Quote:
dokumentasi "VERSI" elektronik-ku ini bermaksud membiasakan menggunakan " LESS PAPER " ,serta "PENGHORMATAN ATAS KEBEBASAN BERPENDAPAT,BEREKSPRESI,& BERKREASI," utk menyampaikan informasi,dalam "AKTIVITAS HARIAN".. beberapa "ada" yang dikutip dari berbagai sumber yang *inspiratif* jika ada yg kurang berkenan mohon dimaklumi,jika berminat utk pengembangan BloG ini silahkan kirim via email. mrprabpg@gmail.com...Thank's All Of You

running text

Search This Blog

sudah lihat yang ini (klik aja)?

Monday, September 16, 2013

Ganoderma Mengganas, Produksi Sawit pun Menurun

15 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk mengatasi serangan ganoderma pada tanaman kelapa sawit. Bahkan upaya yang dilakukan berbagai pihak hingga kini belum membuahkan hasil maksimal. Dan, sebaliknya serangan makin bertambah dan terus bertambah tiap tahunnya.

Yang berarti kerugian besar bagi petani kelapa sawit. Dan, kerugian ini akan semakin membengkak lagi jika tidak segera dikendalikan.

Ganoderma merupakan jamur tanah (soil borne) yang banyak ditemukan di hutan-hutan primer dan menyerang berbagai jenis tanaman hutan.
Ketika sebuah ekosistem alami yang kompleks berubah menjadi agroekosistem atau kelapa sawit, yang terjadi adalah ganoderma juga menjadi bagian dalam komunitas agroekosistem tersebut.

Penyakit busuk pangkal batang (BPB) kelapa sawit yang disebabkan jamur ganoderma boninense saat ini menjadi penyakit terpenting pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara. Ini disebabkan, tanaman yang terserang ganoderma cepat atau lambat berakhir dengan kematian tanaman.Kemudian, penyakit ini mampu menimbulkan kematian tanaman yang sangat besar yang secara signifikan akan menurunkan produksi kelapa sawit per hektarenya.

Seperti yang diungkapkan Peneliti Proteksi Tanaman dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Dr Agus Susanto MP, selama ini, perusahaan-perusahaan yang memiliki kebun kelapa sawit dalam skala luas sudah mengalami kerugian besar akibat serangan ganoderma.

“Serangan ganoderma ini sudah sangat mengkhawatirkan khususnya pada pertanaman yang sudah generasi 4 - 5 kali replanting dan perkebunan tersebut berada di Aceh, Sumut dan Lampung. Ketiganya sudah memasuki pertanaman generasi ke 4 – 5. Jadi, sudah sangat lama, sedangkan untuk Riau, Kalimantan lebih muda," katanya.

Menurut  Agus, meskipun prosentase serangannya masih 1% namun jika melihat pada dampak serangannya yang mematikan, angka tersebut tidak boleh dianggap enteng. Sebab, hingga kini belum ada obat yang mampu mengendalikanya. Yang ada hanyalah langkah-langkah pencegahan.

Kegagalan dalam mengendalikan ganoderma juga dirasakan pihak perkebunan besar milik negara. PTPN 3 misalnya. Menurut pengakuan Kaur Humas PTPN 3, Irwadi Lubis. serangan ganoderma terjadi hampir di tiap kebun kelapa sawit milik PTPN 3 khususnya yang sudah 4 - 5 kali replanting. Dan, Sebagai solusinya, tanaman yang sudah diserang ganoderma terpaksa diganti dengan komoditas karet.

"Serangannya cepat menyebar, seperti AIDS, tapi kami belum menginventarisir berapa persen yang terserang ganoderma. Yang pasti, di setiap kebun ada terserang. ganoderma itu nggak ada obatnya makanya sakit kepala memikirkannya," kata Irwadi pesimis.

Begitu juga dengan pertanaman kelapa sawit milik PTPN 4. Seperti yang diungkapkan Humas PTPN 4, Syahrul A Siregar, sekitar 5% dari 100.000 hektare tanaman menghasilkan terserang ganoderma. "Umumnya menyerang pada tanaman yang sudah 4 - 5 generasi atau 4 - 5 kali replanting. Dan, kalau sudah menyerang tidak bisa diobati," katanya.

Karena itu untuk mensisatinya, pihaknya mencoba mengganti tanaman baru dengan membuat big hole atau lubang yang dalam di lahan yang akan ditanami kelapa sawit.

Kalau pihak perkebunan besar saja mengeluh dan tidak bisa mengatasi serangan tersebut bagaimana pula dengan nasib petani sawit yang skala pertanamannya antara satu, dua, hingga tiga hektare? Wajar saja, kehilangan produksi yang dialami petani rakyat akibat serangan ganoderma lebih besar. Kalau PTPN hanya berkisar 1 – 5 persen dari luas lahannya maka perkebunan  rakyat tingkat serangannya di atas dari 5%. Ini terlihat dari produksi tandan buah segar (TBS) yang mereka peroleh.

