Pengusaha Sawit Diimbau Batasi Ekspor
"Saya hanya ingin menyampaikan bahwa walau bea keluarnya nol persen, saya mengimbau kepada para pelaku usaha, para eksportir untuk tidak ekspor besar-besaran," kata Wamendag
Jakarta. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengimbau pengusaha minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) untuk membatasi jumlah ekspor produknya. Hal ini seiring penghapusan (BK) ekspor produk sawit terhitung 1 Oktober 2014.
"Saya hanya ingin menyampaikan bahwa walau bea keluarnya nol persen, saya mengimbau kepada para pelaku usaha, para eksportir untuk tidak ekspor besar-besaran," kata Wamendag di Jakarta, Jumat (26/9).
Menurutnya, kini permintaan CPO tengah tertekan sehingga ekspor yang semakin besar tanpa perlindungan volume akan berakibat bertambahnya penawaran, sehingga permintaan akan semakin tertekan. Indonesia, katanya, adalah pemain penting dalam minyak sawit sehingga harus memperhitungkan jumlah ekspor produk-produk sawit dengan tepat agar dapat memperoleh keuntungan maksimal.
"Indonesia merupakan pasar yang besar dalam CPO dan olein, jadi kita harus benar-benar berhitung dengan cerdas untuk melihat dengan keuntungan terbesar bagi kita," katanya.
Ia berharap adanya kebijakan bea keluar sawit nol persen pada Oktober berakibat positif bagi perdagangan Indonesia dan bukannya berdampak sebaliknya. "Menurut saya ekspor berlebihan jika bea nol persen bisa kontraproduktif jika tidak diiringi perhitungan ekspor yang tepat," tuturnya (ant )
Sumber lain :
Penghapusan Pajak Ekspor Dorong Penguatan CPO
Jakarta —
Penghapusan pajak ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO)
Indonesia dan Malaysia berpotensi mendorong penguatan harga komoditas
CPO.
"Ini memberikan harapan akan membaiknya ekspor palm oil dari kedua negara produsen terbesar di dunia tersebut dan dapat memberikan sentimen positif untuk harganya," kata Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir, di Jakarta, Rabu (24/9).
Dijelaskan Zulfirman, pada grafik harian, naiknya indikator MACD dan RSI menyediakan tenaga kenaikan bagi CPO.
Adapun untuk harga CPO diperkirakan bergerak pada level support-resistance Ringgit Malaysia (RM)2.100-2.175.
Meski demikian, investor masih cemas dengan melimpahnya pasokan produk pertanian dunia terutama kedelai yang merupakan produk substitusi untuk CPO.
"Ini memberikan harapan akan membaiknya ekspor palm oil dari kedua negara produsen terbesar di dunia tersebut dan dapat memberikan sentimen positif untuk harganya," kata Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir, di Jakarta, Rabu (24/9).
Dijelaskan Zulfirman, pada grafik harian, naiknya indikator MACD dan RSI menyediakan tenaga kenaikan bagi CPO.
Adapun untuk harga CPO diperkirakan bergerak pada level support-resistance Ringgit Malaysia (RM)2.100-2.175.
Meski demikian, investor masih cemas dengan melimpahnya pasokan produk pertanian dunia terutama kedelai yang merupakan produk substitusi untuk CPO.
Author: Irwen Azhari
No comments:
Post a Comment