Pembangkit Berbahan Bakar Limbah Sawit Cair 
Mulai Beroperasi Di Rokan Hulu
 "Kami 
berharap proyek ini bisa bertahan lama dan berkelanjutan. Rokan Hulu 
yang pertama menjadi pilot project limbah cair sawit untuk pembangkit 
listrik bagi warga perdesaan," (Wakil 
Menteri ESDM Susilo Siswo Utomo) 
| 
(Pembangkit Biogas Rokan Hulu / Foto : Antara) | 
PEKANBARU - Kementerian ESDM meresmikan proyek pembangkit listrik 1 
megawat dari limbah cair minyak kelapa sawit di desa Rantau Sakti, 
kecamatan Tambusai Utara, Rokan Hulu, Riau.
Proyek pembangkit 
tenaga listrik biogas (PLTB) ini merupakan pilot project pemanfaatan 
palm oil mill effluent (POME). Proyek ini menggunakan dana APBN senilai 
Rp28 miliar dan dana APBD Kabupaten Rokan Hulu.
Pengolahan POME 
dari pabrik PT Arya Rama Prakarsa sebesar 45 ton tandan buah segar (TBS)
 per hari menjadi 1 MW listrik untuk 1.050 KK di perdesaan.
Wakil 
Menteri ESDM Susilo Siswo Utomo mengatakan masyarakat Rantau Sakti 
benar-benar merdeka bisa menikmati listrik 24 jam, tetapi masyarakat 
harus tetap hemat karena masyarakat lain masih membutuhkan.
"Kami 
berharap proyek ini bisa bertahan lama dan berkelanjutan. Rokan Hulu 
yang pertama menjadi pilot project limbah cair sawit untuk pembangkit 
listrik bagi warga perdesaan," ungkapnya saat peresmian pilot project 
pemanfaatan limbah cair sawit (POME) di Desa Rantau Sakti, Tambusai 
Utara, Rokan Hulu, Riau, Selasa (16/9/2014).
Pemerintah mengimpor 1,5 juta barel BBM per hari senilai 1,2 triliun per hari atau 120 juta dolar per hari.
Namun
 menurutnya itu tidak masalah karena untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
 6,5% sehingga rakyat semakin makmur. Dengan pertumbuhan penduduk 1,2% 
per tahun dan pertumbuhan energi 8%, sehingga pada 2020 impor BBM 
sebesar 1,8 juta barel per hari senilai US$2,2 juta atau Rp2,2 juta 
triliun per hari.
Susilo menjelaskan jika 1 MW butuh 4.000 
kiloliter BBM per tahun, bisa mengurangi impor BBM 4.000 kilo liter per 
tahun. Jika ada 30 PKS, maka bisa menghemat 1,2 juta kiloliter.
Ke
 depan, wamen ESDM mengharapkan bupati jangan hanya mengandalkan APBD, 
tetapi juga melibatkan swasta. Dengan biaya Rp28 miliar tidak mahal 
untuk dikerjakan bersama.
Rida Maulana, Dirjen Energi Terbarukan 
dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 
mengungkapkan bauran energi baru dan terbarukan pada 2025 diharapkan 
tumbuh menjadi 23%.
Bioenergi diharapkan dapat memberi kontribusi 
penyediaan energi nasional sebesar 8,2 persen melalui pengembangan PLT 
bioenergi dan penyediaan BBN. Selain itu, pemanfaatan limbah biomassa 
menjadi energi dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar 
fosil.
"Potensi biomassa tercatat sebesar 32.654 MW dan sebesar 1.716,5 MW telah dikembangkan," ujarnya.
Adapun
 pengembangan pembangkit listrik berbasis bioenergi on grid (tersambung 
dengan jaringan PLN) mencapai 90,5 MW sampai dengan 2013. Pengembangan 
pembangkit listrik bioenergi off grid sekitar 1.626 MW.
"Pembangkit listrik tersebut berbasis biomassa, biogas, dan sampah kota," ungkapnya.
Pada tahun ini, imbuh Rida, PLT bioenergi sebesar 56 MW ditargetkan bisa terhubung ke jaringan PLN.
Provinsi
 Riau merupakan daerah yang dikenal sebagai penghasil energi terbesar di
 Indonesia (meliputi minyak bumi, gas bumi, dan minyak sawit). Luas 
lahan sawit di Riau 2,2 juta hektare berpotensi menghasilkan 6,5 juta 
ton minyak sawit per tahun dengan limbah cair 16,25 juta meter kubik.
"Jika
 dimaksimalkan, pengolahan limbah cair sawit berpotensi menghasilkan 90 
MW listrik, mampu mengurangi emisi sebesar 568.000 ton C02 per tahun dan
 menghasilkan pupuk organik untuk kebutuhan pertanian," ungkapnya.
Editor : Yoseph Pencawan
- 16 September 2014, http://sumatra.bisnis.com/read/20140916/13/52087/pembangkit-berbahan-bakar-limbah-sawit-cair-mulai-beroperasi-di-rokan-hulu
- 16 September 2014, http://sumatra.bisnis.com/read/20140916/13/52087/pembangkit-berbahan-bakar-limbah-sawit-cair-mulai-beroperasi-di-rokan-hulu

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
 
No comments:
Post a Comment