Ilham Maulana, misalnya, petani kelapa sawit di Kecamatan Bilah Hulu, Labuhan Batu ini mengakui akibat serangan hama dan penyakit, khususnya ganoderma, produktivitas TBS kelapa sawitnya turun hingga 30%.

“Serangan ganoderma sudah terjadi sejak 15 tahun lalu dan sampai sekarang banyak petani yang tidak mengetahui cara pengendaliannya. Tanaman yang sudah terserang tumbang dan akarnya busuk," akunya ketika ditemui MedanBisnis, belum lama ini di lokasi pertanaman kelapa sawitnya.

Ketua Serikat Petani Kelapa Sawit, Maruli Sitorus juga mengakui sebagian besar pertanaman kelapa sawit di Labuhan Batu Utara (Labura) terserang ganoderma. Akibatnya, produktivitas menurun tanpa bisa dicegah. "Sudah lama menyerang dan kami tidak tahu cara mengendalikannya," sebutnya.(dewantoro/junita sianturi)
 
Andi Wahab: Perlu Enzim ‘Jinakkan’ Ganoderma
 
para peneliti lebih pusing lagi mencari cara mengendalikan jamur mematikan ini/Medan bisnis
Sulitnya pengendalian jamur ganoderma ini tidak hanya membuat petani sakit kepala memikirkannya, para peneliti lebih pusing lagi mencari cara mengendalikan jamur mematikan ini. Sebagai gambaran kerugian yang disebabkan penyakit ini, pada perkebunan seluas 200.000 hektare yang memasuki generasi penanaman ketiga dan keempat, 1.000 tanaman mati atau sekitar 6 hektare tidak menghasilkan. 
Kerugian akan semakin besar tahun demi tahun secara akumulasi. Sebagai contoh, saat tahun pertama terserang 6 hektare, tahun kedua terserang 12 hektare dan seterusnya.

Karena itu, potensi kerugian meningkat seiring semakin tuanya tanaman, dan semakin produktifnya tanaman.

Dari berbagai sumber yang diperoleh MedanBisnis, gejala awal penyakit ini sulit diidentifikasi dikarenakan perkembangannya yang lambat dan juga gejala eksternal berbeda dengan gejala internal.

Gejala utama serangan ganoderma adalah terhambatnya pertumbuhan, warna daun menjadi hijau pucat dan busuk pada batang tanaman. Pada tanaman belum menghasilkan, gejala awal ditandai dengan penguningan tanaman atau daun terbawah diikuti dengan nekrosis yang menyebar ke seluruh daun.

Pada tanaman dewasa, semua pelepah menjadi pucat, semua daun dan pelepah mengering, daun tombak tidak membuka (terjadinya akumulasi daun tombak) dan suatu saat tanaman akan mati.

Gejala ditandai dengan mati dan mengeringnya tanaman dapat terjadi bersamaan dengan adanya serangan rayap. Pada tanaman belum menghasilkan, saat gejala muncul, tanaman akan mati setelah 7 sampai 12 bulan, sementara tanaman dewasa akan mati setelah 2 tahun. Saat gejala tajuk muncul, biasanya setengah dari jaringan di dalam pangkal batang sudah mati oleh ganoderma.

Jamur ganoderma tergolong ke dalam kelas basidiomycetes. Famili ganodermataceae ini telah dikenal luas sebagai patogen di banyak tanaman termasuk kelapa sawit. Jamur lignolitik umumnya termasuk dalam jamur busuk putih yang digolongkan ke dalam basidiomycetes. Karena itulah, jamur ini lebih aktif menghancurkan lignin dibandingkan golongan lainnya.

Komponen pembentuk dinding sel tanaman adalah lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Dengan demikian, untuk menyerang tanaman, jamur harus menghancurkan ketiga komponen tersebut dengan enzim ligninase peroxidase, selulose dan hemiselulose.

Beberapa spesies ganoderma memproduksi enzim amylase, ekstraseluler, oksidase, invertase, koagulase, protease, renetase, pektinase, dan selulose. Berdasarkan mekanisme infeksi, ganoderma diklasifikasikan ke dalam jamur busuk putih. Jamur busuk putih ini diklasifikasikan berdasarkan kecepatan dan produksi dari enzim lignolitik.

Pakar Enzim di Sumatera Utara, Dr Ing Andi Wahab kepada MedanBisnis, pekan lalu mengatakan, tanaman terserang ganoderma akan menderita akibat menurunnya bobot batang sehingga tanaman tidak mampu memproduksi tandan. Tetapi, kondisi itu bukanlah cendawan yang langsung merusak tanaman, melainkan zat pembusuk yang dihasilkan cendawan.

Dengan adanya zat pembusuk (ibaratnya air liur) inilah cendawan dapat mencerna bahan-bahan organik untuk kelangsungan hidup dan perkembangbiakannya. “Makanya pembasmian cendawan tanpa menangani  zat pembusuk tidak dapat menghentikan pembusukan bagian jaringan tanaman,” jelasnya.

