Sebuah artikel menarik lain tentang tanaman Kelapa Sawit yang di sampaikan kepada saya dapat menambah wawasan atau pengetahuan bagi kita generasi Perkebunan yaitu :
Menurut laporan International Energy Agency (2017) menyebutkan bahwa sekitar 90 persen emisi Gas Rumah Kaca (greenhouse gas, GHG) pada udara bumi adalah berupa karbon dioksida (CO2). Kenaikan emisi gas karbon inilah penyebab utama terjadinya pemanasan global (global warming) yang kemudian memicu terjadinya perubahan iklim dunia.
Untuk mengatasi pemanasan global, dua cara sekaligus sedang menjadi gerakan masyarakat dunia saat ini. Pertama, mengurangi emisi karbon melalui pengurangan penggunaan energi fosil dunia. Karena 70 persen dari emisi karbon dunia tersebut bersumber dari energi fosil/BBM dunia. Kedua, menyerap kembali karbon pada udara bumi melalui penanaman tanaman sebanyak mungkin, karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap karbon dari udara bumi yakni melalui proses fotosintesis tanaman.
Tanaman Kelapa Sawit atau kebun sawit ternyata diberikan Tuhan Yang Maha Esa kemampuan menyerap karbon dari udara bumi yang cukup besar. Pohonnya yang bertumbuh cepat dan produksi minyak yang cukup besar, meyerap gas karbon yang cukup besar juga dari udara bumi. Menurut riset Henson (1999) mengungkapkan bahwa setiap hektar kebun sawit menyerap rata-rata 161 ton CO2/ha/tahun. Karbon yang diserap inilah yang digunakan kelapa sawit untuk membentuk tubuh tanaman kelapa sawit itu sendiri dan produksi minyak sawit serta biomas lainya.
Saat ini, Indonesia memiliki kebun sawit seluas 14 juta hektar yang tersebar pada sekitar 200 kabupaten di Indonesia. Dengan luas yang demikian, berarti kebun sawit Indonesia menyerap sekitar 2.2 milyar ton karbon (CO2) dari udara bumi setiap tahun. Jika dihitung nilai jasa kebun sawit dalam menyerap karbon tersebut, nilainya mencapai USD 44 milyar atau sekitar Rp. 600 trilyun per tahun. Sangat berharga bukan?
Udara bumi yang dijejali karbon terutama berasal dari penggunaan bahan bakar minyak bumi (fosil) baik premium, solar yang digunakan kendaraan bermotor, pabrik-pabrik, pernafasan manusia dan hewan-hewan. Lima negara terbesar penghasil sampah karbon ke udara adalah negara-negara maju seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, India dan China. Oleh kebun sawit Indonesia, sampah karbon tersebut diserap yang kemudian disimpan dalam bentuk biomas tanaman kelapa sawit dan juga dirubah menjadi oksigen yang diperlukan manusia, tumbuhan dan hewan setiap hari.
Dengan jasa lingkungan kebun sawit yang membersihkan sampah karbon yang dibuang terutama dari negara-negara maju tersebut, sulit dipahami jika mereka seperti masyarakat Uni Eropa, memusuhi sawit. Juga sungguh menyedihkan para LSM anti sawit yang dibayari masyarakat negara-negara maju untuk memusuhi sawit. Membersihkan sampah mereka kok dibalas dengan memaki sawit. Demikian juga jika ada sebagian masyarakat kita yang ikut-ikutan memusuhi sawit, padahal kebun sawit juga membersihkan sampah karbon yang dibuang oleh kendaraan transportasi kita setiap hari.
Sudah selayaknya kita berterimakasih pada kebun sawit yang setiap hari setia membersihkan sampah karbon yang kita buang ke udara setiap hari, tanpa kita dipungut biaya pembersihan tersebut.
Menurut laporan International Energy Agency (2017) menyebutkan bahwa sekitar 90 persen emisi Gas Rumah Kaca (greenhouse gas, GHG) pada udara bumi adalah berupa karbon dioksida (CO2). Kenaikan emisi gas karbon inilah penyebab utama terjadinya pemanasan global (global warming) yang kemudian memicu terjadinya perubahan iklim dunia.
Untuk mengatasi pemanasan global, dua cara sekaligus sedang menjadi gerakan masyarakat dunia saat ini. Pertama, mengurangi emisi karbon melalui pengurangan penggunaan energi fosil dunia. Karena 70 persen dari emisi karbon dunia tersebut bersumber dari energi fosil/BBM dunia. Kedua, menyerap kembali karbon pada udara bumi melalui penanaman tanaman sebanyak mungkin, karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap karbon dari udara bumi yakni melalui proses fotosintesis tanaman.
Tanaman Kelapa Sawit atau kebun sawit ternyata diberikan Tuhan Yang Maha Esa kemampuan menyerap karbon dari udara bumi yang cukup besar. Pohonnya yang bertumbuh cepat dan produksi minyak yang cukup besar, meyerap gas karbon yang cukup besar juga dari udara bumi. Menurut riset Henson (1999) mengungkapkan bahwa setiap hektar kebun sawit menyerap rata-rata 161 ton CO2/ha/tahun. Karbon yang diserap inilah yang digunakan kelapa sawit untuk membentuk tubuh tanaman kelapa sawit itu sendiri dan produksi minyak sawit serta biomas lainya.
Saat ini, Indonesia memiliki kebun sawit seluas 14 juta hektar yang tersebar pada sekitar 200 kabupaten di Indonesia. Dengan luas yang demikian, berarti kebun sawit Indonesia menyerap sekitar 2.2 milyar ton karbon (CO2) dari udara bumi setiap tahun. Jika dihitung nilai jasa kebun sawit dalam menyerap karbon tersebut, nilainya mencapai USD 44 milyar atau sekitar Rp. 600 trilyun per tahun. Sangat berharga bukan?
Udara bumi yang dijejali karbon terutama berasal dari penggunaan bahan bakar minyak bumi (fosil) baik premium, solar yang digunakan kendaraan bermotor, pabrik-pabrik, pernafasan manusia dan hewan-hewan. Lima negara terbesar penghasil sampah karbon ke udara adalah negara-negara maju seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, India dan China. Oleh kebun sawit Indonesia, sampah karbon tersebut diserap yang kemudian disimpan dalam bentuk biomas tanaman kelapa sawit dan juga dirubah menjadi oksigen yang diperlukan manusia, tumbuhan dan hewan setiap hari.
Dengan jasa lingkungan kebun sawit yang membersihkan sampah karbon yang dibuang terutama dari negara-negara maju tersebut, sulit dipahami jika mereka seperti masyarakat Uni Eropa, memusuhi sawit. Juga sungguh menyedihkan para LSM anti sawit yang dibayari masyarakat negara-negara maju untuk memusuhi sawit. Membersihkan sampah mereka kok dibalas dengan memaki sawit. Demikian juga jika ada sebagian masyarakat kita yang ikut-ikutan memusuhi sawit, padahal kebun sawit juga membersihkan sampah karbon yang dibuang oleh kendaraan transportasi kita setiap hari.
Sudah selayaknya kita berterimakasih pada kebun sawit yang setiap hari setia membersihkan sampah karbon yang kita buang ke udara setiap hari, tanpa kita dipungut biaya pembersihan tersebut.
Sumber :PASPI
No comments:
Post a Comment