Jakarta.- Kementerian Pertanian
mengungkapkan program revitalisasi perkebunan karet yang ditetapkan
untuk meningkatkan produksi dalam negeri terhambat karena bank enggan
untuk mendanai.
Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Gamal Nasir di Jakarta, Jumat (5/8) menyatakan, hingga saat ini hanya BRI yang bersedia menyediakan pendanaan untuk Revitalisasi perkebunan karet.
"Revitalisasi karet terhambat karena tak ada bank yang "meng-cover" dengan alasan tak ada avalis atau penjamin," katanya.
Menyinggung kemungkinan pendanaan selain bank untuk Revitalisasi Karet, Dirjen Perkebunan menyatakan, hal itu bisa dilakukan melalui kemitraan antara petani dengan perusahaan besar.
Kementan, tambahnya, akan mengusulkan untuk melakukan gernas (gerakan nasional) karet jika tersedia dana.
Sementara itu penanaman kembali (replanting) perkebunan karet sejak 2000 sampai Agustus 2011 hanya 60.700 hektare dan penambahan lahan baru dalam periode yang sama hanya 11.000 ha.
Biaya replanting karet, lanjutnya, sekitar Rp30 juta per ha. Namun, karena tanaman karet membutuhkan waktu yang lama, maka jika direplanting akan mengganggu penghasilan petani. Oleh karena itu, replanting harus dilakukan secara bertahap.
Menurut Gamal, pada 2010 produksi karet alam nasional sebanyak 2,73 juta ton pada tahun ini diperkirakan mencapai 2,95 juta ton dan pada 2012 ditargetkan meningkat menjadi 3,01 juta ton. Sementara itu konsumsi karet dalam negeri pada 2010 mencapai 4,38 juta ton sehingga untuk mencukupinya dilakukan impor sebanyak 1,72 juta ton.
Hingga April 2011, tambahnya, produksi karet dalam negeri telah mencapai 1,0 juta ton, sedangkan impor sebanyak 1,5 juta ton. Saat ini, lanjutnya, total areal perkebunan karet secara nasional mencapai 3,45 juta ha dengan produktivitas lahan sebanyak 1,05 ton/ha.
Dia menjelaskan, komoditas karet diatur oleh Thailand, Malaysia, dan Indonesia sebagai produsen terbesar di dunia, sehingga penambahan lahan baru pun diatur. Bahkan, tidak direkomendasikan untuk menambah lahan baru, guna mengatur suplai karet ke pasar dunia. (ant)/MB
Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Gamal Nasir di Jakarta, Jumat (5/8) menyatakan, hingga saat ini hanya BRI yang bersedia menyediakan pendanaan untuk Revitalisasi perkebunan karet.
"Revitalisasi karet terhambat karena tak ada bank yang "meng-cover" dengan alasan tak ada avalis atau penjamin," katanya.
Menyinggung kemungkinan pendanaan selain bank untuk Revitalisasi Karet, Dirjen Perkebunan menyatakan, hal itu bisa dilakukan melalui kemitraan antara petani dengan perusahaan besar.
Kementan, tambahnya, akan mengusulkan untuk melakukan gernas (gerakan nasional) karet jika tersedia dana.
Sementara itu penanaman kembali (replanting) perkebunan karet sejak 2000 sampai Agustus 2011 hanya 60.700 hektare dan penambahan lahan baru dalam periode yang sama hanya 11.000 ha.
Biaya replanting karet, lanjutnya, sekitar Rp30 juta per ha. Namun, karena tanaman karet membutuhkan waktu yang lama, maka jika direplanting akan mengganggu penghasilan petani. Oleh karena itu, replanting harus dilakukan secara bertahap.
Menurut Gamal, pada 2010 produksi karet alam nasional sebanyak 2,73 juta ton pada tahun ini diperkirakan mencapai 2,95 juta ton dan pada 2012 ditargetkan meningkat menjadi 3,01 juta ton. Sementara itu konsumsi karet dalam negeri pada 2010 mencapai 4,38 juta ton sehingga untuk mencukupinya dilakukan impor sebanyak 1,72 juta ton.
Hingga April 2011, tambahnya, produksi karet dalam negeri telah mencapai 1,0 juta ton, sedangkan impor sebanyak 1,5 juta ton. Saat ini, lanjutnya, total areal perkebunan karet secara nasional mencapai 3,45 juta ha dengan produktivitas lahan sebanyak 1,05 ton/ha.
Dia menjelaskan, komoditas karet diatur oleh Thailand, Malaysia, dan Indonesia sebagai produsen terbesar di dunia, sehingga penambahan lahan baru pun diatur. Bahkan, tidak direkomendasikan untuk menambah lahan baru, guna mengatur suplai karet ke pasar dunia. (ant)/MB
No comments:
Post a Comment