Suatu ketika saya duduk-duduk menunggu sang istri berbelanja di sebuah Mall tak sengaja berbincang-bincang dengan orang-orang yang tidak saya kenal sebelumnya, ada yang  sontak nyeletuk aja...sepertinya banyak orang yang merasa heran sedikit bingung (termasuk saya juga sih) tentang peristiwa penetapan Hari Lebaran Idul Fitri 1432-H , dimana berdasarkan SKB tiga menteri tentang hari libur resmi dan cuti bersama tahun 2011 itu dengan "pedenya" menetapkan jatuh pada Tgl.30 Agustus 2011, kayaknya dah bisa ditinjau lagi tuh !!! tentang efektifitasnya,t api bagi yang doyan MALES-MALESAN (pemalas) sih WOKE-WOKE aja yang penting gaji ngak kurang...(betulll?) 
Sudah barang tentu SKB menjadi patokan orang/instansi/kantor sudah ancer-ancer mempersiapkan segala sesuatunya di tanggal itu bahkan para aparat pemerintahan pun sudah memamerkan mobil-mobil pawai malam lebaran dijalan-jalan segala ..kebetulan sudah dihantam guyuran hujan deras sejak sore hari... wah jadi lebaran nih besok..tetapsemangat brooo. Tapi apa mau dikata malam tu juga diumumkan lewat televisi (untung ada televisi kalo tidak gimana kacaunya tuh!) bahwa lebaran Idulfitri 1432 Hijriah (2011)diundur... sontak kaget untung ngak kena serangan jantung, mungkin juga ada yang keceplosan mengeluarkan kata-kata tak sedap!!! bagaimana tidak (wajar aja sih) ...apalagi  yang paling kelimpungan para ibu-ibulah..ibarat KeCeLEK GITU  akhirnya kulkaspun tak bisa ditutup... he..he..he....benar-benar negri yang aaaaaneh!  
berikut saya postingkan komentar-lucu tentang perbedaan Lebaran tahun 2011 yang saya kutip dari Bisnis.com yang diberi judul Perbedaan itu Me-lucu-kan silahkan baca atau link aja :
"Woy, elo lebaran kapan...?” Saya kirimkan BlackBerry Messenger itu 
kepada seorang teman. Dia kebetulan petinggi di partai berasaskan Islam 
dan kebetulan anggota DPR di komisi yang membidangi masalah agama.
Pesan yang saya kirimkan petang kemarin itu sejatinya memang wujud 
kebimbangan mengenai ketetapan kapan hari raya Idulfitri yang mungkin 
juga menjadi perasaan mayoritas umat Muslim.
Selang berapa saat, pesan saya berjawab. “Gue lebaran 1 Syawal.” Begitu jawaban kolega saya, yang tentu saja, berseloroh.
Seloroh—di samping kritik metodologi dan adu argumen fikih—seperti 
menjadi bukti adanya pro kontra di masyarakat terhadap keputusan 
pemerintah melalui Kementerian Agama dan sidang isbat semalam tentang 1 
Syawal yang  ditetapkan jatuh pada Rabu (31 Agustus).
Pernyataan-pernyataan kocak bertebaran melalui BBM dan social media 
seperti facebook dan twitter. Tentu kita harus menanggapi seloroh itu 
dengan lapang dada dan dengan cita rasa humor. Namanya juga seloroh.
“Aduh kok sepi yah [semalam], Gak ada yang taraweh, juga gak ada yang takbir. Jadi gimana besok, ya? Puasa ½ hari boleh gak?”
“Karena tidak ada titik temu tentang penentuan 1 Syawal, maka puasa diulang dari awal lagi....”
Penentuan lebaran kali ini memang tidak bulat. Muhammadiyah, 
berdasarkan perhitungan astronomi mereka, sedari awal sudah menentapkan 1
 Syawal jatuh pada 30 Agustus (hari ini).  Sementara Kemendag bersama 
beberapa organisasi massa Islam menetapkan Idulfitri bersamaan dengan 31
 Agustus.
“Lebarannya delay sehari... kayak ***** aja [menyebut salah satu maskapai domestik].” 
Di tengah banyak pesan yang menggambarkan kegalauan umat, ada satu 
kiriman yang sepertinya menggambarkan optimisme menyikapi perbedaan 
waktu lebaran.
“Temen-temen, jangan bingung, lebaran sudah sudah pasti 
besok [hari ini], tinggal pilih besok pagi [hari ini]  atau besok 
lusa...”
