Quote:
dokumentasi "VERSI" elektronik-ku ini bermaksud membiasakan menggunakan " LESS PAPER " ,serta "PENGHORMATAN ATAS KEBEBASAN BERPENDAPAT,BEREKSPRESI,& BERKREASI," utk menyampaikan informasi,dalam "AKTIVITAS HARIAN".. beberapa "ada" yang dikutip dari berbagai sumber yang *inspiratif* jika ada yg kurang berkenan mohon dimaklumi,jika berminat utk pengembangan BloG ini silahkan kirim via email. mrprabpg@gmail.com...Thank's All Of You

running text

Search This Blog

sudah lihat yang ini (klik aja)?

Wednesday, August 27, 2014

MEMORIES : KOMUNITAS PENCINTA SEJARAH

(Komunitas beraksi perang-perangan:/Medanbisnis/IST)
Bermula dari Mencintai Sejarah
Biasanya lahirnya komunitas terbentuk dari beberapa individu yang memiliki ketertarikan yang sama, hingga akhirnya dari satu individu bertemu dengan individu lain dan merasa saling cocok untuk berbagi cerita, hobi, atau apa pun yang berhubungan dengan kesamaan ketertarikan mereka. Nah, dalam menyambut Hari Proklamasi Republik Indonesia yang ke-69 pada 17 Agustus pekan depan, Spektrum kali ini menyajikan sejumlah orang dan komunitas yang memiliki ketertarikan akan sejarah, seni dan budaya warisan Indonesia, terutama menyangkut barang-barang "tempo doeloe" yang pernah digunakan pada zaman penjajahan.



Di Kota Medan, mereka yang menghargai dan melestarikan benda-benda peninggalan bersejarah di antaranya tergabung dalam komunitas heritage (warisan seni dan budaya) bernama Medan Heritage Tour. Ada juga komunitas Medan Re-enactors (MR) yang merupakan komunitas dengan orang-orang yang terdiri dari pereka ulang sejarah, serta mereka yang tergabung dalam komunitas sepeda ontel.

Medan Heritage Tour semula digagas oleh Rizky Syahfitri Nasution dan rekannya Irvan Deriza. Kedua anak muda ini memang baru menggiatkan komunitas ini setahun yang lalu, tepatnya pada 31 Agustus 2013. Aktivitas mereka yang sering berkumpul, berdiskusi dan saling memberi informasi, belakangan mulai mencuri perhatian anak muda Kota Medan.

Sebagai wadah perkumpulan kaum muda, Medan Heritage memfokuskan kegiatan pada pengenalan peninggalan sejarah di Kota Medan. Mereka memulainya dengan mengenal kembali gedung-gedung bersejarah di pusat kota Medan.

Rizky mulanya berinisiatif menggagas sebuah ide social movement, yang kemudian dari sana lahirlah Medan Heritage. "Medan Heritage berfokus pada kegiatan-kegiatan bertema melestarikan peninggalan sejarah, seperti gedung-gedung tua di kota Medan, peninggalan kesenian budaya dan sebagainya," kata perempuan berkerudung itu.

Rizky yang sebelumnya pernah menjadi volunteer di Badan Warisan Sumatera memang sudah lama termotivasi untuk menggagas Medan Heritage. Kemudian bersama Irvan, mereka mengemasnya dalam beberapa program, misalnya terkait wisata sejarah, kepada anak muda. Cara mereka menginformasikannnya, salah satunya melalui media sosial.

"Medan inikan artinya magnet. Jadi, kita mau Medan Heritage ini menjadi wadah yang mengikat beberapa komunitas yang bersinergi di dalamnya. Kita jadikan Medan Heritage ini sebagai magnetnya komunitas untuk bersinergi," ungkap Rizky yang kini tengah melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 psikologi.
Medan Heritage, paparnya, sebisa mungkin mengupayakan dan memformulasikan ide-ide bagus menjadi sebuah aksi. Saat ini, ada sekitar 75 komunitas yang bergabung dalam Medan Heritage. Selain dari kalangan anak muda yang masih aktif kuliah, ada juga mereka yang sudah bekerja, serta dari kalangan orang tua yang mendukung kegiatan heritage ini.

