Medan. Indonesia menargetkan produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sebanyak 29,5 juta ton di tahun depan. Jumlah ini naik 1,5 juta ton dibandingkan tahun 2013 sebanyak 28 juta ton.
Selain memenuhi pasar ekspor, kenaikan target tersebut
juga untuk memenuhi pasar lokal karena adanya peraturan baru di bidang
energi yang mengharuskan penggunaan 10% biodiesel bagi alat transport.
Ketua
Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun, mengatakan,
target CPO sebesar 29,5 juta ton tahun 2014, optimis bisa tercapai namun
dengan perkiraan cuaca dan siklus biologi tanaman sawit normal.
"Jika
terjadi anomali cuaca seperti tahun ini dan siklusnya tidak bagus,
target produksinya tidak akan bisa tercapai. Produksi TBS akan turun.
Karena untuk tahun ini saja, produksi CPO yang kita targetkan sebanyak
28 juta ton, diperkirakan hanya bisa tercapai sebesar 26,2 juta ton di
akhir tahun," katanya, Selasa (26/11) di Medan.
Derom mengatakan,
tahun 2014, penggunaan CPO akan meningkat karena Indonesia mengumumkan
penggunaan biodiesel bagi alat transport dari 7,5% menjadi 10%.
"Hitungan DMSI, nantinya dengan peraturan baru ini, CPO untuk keperluan
biodiesel akan terserap 2,6 juta ton. Dengan penggunaan ini, maka
serapan CPO dalam negeri akan lebih banyak dari tahun lalu," jelasnya.
Peningkatan
ini juga kata dia, untuk mengurangi volume ekspor CPO Indonesia.
Terlebih lagi, hingga kini, kampanye hitam sawit yang menyebutkan adanya
kandungan yang tidak baik dalam CPO bagi kesehatan dan sektor kelapa
sawit juga menyumbang emisi gas kaca, masih terus bergulir di Uni Eropa.
Karena itu, jika serapan lokal tinggi, ekspor CPO akan lebih sedikit.
DMSI
mencatat, selama ini, daya serap CPO lokal yakni makanan seperti mie
sebesar 5,9 juta ton, industri seperti olekimia sebesar 1,3 juta ton,
biodisel sebesar 2,6 juta ton dan listrik sebesar 1,5 juta ton. "Total
serapan untuk lokal 11,3 juta ton dan untuk ekspor jauh lebih besar
yakni 18 juta ton," kata Derom.
Ditambahkannya, selama ini, CPO
memang masih difokuskan untuk ekspor. Tercatat, tahun 2013 ini,
ekspornya diperkirakan mencapai 19 juta ton atau naik hingga 3 ton dari
capaian tahun lalu sebesar 17 juta ton.
Nilai ekspor minyak sawit
tahun 2012, kata Derom, mencapai Rp 26 miliar. Meski untuk tahun ini
belum terhitung, namun diperkirakan lebih tinggi dari tahun lalu. Dalam
pertumbuhan ekonomi Indonesia, sawit menyumbang sangat besar. Karena itu
juga, Indonesia terus gencar menghempang kampanye hitam sawit agar
tidak mempengaruhi pasar ekspor CPO Indonesia. "Karena kenyataannya,
hingga kini, sekitar 80% produksinya diekspor," kata Derom.
Menurut
Derom, penggunaan minyak sawit sepanjang tahun 2013 sebanyak 55 juta
ton, diprediksi naik ke kisaran 58 juta ton di tahun 2014. Dan,
disepanjang 2013 ini penggunaan CPO di Eropa sebanyak 5,27juta ton dan
tahun depan diperkirakan turun ke kisaran 4,9 juta ton.
Di
Indonesia sebanyak 9,2 juta ton dan tahun 2014 naik jadi 11,3 juta ton,
India 8,35 juta ton dan di tahun depan jadi 8,73 juta ton dan China dari
6,72 juta ton menjadi 7,02 juta ton. Negara-negara ini menjadi pengguna
CPO terbesar dan selalu ada peningkatan di setiap tahunnya.
Sementara
itu, total produksi minyak nabati dunia tahun 2013 sebanyak 158 juta
ton dan 33% atau 55 juta ton merupakan minyak sawit. Sedangkan kedelai
sebesar 28% atau 44 juta ton, kanola 15% atau 24 juta ton, dan bunga
matahari 9% atau 14 juta ton. "Sedangkan perkiraan produksi tahun 2014
sebanyak 162 juta ton dan minyak sawit masih akan berkontribusi paling
besar," jelas Derom. ( elvidaris simamora)
http://mdn.biz.id/n/64500/