Hilal yang dalam bahasa Indonesia berarti bulan menjadi kata yang 
paling sering muncul ketika orang membicarakan 1 Syawal. Terlihatnya 
hilal menjadi salah satu alat untuk menetukan penetapan 1 Syawal. Sampai
 dengan semalam, sidang isbat menyatakan hilal belum tampak sempurna. 
Dengan kocak, seorang teman memelesetkan lagu lama yang dipopulerkan 
kembali oleh Yuni Shara untuk menggambarkan begitu ‘pentingnya’ hilal.
“Hilal permataku...hilal harapanku...”
(Plesetan) Hilal pun kemudian dikait-kaitkan dengan persiapan 
menyambut lebaran di sebagian besar masyarakat Indonesia. Ketupat dan 
opor adalah menu wajib dalam perayaan Idulfitri.
“Karena hilal setitik, rusak opor sebelanga...”
Dengan meniru bahasa iklan baris di koran, ada kiriman yang seperti menanggapi kemungkinan opor dan penganan yang rusak itu.
"Dijual cepat tanpa perantara, opor ayam, sambel goreng ati, dan kari sapi. Harga Nego, daripada basi...” 
Begitu pentingnya menyambut lebaran dengan makanan khas yang sudah 
menjadi tradisi selama beratur-ratus tahun, bagi saya, terasa sekali 
lewat kiriman berikut ini.
"Penetapan pemerintah tentang 1 Syawal tahun ini pantas 
diperingati sebagai Tragedi Ketupat se-Indonesia... Jadi buat para ibu 
diimbau untuk mengibarkan serbet setengah tiang di dapur Anda.”
Seperti hendak menjawab keluh kesah para keluarga muslim yang sudah 
menyiapkan penganan lebaran untuk lebaran hari ini namun harus ditunda 
sampai besok karena ada keputusan pemerintah, di-posting lah pesan yang 
berbunyi:
"Rilis dari Istana: Karena lebaran diundur maka Pemerintah 
akan mengganti rendang, opor ayam, ketupat, dan sambal goreng ati yang 
telanjur habis atau basi sebelum hari lebaran. (Tidak berlaku untuk kue 
kering) dan libur nasional ditambah sehari lagi."
Ada pesan yang sedikit serius tapi tetap dengan nuansa yang berseloroh tentang apa yang harus ditanggung pemerintah.
“Kalau puasa saya haram, pemerintah yang tanggung.”
Dalam syariatnya, umat Islam memang tidak boleh berpuasa pada saat Hari Raya Idulfitri.
Ternyata, tidak semua pesan di dunia maya memojokkan pemerintah yang memutuskan 1 Syawal jatuh pada Rabu 31 Agustus.
“Keputusan pemerintah menetapkan lebaran hari Rabu didukung
 100% oleh para pedagang kaki lima, “sering-sering aja kayak gini,” kata
 mereka.”
Ada juga kiriman yang mengaitkan penetapan lebaran itu dengan aktivitas
 para setan. Sesuai hadis Nabi, selama Ramadan, setan dibelenggu 
sehingga kinerjanya berkurang. Mereka akan dilepas lagi ketika Ramadan 
usai dan hari memasuki 1 Syawal.
“Diperintahkan kepada setan-setan agar kembali ke sel 
masing-masing, karena jadwal pembebasan Anda ditunda sampai dengan 
tanggal 31 Agustus 2011."
Seperti kata pepatah  “gayung bersambut”, pesan itupun bersambut.
“Kata pemerintah: Lebaran hari Rabu. Kata Setan: Yaelah, diiket lagi dong, baru aje gue pake sepatu...”
Begitulah beberapa seloroh yang sempat saya terima—dan pasti juga 
Anda—dari dunia maya. Lucu pastinya. Bagi saya, kiriman-kiriman itu 
cukup menghibur untuk menyikapi perbedaan yang muncul tanpa harus 
berdebat panjang mengenai siapa yang benar siapa yang salah.
Akhirnya, izinkan saya menyampaikan:
Andai mulut salah berucap... 
Andai mata khilaf memandang... 
Andai telinga salah mendengar... 
Sebelum hari yang fitri tiba...
Mending buruan deh ke dokter!!!
Hehehehe, ini juga salah satu pesan yang mampir ke gadget saya. Selamat
 hari raya Idulfitri bagi yang merayakan. Mohon maaf lahir batin.

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 















 
