Prof Amri Bakhtiar mengungkapkan pihaknya sedang melakukan penelitian untuk mengembangkan teh dari daun tanaman gambir.
"Daun gambir memiliki banyak senyawa katekin yang bermanfaat untuk antioksidan sebagaimana yang ada pada daun teh, sehingga potensial dijadikan minuman kesehatan," katanya Kamis (13/11/2014).
Dia menjelaskan, proses pembuatan minuman dari daun gambir tidak berbeda jauh dengan pembuatan teh pada umumnya.
"Mulai dari pemilihan daun yang baik, kemudian melakukan pencucian, pengeringan hingga perlakuan dalam fermentasi dan menjadi daun teh yang siap disaring untuk menjadi minuman," imbuhnya.
Satu hal yang berbeda dari teh pada umumnya, kata Amri, yakni kandungan senyawa di dalamnya.
Senyawa katekin yang ada pada daun gambir ini tidak mengandung kafein seperti halnya teh sehingga lebih aman untuk dikonsumsi.
Selain itu, memiliki polifenol yang kompleks sehingga optimal untuk antioksidan.
Hanya kelemahannya, kata dia, teh dari daun gambir tidak memiliki aroma yang khas sebagaimana lazim teh pada umumnya.
"Saat ini telah dikembangkan empat varietas untuk daun gambir ini yakni Riau Gadang, Riau Ketek, Cubadak dan Udang," kata dia.
Dia memaparkan, asal nama varietas ini tidak mengacu kepada daerah tumbuhnya, namun yang membedakan yakni bentuk dan warna daunnya.
"Untuk varietas Riau memiliki warna lebih gelap dengan bentuk besar (gadang) dan Kecil (ketek), sedangkan untuk varietas Cubadak memiliki daun yang lebih lebar," katanya.
Lain halnya dengan varietas udang yang memiliki bentuk daun yang sama dengan Riau, namun berwarna merah.
"Sejauh ini teh dikemas dalam bentuk kantong celup dan mulai dipromosikan pada berbagai seminar dan pameran," kata Amri.
Pengembangan teh gambir ini, katanya, telah disampaikan dalam beberapa seminar internasional, di antaranya di Riga, Latvia.
Selain itu, dalam beberapa pameran dan workshop, teh gambir ini telah terjual per bungkusnya seharga Rp5.000.
Bahkan, saat ini telah banyak masyarakat yang memesan dan mengonsumsi teh gambir tersebut.
Dia berharap ke depan teh dari daun gambir ini dapat menjadi salah satu minuman kesehatan alternatif pengganti teh.
Sementara itu, Ketua Lembaga Pengembangan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Unand Herwandi mengapresiasi adanya penelitian teh gambir ini.
"Penelitian gambir ini merupakan bagian dari sasaran riset unggulan Unand pada tahun ini," katanya.
Dia berharap penelitian ini dapat membuka Unand menjadi salah satu sentra penelitian di Indonesia.
Source : Antara
Editor : Yoseph Pencawan
SEPERTI APAKAH GAMBIR ITU?
Teknologi Benih Berperan Dalam Meningkatkan Produksi Gambir
sumber : sumut.litbang.pertanian.go.id
Gambir (Unicaria gambir Roxb) termasuk salah satu jenis tanaman famili Rubiaceae (kopi-kopian). Bentuk keseluruhan tanaman ini seperti pohon bougenvil, yaitu merambat dan berkayu. Gambir sebagai komoditas perkebunan rakyat yang pasar utamanya untuk ekspor. Ekspor gambir Indonesia tahun 2009 mencapai 18.298 ton dengan nilai US $ 38,04 juta (BPS, 2010). Indonesia menguasai 80% pangsa gambir di dunia. India merupakan tujuan ekspor utama, dan negara lainnya. Pemanfaatan dan kegunaan ekstrak getah gambir beranekaragam, mulai dari ibu-ibu yang senang makan sirih hingga bahan baku industri seperti industri farmasi, penyamak kulit, zat pewarna tekstil, ramuan cat, pestisida nabati, dan tinta untuk pemilu/ pilkada. Selain itu, sudah dikembangkan juga produk makanan dan minuman ringan seperti teh celup, juice, permen dan opak gambir. Masyarakat pedesaan memanfaatkan getah gambir sebagai obat diare. Kandungan utama gambir adalah katechin dan katechu. Kadar katechin dalam gambir merupakan syarat mutu ekspor. Kadar katechin dipengaruhi varietas dan lokasi tumbuh. Varietas gambir unggul yang sudah dilepas adalah Udang, Cubadak dan Riau dari Sumbar, sedangkan varietas lokal Pakpak Bharat belum dilepas. Ekstrak gambir termasuk golongan falvanoid yang bersifat sebagai antioksidan. Sifat antioksin diyakini dapat melindungi timbulnya penyakit jantung karena dapat menurunkan lipidperoksidase serum. Hasil penelitian Ani (2010) menunjukkan bahwa ekstrak gambir, aman dan dapat menurunkan kadar kolesterol darah setara dengan simvastatin. Upaya isolasi katechin yang optimum untuk mendapatkan bahan baku obat dari ekstrak gambir masih sedang diteliti.
Salah satu faktor penyebab produktivitas gambir di Kabupaten Pakpak Bharat masih rendah andalah benih. Kebiasaan petani di daerah ini menggunakan benih dari stek pucuk atau batang tanaman dan langsung ditanam pada lahan tanpa olah tanah. Daya tumbuh benih tersebut sangat rendah (< 20%), sehingga jumlah populasi tanaman per hektar tidak optimal. Maka upaya yang dapat dilakukan adalah melalui benih berasal dari biji yang disemaikan terlebih dahulu. Untuk mendapatkan biji dari varietas lokal punya masalah tersendiri, yaitu Pohon membutuhkan waktu lama (> 5 tahun) menghasilkan biji, apabila pohon dipanen daunnya tidak akan menghasilkan bunga. Berbeda dengan varietas Udang, Cubadak dan Riau cepat mengha-silkan bunga (1,5 tahun). Untuk semai biji mem-butuhkan perlakuan khusus, agar biji tumbuh optimal. Biji gambir tidak dapat disimpan lama, media semai berupa bedengan dengan lapisan atas dilakukan pelumpuran, agar biji lengket oleh karena biji gambir sangat halus. Setelah benih disemai dibuatkan naungan dan dinding disisi naungan terbuat dari plastik tranparan. Biji dalam suasana gelap tidak mau tumbuh dengan baik. Setelahtumbuh dapat dipindah ke polibag. Benih yang sudah tumbuh dengan tinggi ± 20 cm sudah dapat ditanam pada lahan yang sudah disiapkan.
artikel lain coba baca : di http://www.florasawita.com/2011/10/gerakan-sejuta-gambir.html
No comments:
Post a Comment