Quote:
dokumentasi "VERSI" elektronik-ku ini bermaksud membiasakan menggunakan " LESS PAPER " ,serta "PENGHORMATAN ATAS KEBEBASAN BERPENDAPAT,BEREKSPRESI,& BERKREASI," utk menyampaikan informasi,dalam "AKTIVITAS HARIAN".. beberapa "ada" yang dikutip dari berbagai sumber yang *inspiratif* jika ada yg kurang berkenan mohon dimaklumi,jika berminat utk pengembangan BloG ini silahkan kirim via email. mrprabpg@gmail.com...Thank's All Of You

running text

Search This Blog

sudah lihat yang ini (klik aja)?

Thursday, September 17, 2015

Harga karet belum membaik

 Harga Karet Masih Tertekan

Medan. Petani dan industri karet di Sumatera Utara (Sumut) terus mengalami tekanan akibat anjloknya harga karet di pasar internasional. Saat ini, harga karet di bursa berjangka Singapura (Sicom) hanya sebesar US$1,2 per kg, sedangkan harga di tingkat petani Rp5.000 per kg.

Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah mengungkapkan, terpuruknya harga karet itu membuat nasib petani dan industri karet di Sumut terombang ambing. "Petani menjual dengan harga yang sangat rendah, industri juga menjual karet di bawah harga modal," katanya kepada MedanBisnis, Selasa (15/9).

Menurut dia, harga normal karet di pasar ekspor seharusnya pada level US$2,5 per kg, dan di tingkat petani minimal di atas Rp10.000 per kg. Jika dulu, petani bisa membeli 2 kg beras dari hasil 1 kg karet, sekarang mereka hanya bisa membeli 0,5 kg beras. Ini artinya harga karet telah berada pada level yang sangat mengkhawatirkan.

Dengan mirisnya kondisi petani karet saat ini, kata dia, mereka tidak meminta ini-itu kepada pemerintah. Ini mungkin karena mereka sudah pesimis dengan harga karet, makanya rata-rata dari mereka menebang pohon karet dan menggantikan dengan tanaman lain. "Dan kondisi ini sudah banyak terjadi di sentra-sentra produksi karet seperti Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Labuhan Batu, Langkat, Simalungun. Banyak tanaman karet yang sudah di tebang," ungkapnya.

Dengan kondisi demikian, masalah karet di Sumut akan semakin panjang. Banyak industri karet terancam kekurangan bahan baku dan tak bisa memenuhi kontrak dengan pembeli. "Apabila terus berlangsung, pabrik karet akan kekurangan bahan baku. Kita juga belum dapat memastikan apa yang akan terjadi kedepannya, bisa saja pabrik karet di sini impor bahan baku. Mudah-mudahan jangan sampai terjadi," harapnya.

Anjloknya permintaan dari sejumlah negara tujuan utama seperti Amerika, Tiongkok, Jepang dan India menjadi pemicu utama rendahnya harga karet saat ini. Negara-negara tersebut mengerem permintaan karena masih terdampak goyangnya ekonomi global akhir-akhir ini.

Seorang petani di Desa Bargot Topong Jae Kecamatan Halongonan Kabupaten Paluta, Syamsuddin Siregar mengatakan, nasib petani karet di daerah tersebut sungguh menyedihkan. Banyak buruh tani yang tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari karena mereka hanya sebagai pekerja, bukan pemilik tani.

Sebenarnya, lanjutnya, sulit untuk mempertahankan profesi mereka namun para petani bingung mau beralih ke profesi lain. Jika beralih ke tanaman sawit, harganya juga tidak stabil dan jika di tanam sawit dilahan karet maka akan mambutuhkan biaya yang besar. "Sekarang ini, bertahan walau menyakitkan. Karenanya, kita sangat berharap harga getah karet naik, apalagi karet yang kami jual katanya dikirim ke luar negeri, kenapa harga karet tidak naik," keluhnya.

Sementara menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), anjloknya permintaan dan harga karet menyebabkan kinerja ekspor komoditas tersebut terus menurun dalam dua tahun terakhir. Pada periode Januari hingga Juli tahun ini misalnya, nilai ekspor karet Sumut hanya sebesar US$699,8 juta atau turun 23,33% dibanding tahun lalu yang mencapai US$912,74 juta.

"Penurunan kinerja ekspor ini sudah terjadi sejak 2013 lalu karena permintaan yang terus lesu dari negara-negara tujuan utama. Hal itu juga yang menyebabkan harga komoditas ini sangat rendah," kata Kepala BPS Sumut, Wien Kusdiatmono.

Keadaan itu juga secara tidak langsung mempengaruhi kinerja ekonomi Sumut secara keseluruhan. Maklum, karet merupakan komoditas utama dalam mendongkrak devisa dari pasar ekspor selain CPO. Tahun ini misalnya, dua komoditas tersebut menguasai lebih 56% dari total devisa Sumut di pasar ekspor. Angka itu bahkan telah mengalami penurunan karena tahun-tahun sebelumnya selalu di atas 70%.

Pengamat ekonomi Sumut, M Ishak mengungkapkan, pemerintah dan pengusaha perlu mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini. "Minimal dengan meningkatkan serapan dalam negeri melalui pengembangan industri lokal," katanya.

Menurut dia, keadaan seperti sekarang ini sangat mengancam kelangsungan hidup jutaan petani karet di Indonesia dan mengancam perkembangan industri karet. Potensi terjadinya PHK di pabrik-pabrik karet akan semakin besar, sementara nasib petani karet juga makin tak jelas.

"Jika dibiarkan dalam waktu lama tanpa ada solusi, maka akan semakin banyak masyarakat yang terjebak dalam jaring kemiskinan. Jika itu terjadi, maka Indonesia akan mengalami kerugian yang sangat besar. Ekonomi akan tetap berjalan lambat," tandasnya. (daniel pekuwali)

No comments:

cari apa aja di OLX

Sponsor By :

TEMBAKAU DELI

Hobies

Momentum