Tetapi, lanjut Wahab, dengan aplikasi FITOFIT, zat pembusuk tersebut akan diblokir enzim yang terkandung di dalamnya, sehingga cendawan tidak dapat mengonsumsi bagian tanaman.

“Tentu cendawan tersebut akan lemah tanpa dibunuh. Makanya, tanaman yang telah rusak akibat serangan cendawan dapat diperbaiki dengan aplikasi FITOFIT tanpa adanya campuran fungisida dan tanpa adanya pemupukan apapun. Jadi, cukup Fitofit saja,” ungkap formulator Fitofit ini.

Dikatakannya, proses penyembuhan tanaman dapat diamati pada sekeliling pangkal batang. Bahkan, pada bagian yang telah rusak parah berupa lubang pelapukan, di mana terlihat adanya pertumbuhan perakaran baru yang sehat dan tahan lama. Setelah perakaran baru tumbuh kokoh pada lubang pelapukan pangkal batang dan pangkal batang sembuh, tanaman mampu berproduksi kembali, seperti tanaman yang tidak terserang cendawan.

“Aplikasi fungisida ataupun pemberian pupuk dapat dilakukan setelah tanaman sembuh yang ditandai dengan pembentukan tunas yang normal ataupun bakal buah. Itu pun jika ada serangan hama yang berat,” jelasnya.(junita sianturi)

Yang Ada Menghambat Perkembangan
 
“Bahkan, untuk membayar Rp 10 juta saja mereka mau, karena untuk mengatasinya sangat sulit.
Peneliti Proteksi Tanaman dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan Dr Agus Susanto MP mengatakan, untuk mencari tahu tentang ganoderma banyak seminar yang telah diikuti perusahaan-perusahaan besar kelapa sawit. “Bahkan, untuk membayar Rp 10 juta saja mereka mau, karena untuk mengatasinya sangat sulit. Itulah sanking pentingnya pengendalian ganoderma itu,” kata Agus dalam obrolannya dengan MedanBisnis, belum lama ini.
 
Seminar-seminar tersebut, kata dia, membahas tentang perkembangan serangan ganoderma dan dampak-dampak aktual mengenai ganoderma.

Yang semuanya bertujuan untuk mengatasi seragannya. Dari sekian banyak seminar tersebut, kemudian terbentuk Konsosium ganoderma Indonesia yang diketuainya sejak 2 tahun lalu. “Begitupun, hingga saat ini belum ada obat yang bisa secara langsung mengatasi ganoderma,” sebutnya.

Serangan ganoderma kata dia, sama dengan serangan kanker yang sudah lama muncul tapi belum juga muncul obat yang bisa mengatasinya secara cepat kemudian kanker tak akan lagi ditemukan. “Jadi, pengendalian ganoderma ini sangat-sangat sulit. Berbeda dengan tanaman lain, misalnya dengan menggunakan fungisida, selesai. Ini tidak. Karena ganoderma ini sumbernya dari dalam tanah, yang kalau sekali kena bisa merembet khususnya di pertanaman yang sudah tua, sudah 3 - 4 generasi pertanaman atau replanting,” ungkapnya.

Namun, demikian, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan secara preventif maupun kuratif. Tindakan tersebut misalnya, dalam penyiapan lahan. Pohon yang ditebang harus dicincang habis agar semua sumber hama dan penyakitnya habis, tidak hanya kumbang tapi juga ganodermanya. Tanpa itu, ganoderma akan muncul kembali.

Selain itu, akarnya juga harus diangkat semuanya dari tanah bekas tanaman yang tumbang. Hal tersebut untuk mengurangi dan mencegah infeksi. Bahkan, sebenarnya, harus ada sertifikasi bahwa tanah tersebut sudah bebas dari ganoderma.

Karena di Sumut sudah endemik ganoderma.Kemudian, penggunaan tanaman yang toleran. Menurutnya, tidak ada tanaman yang benar-benar tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Karena itu, yang bisa dilakukan adalah dengan menghambat sekaligus mencegah penyebarannya. "Tanaman yang toleran itu juga yang selama ini sedang dicari para pemulia," ujarnya.

Langkah selanjut menurut Agus adalah, harus ada upaya biological control, yakni jamur harus diserang dengan jamur. Selama ini, petani sudah sering menggunakan trikoderma ataupun micoryza. Namun, untuk ganoderma, keduanya tidak manjur.

"Terakhir, kalau sudah terkena, harus disanitasi, tanaman yang tumbang harus dicincang habis, sampai akar-akarnya, lalu dibakar. Tapi kalau yang sedang terkena supaya tak menyebar, harus dibuat parit isolasi agar tidak menyebar," ungkap Agus. (junita sianturi/dewantoro)

cari apa aja di OLX

Sponsor By :

TEMBAKAU DELI

Hobies

Momentum