"Mereka punya visi dan misi yang sama mengenai heritage. Jadi ada perhatian yang lebih untuk heritage. Medan Heritage ini juga bertujuan sebagai ajang silaturahim komunitas-komunitas anak muda di Medan, yang sering dikenal dengan sebutan gathering komunitas. Juga sebagai pelestarian dari budaya-budaya di kota Medan. Melalui Medan Heritage ini kita ingin menggandeng semua komunitas untuk bisa jalan berbarengan," jelas Rizky.

Jika Medan Heritage fokus pada menghimpun komunitas dalam kegiatan pengenalan gedung sejarah dan seni budaya, komunitas yang satu ini punya cara lain untuk mencintai sejarah, khususnya terkait perjuangan kemerdekaan Indonesia zaman kolonial. Mereka menamakan komunitasnya Medan Re-enactors (MR), beranggotakan orang-orang dari pereka ulang sejarah, selaras dengan namanya Re-enactment yang berarti kegiatan reka ulang dari suatu peristiwa. Yang direka ulang adalah peristiwa yang tercatat dalam sejarah. Para pelakunya sendiri disebut Re-enactors.

MR merupakan wadah dan wahana resmi (official) yang pertama dan masih satu-satunya di Sumatera Utara yang concern dalam kegiatannya itu. Selain di Medan, aktivitas dan hobi re-enactors di Indonesia juga mulai berkembang di berbagai kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta dan Malang.
MR berdiri pada Maret 2013. Mereka menyebut dirinya "Para Pereka Oelang Sedjarah". Jika sedang berkumpul atau melakukan suatu kegiatan, para anggotanya mengenakan pakaian seperti yang dikenakan para pejuang kemerdekaan. Pakaian itu milik pribadi masing-masing anggota.

Apa saja kegiatan komunitas ini? "Bermain, belajar, bersahabat dan perpetualang adalah jargon kita. Aktifitas yang kita lakukan berkaitan dengan sejarah", ungkap Andri Wahyu, founder Medan Re-enactors (MR). Andri sendiri mengakui sejak kecil dirinya memang menyukai sejarah. Disamping itu, darah pejuang mengalir di dirinya. Kakeknya dahulu merupakan pejuang kemerdekaan.

Menurut Andri, MR terdiri dari para pecinta dan penikmat sejarah, baik itu sejarawan otodidak, kolektor benda-benda antik atau replika, para kolektor buku dan film sejarah, pemerhati sejarah, blogger sejarah, penikmat uniform dan gear militer jaman dulu, komunitas living history (cosplay non-fiksi), serta para penggemar kendaraan antik yang ingin bertukar pengetahuan, informasi dan koleksi mereka terutama mengenai sejarah.

Selain MR dan Medan Heritage Tour, pemerhati dan penikmat benda bersejarah lainnya di Medan adalah komunitas sepeda ontel. Satu diantara sejumlah komunitas sepeda ontel yang ada saat ini adalah komunitas Jadul Ontel Club (JOC). Penggagasnya Nurlian dan adiknya Agus Irwansyah (Wawan).

Semula abang-beradik itu hanya ikut-ikutan menyukai sepeda ontel. "Mulanya tiga tahun lalu kita banyak melihat orang-orang menyukai sepeda ontel. Kebetulan kakek-nenek saya punya peninggalan sepeda ontel, ada banyak. Adik saya kebetulan punya bengkel. Lalu kita mulai mereparasi sepeda. Bengkel itu juga sebagai markas kita berkumpul," kata Nurlian yang kesehariannya beraktivitas sebagai pedagang,

Setidaknya dalam seminggu sekali, ayah dari 3 anak ini berkumpul bersama teman-teman komunitasnya. Biasanya kegiatan yang mereka lakukan jika sedang mengumpul yakni konvoi sepeda ontel mulai dari bengkel yang terletak di Jalan Kelambir 5, No 79 Tanjung Gusta hingga ke Lapangan Merdeka Medan.
Ada sekitar 15 orang bergabung dalam JOC.

