PALEMBANG – Dinas Perkebunan Sumatra Selatan optimistis produksi
karet di provinsi itu bisa menembus angka 1 juta ton pada 2014, seiring
dengan peningkatan produktivitas dan peremajaan lahan oleh para petani.
Kepala Bidang Produksi Dinas Perkebunan (Disbun) Sumsel Safar Bahri
mengatakan produksi pada tahun lalu sudah mencapai 900.000 ton.
“Kami targetkan tahun ini sekitar 940.000 ton dan nantinya 2014 bisa menyentuh 1 juta ton,” jelasnya, kepada Bisnis, Rabu (13/2).
Menurut Safar, bertambahnya produksi harus sejalan dengan peningkatan
produktivitas komoditas itu. Saat ini angka produktivitas karet Sumsel
sebagian besar sudah mencapai 1 ton per hektare. Sementara itu, luas
areal perkebunan karet rakyat sendiri mencapai sekitar 1,2 juta
hektare.
Dia menilai kendala yang dihadapi Pemerintah untuk memajukan
perkebunan karet Sumsel adalah budaya petani yang belum memerhatikan
kualitas tanaman mereka.
Seringkali petani kebablasan menyadap getah tanaman itu selama
seminggu berturut-turut tanpa jeda. Padahal aktivitas itu berpengaruh
sekali terhadap tingkat kualitas yang akan berdampak pula pada harga
jual.
“Seharusnya kan petani menerapkan pola 3 hari sadap dan 2 hari
istirahat, ada jeda, jika tidak mutu hasil panennya rendah dan nanti
harganya bisa anjlok lagi,” ujarnya.
Safar mengemukakan penerapan panen seperti itu tidak terlepas dari budaya dan tingkat kesejahteraan petani.
“Ada petani yang terpaksa melakukannya karena memang untuk memenuhi kebutuhan hidup, ada juga yang tidak sabar,” jelasnya.
Harga Mulai Pulih
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Disbun Sumsel Benjamin mengatakan harga karet di
tingkat petani mulai merangkak sejak Januari 2013.
“Harga menunjukkan tren positif sejak awal tahun dan diperkirakan
akan stabil yang terpengaruh oleh kondisi ekonomi global, khususnya
China dan India,” paparnya.
Harga karet slab giling tertinggi di tingkat petani Kabupaten Muara
Enim, misalnya sudah berada pada posisi Rp17.269 per kilogram.
Sementara harga tertinggi usia 1 bulan sebesar Rp16.111 per kg dan
harga tertinggi untuk usia 2 mingguan sebesar Rp15.099 per kg.
Harga tersebut merupakan hasil lelang Koperasi Unit Desa (KUD)
Serasan Gelumbang Muara Enim per 1 Februari 2013. Benjamin memperkirakan
penetapan harga untuk minggu kedua Februari yang jatuh pada Jumat
(15/2) juga akan mengikuti tren kenaikan dari minggu-minggu sebelumnya.
“Paling tidak akan bertahan pada harga minggu ini. Sesuai perkiraan tahun ini harga komoditas karet beranjak pulih,” jelasnya.
Menurutnya, pangsa pasar ekspor karet Sumsel mayoritas untuk China
dan India sementara pasar negara Amerika dan Eropa relatif kecil. Jika
perekonomian global terus membaik tidak menutup kemungkinan harga karet
di tingkat petani bisa kembali bertengger di harga Rp20.000 per kg.
(esu)BS