuh lebih dalam. Misalnya, dengan mengembangkan pasar ke kawasan lain, seperti ke Timur Tengah, Afrika, dan Eropa Timur, termasuk Rusia serta negara-negara pecahan Uni Sovyet. Tapi bisa pula memacu industri hilir sawit guna mengolah komoditas mentah itu menjadi berbagai produk jadi.

Soalnya, kondisi saat ini, sudah memengaruhi harga tandan buah segar (TBS) di level petani maupun pabrikan. Bayangkan di tingkat pabrikan harga komoditas itu tinggal Rp1300 dari Rp1.500/kg, sedangkan di level petani lebih rendah lagi: sekira Rp1.050 dari Rp1.300/kg. Karena itu, kalau para produsen CPO plus pemerintah lamban mengantisipasi tekanan harga komoditas tersebut alamat petani bakal semakin terpuruk kelak.

Konon pula, siapa tahu, ada peran Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) terhadap tekanan harga CPO di pasar internasional, mengingat asosiasi produsen sawit nasional yaitu Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memutuskan keluar dari organisasi tersebut sejak akhir September lalu karena menganggapnya tidak fair terhadap industri sawit nasional, teutama dalam pengenaan syarat pengelolaan lingkungan. Padahal RSPO memiliki 650 anggota dari 50 negara, termasuk Eropa dan Amerika beserta berbagai perusahaan di sana yang selama ini membeli CPO dari Indonesia.

Kalau iya begitu, maka Indonesia harus berusaha lebih keras menjaga harga komoditas sawit dari tekanan pasar internasional. Caranya, selain mengembangkan pasar dan memacu industri hilir sawit, adalah dengan membesarkan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) guna mengimbangi RSPO. Pasar internasional kelak akan menilai ISPO juga mempunyai standar pengelolaan lingkungan dalam membangun perkebunan sawit, sama halnya dengan RSPO, sehingga mereka tetap menerima komoditas itu dari Indonesia.

Insya Allah, harga CPO segera membaik lagi, demikian pula harga TBS milik petani.
 Sumber : Suara hati MB

No comments:

cari apa aja di OLX

Sponsor By :

TEMBAKAU DELI

Hobies

Momentum