Mereka umumnya masyarakat Jalan Kelambir 5, yang memang menyukai sepeda ontel. Jadi setiap anggota memang diwajibkan punya sepeda ontel. Jika ada anggota baru yang belum punya sepeda, dan ingin membelinya, tak perlu jauh-jauh mencari karena sebagian anggota du komunitas ini punya sejumlah stok sepeda ontel untuk dijual. Seperti Nurlian yang punya 7 buah sepeda ontel yang siap digunakan. Untuk satu unit sepeda ontel dijual seharga sekitar Rp 2,5 juta - Rp 5.5 juta. (wina vahluvi)

 Wah..! Kini Ada Komunitas Pecinta Sejarah

REKA ULANG SEJARAH - Komunitas Medan Reenactors saat melakukan adegan reka ulang sejarah zaman kemerdekaan. Pakaian dan atribut yang mereka gunakan ditambah dengan properti di sekitarnya sangat mencerminkan atmosfer perjuangan tempo doeloe.(medanbisnis/ist)


Siang itu suasana di beranda depan sebuah rumah terlihat tegang. Sekelompok orang yang hadir di sana, dengan berseragam pejuang tempo doeloe tampak serius membahas sesuatu sambil duduk mengelilingi meja kayu bundar berukuran kecil. Sebagian dari mereka ada yang berdiri, Sangsaka Merah Putih dipasang di tiang sudut ruangan.

Satu-satunya perempuan di sana, mengenakan baju perawat, juga bermimik serius mendengarkan kalimat yang dipaparkan si pria berkaca mata.

Sepertinya pria berkaca mata itu pemimpin kelompok tersebut. Tangan kanannya sedang menunjuk-nunjuk di selembar kertas usang yang mirip peta wilayah.

Agaknya dia sedang menyusun suatu strategi yang disaksikan anggota tentara lainnya yang hadir. Seorang juru tulis, mendengarkan dengan seksama seraya menekan tuts mesin tik model zaman dahulu. Seolah dia tengah menuliskan segala sesuatu yang dibahas dalam pertemuan itu.

Seorang prajurit yang berdiri di belakang pemimpin, dengan menenteng senjata memperhatikan percakapan tersebut sembari bersiaga kalau-kalau musuh menyerang tiba-tiba. Mereka seperti tengah merencanakan pertempuran besar, perang merebut kemerdekaan negeri dari tangan kolonial.

"Inilah salah satu upaya kami mempertahankan kemerdekaan," ucap si pria berkaca mata bernama Andri Wahyu, kepada MedanBisnis, beberapa waktu lalu. Adegan yang dia lakukan bersama teman-temannya itu hanyalah sebuah reka adegan tentang salah satu kegiatan yang dilakukan para pejuang Indonesia masa lalu dalam menyusun strategi perang melawan penjajah.

Andri dan rekannya tergabung dalam komunitas Medan Reenactors (MR). Mereka menyebut dirinya "Para Pereka Oelang Sedjarah". Jika sedang berkumpul atau melakukan suatu kegiatan, para anggotanya memakai pakaian dan atribut pendukungnya seperti yang dikenakan para pejuang kemerdekaan.

"Kegiatan ini kami sebut Reenacment Game, jadi setiap anggota komunitas yang datang membawa koleksi mereka masing-masing dan dipakai untuk kemudian bermain dalam suatu skenario pendek memerankan satu peristiwa sejarah dalam sesi-sesi foto, pembuatan film pendek, juga teatrikal reka ulang fragmen sejarah tertentu," jelas Andri yang merupakan founder komunitas itu.

