"Kami batasi hanya karet dan CPO karena
kami rasa tahun lalu yang dianakemaskan adalah produk manufaktur," kata
Direktur Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional Deny Kurnia dalam
jumpa pers hasil SOM II APEC, Jumat (19/4).
Akan tetapi, usaha delegasi Indonesia untuk APEC masih menemui resistensi dari sejumlah ekonomi anggota forum kerja sama perdagangan tersebut dalam mempromosikan CPO dan karet sebagai environmental goods (EG).
"Ekonomi-ekonomi yang menjadi bidan dari 54 barang ramah lingkungan (EG)tersebut tidak mau proses liberalisasi EG hancur karena kita mempromosikan yang baru," kata Deny.
CPO dan karet menjadi dua komoditas yang mempunyai dampak besar kepada masyarakat dan merupakan unggulan Indonesia. Jika dua komoditas tersebut disetujui sebagai produk ramah lingkungan, maka diharapkan ada pelakuan yang baik dari luar terhadap produk-produk tersebut, kata Deny.
Upaya tersebut dilakukan agar daftar EG menjadi lebih seimbang dan tidak hanya didominasi oleh produk manufaktur namun juga produk pertanian sehingga turut mendorong negara-negara berkembang yang mengandalkan sektor pertanian untuk ikut berkontribusi kepada pelestarian lingkungan.
Pada SOM II APEC tersebut dibahas sejumlah isu prioritas antara lain pembangunan dan investasi infrastruktur, program pemberdayaan perempuan dalam perekonomian, peningkatan daya saing UKM, perluasan akses kesehatan, dan promosi kerja sama pendidikan lintas Negara.
Selain itu, menurut Ketua Sidang Pejabat Senior APEC 2013 Yuri O. Thamrin, Indonesia juga menggawangi rencana kerangka konektivitas di Asia Pasifik yang akan memberikan kemudahan bagi masyarakat Indonesia dan masyarakat Asia Pasifik untuk berpergian dan melangsungkan perdagangan.
SOM merupakan bagian dari pertemuan persiapan KTT APEC di Bali. Pertemuan SOM I digelar di Jakarta pada 25-7 Februari 2013, SOM II di Surabaya pada 7-19 April dan SOM III direncanakan di Medan pada 22 Juni-6 Juli.(ant)/MB
Akan tetapi, usaha delegasi Indonesia untuk APEC masih menemui resistensi dari sejumlah ekonomi anggota forum kerja sama perdagangan tersebut dalam mempromosikan CPO dan karet sebagai environmental goods (EG).
"Ekonomi-ekonomi yang menjadi bidan dari 54 barang ramah lingkungan (EG)tersebut tidak mau proses liberalisasi EG hancur karena kita mempromosikan yang baru," kata Deny.
CPO dan karet menjadi dua komoditas yang mempunyai dampak besar kepada masyarakat dan merupakan unggulan Indonesia. Jika dua komoditas tersebut disetujui sebagai produk ramah lingkungan, maka diharapkan ada pelakuan yang baik dari luar terhadap produk-produk tersebut, kata Deny.
Upaya tersebut dilakukan agar daftar EG menjadi lebih seimbang dan tidak hanya didominasi oleh produk manufaktur namun juga produk pertanian sehingga turut mendorong negara-negara berkembang yang mengandalkan sektor pertanian untuk ikut berkontribusi kepada pelestarian lingkungan.
Pada SOM II APEC tersebut dibahas sejumlah isu prioritas antara lain pembangunan dan investasi infrastruktur, program pemberdayaan perempuan dalam perekonomian, peningkatan daya saing UKM, perluasan akses kesehatan, dan promosi kerja sama pendidikan lintas Negara.
Selain itu, menurut Ketua Sidang Pejabat Senior APEC 2013 Yuri O. Thamrin, Indonesia juga menggawangi rencana kerangka konektivitas di Asia Pasifik yang akan memberikan kemudahan bagi masyarakat Indonesia dan masyarakat Asia Pasifik untuk berpergian dan melangsungkan perdagangan.
SOM merupakan bagian dari pertemuan persiapan KTT APEC di Bali. Pertemuan SOM I digelar di Jakarta pada 25-7 Februari 2013, SOM II di Surabaya pada 7-19 April dan SOM III direncanakan di Medan pada 22 Juni-6 Juli.(ant)/MB