MR merupakan komunitas yang merangkul orang-orang pecinta dan penikmat sejarah, baik itu sejarahwan otodidak, kolektor benda-benda antik atau replika, para kolektor buku dan film sejarah, pemerhati sejarah, blogger sejarah, penikmat uniform dan gear militer jaman dulu, komunitas living history (cosplay non-fiksi), serta para penggemar kendaraan antik yang ingin bertukar pengetahuan, informasi dan koleksi mereka yang bersifat sejarah.

Di Kota Medan, komunitas lain yang juga memiliki ketertarikan akan sejarah, seni dan budaya warisan Indonesia, ada Medan Heritage Tour. Sebagai wadah perkumpulan yang didominasi kaum muda, Medan Heritage memfokuskan kegiatan pada pengenalan dan pelestarian peninggalan sejarah di Kota Medan.

"Medan Heritage berfokus pada kegiatan-kegiatan bertema melestarikan peninggalan sejarah, seperti gedung-gedung tua di Kota Medan, peninggalan kesenian budaya dan sebagainya," kata Rizky Syahfitri Nasution, salah satu penggagas komunitas yang didirikan 31 Agustus 2013 itu.

Selama hampir setahun Medan Heritage berdiri, cukup banyak kegiatan telah dilakukan anggotanya berkaitan dengan pelestarian seni dan budaya warisan zaman dahulu, khususnya yang ada di Kota Medan. Kemudian dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus yang jatuh pada Minggu depan, Medan Heritage berencana menggelar city tour yang akan diadakan pada 31 Agustus mendatang.

"Kita adakan di penghujung Agustus juga sekaligus untuk merayakan hari jadi Medan Heritage setahun. Rencana kegiatan ini, kita akan ajak anak-anak panti asuhan untuk berjalan-jalan menyusuri gedung tua dan mengenalkan sejarah gedung itu. Ada juga kegiatan lainnya dalam city tour nanti. Kita juga melibatkan komunitas-komunitas di Kota Medan," papar Rizky.

Pemerhati dan penikmat benda bersejarah lainnya yang tak kalah unik di Medan adalah komunitas sepeda ontel yang melabelkan dirinya Jadul Ontel Club (JOC). Penggagasnya Nurlian dan adiknya Agus Irwansyah (Wawan).

"Mulanya tiga tahun lalu kita banyak melihat orang-orang menyukai sepeda ontel. Kebetulan kakek-nenek saya punya peninggalan sepeda ontel, ada banyak. Adik saya kebetulan punya bengkel. Lalu kita mulai mereparasi sepeda. Bengkel itu juga sebagai markas kita berkumpul," kata Nurlian.

Setidaknya dalam seminggu sekali, JOC yang memiliki 15 orang anggota ini berkumpul dan konvoi bersama. Titik kumpulnya di markas JOC yang juga merupakan bengkel di Jalan Kelambir 5, No 79 Tanjung Gusta. Dari sana mereka lantas bergerak ke Lapangan Merdeka Medan.

Menelisik apa yang dilakukan para komunitas pecinta sejarah tersebut, jadi teringat dengan kutipan yang diucapkan Presiden RI pertama, Soekarno dalam sebuah pidatonya, bahwa "bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya".

Fenomena hadirnya komunitas seperti ini, menurut psikolog Dra Irna Minauli MSi, merupakan langkah dan aktivitas positif. Dekan Psikologi Universitas Medan Area (UMA) ini berpendapat, kumpulan orang-orang seperti itu umumnya adalah kelompok anak-anak muda yang cerdas dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sejarah sehingga merasa terpanggil untuk melestarikannya. Jika ini dipertahankan, kegiatan komunitas tersebut bisa menstimulus orang-orang sekitar untuk mau peduli akan sejarah bangsanya.

"Ketika sebagian besar remaja lebih tertarik pada budaya-budaya luar yang ditawarkan era globalisasi, mereka justru berani bertindak untuk melakukan sesuatu demi masa lalu yang sangat berharga," kata Irna.


Sumber :Medanbisnis/10 Agt 2014

No comments:

cari apa aja di OLX

Sponsor By :

TEMBAKAU DELI

Hobies

Momentum