Kompas/Boni Dwi Pramudyanto |
JAKARTA - Dewan Minyak Sawit Eropa bentukan Indonesia-Malaysia harus proaktif dalam forum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Advokasi melalui WTO menjadi agenda penting untuk menepis kampanye hitam terkait minyak sawit dari kedua negara. Karena itu, tahapan advokasi yang jelas harus dipersiapkan.
Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, Joko Supriyono, mengemukakan itu di Jakarta, Rabu (18/5/2011).
"Kami menyambut positif pembentukan Dewan Minyak Sawit. Kami berharap banyak dari lembaga tersebut. Pasalnya, minyak sawit kita kesulitan menembus pasar Eropa karena tuduhan merusak lingkungan," katanya.
Setiap minyak sawit yang akan masuk ke Eropa dikenakan ketentuan roundtable sustainable on palm oil (RSPO). Salah satunya dengan mengukur tingkat emisi karbon.
"Semuanya hanyalah akal-akalan Eropa untuk melindungi minyak kedelai dan minyak bunga matahari. Oleh karena itu, pembentukan dewan sangatlah tepat. Indonesia dan Malaysia harus bekerja sama karena sama-sama produsen minyak sawit," ucap Joko.
Joko mengatakan, WTO menjadi forum advokasi efektif untuk menekan Eropa. Organisasi itu bisa meminta Eropa membatalkan ketentuan RSPO, jika Indonesia dan Malaysia bisa membuktikan bahwa proses minyak sawit yang ada tidak merusak lingkungan.
Dewan Minyak Sawit Eropa dibentuk pada 13 Mei 2011 oleh Menteri Pertanian Suswono serta Menteri Perladangan dan Komoditi Industri Malaysia Tan Sri Benard Dompok.
Dewan itu dibentuk sebagai sarana bersama dalam menyediakan satu platform kolektif untuk mewakili kedua negara dalam debat publik yang membahas isu-isu keberlanjutan, keamanan energi, dan kesehatan masyarakat yang dilontarkan LSM antisawit, kelompok lobi tertentu, media, dan masukan dari anggota parlemen Eropa.
Advokasi melalui WTO menjadi agenda penting untuk menepis kampanye hitam terkait minyak sawit dari kedua negara. Karena itu, tahapan advokasi yang jelas harus dipersiapkan.
Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, Joko Supriyono, mengemukakan itu di Jakarta, Rabu (18/5/2011).
"Kami menyambut positif pembentukan Dewan Minyak Sawit. Kami berharap banyak dari lembaga tersebut. Pasalnya, minyak sawit kita kesulitan menembus pasar Eropa karena tuduhan merusak lingkungan," katanya.
Setiap minyak sawit yang akan masuk ke Eropa dikenakan ketentuan roundtable sustainable on palm oil (RSPO). Salah satunya dengan mengukur tingkat emisi karbon.
"Semuanya hanyalah akal-akalan Eropa untuk melindungi minyak kedelai dan minyak bunga matahari. Oleh karena itu, pembentukan dewan sangatlah tepat. Indonesia dan Malaysia harus bekerja sama karena sama-sama produsen minyak sawit," ucap Joko.
Joko mengatakan, WTO menjadi forum advokasi efektif untuk menekan Eropa. Organisasi itu bisa meminta Eropa membatalkan ketentuan RSPO, jika Indonesia dan Malaysia bisa membuktikan bahwa proses minyak sawit yang ada tidak merusak lingkungan.
Dewan Minyak Sawit Eropa dibentuk pada 13 Mei 2011 oleh Menteri Pertanian Suswono serta Menteri Perladangan dan Komoditi Industri Malaysia Tan Sri Benard Dompok.
Dewan itu dibentuk sebagai sarana bersama dalam menyediakan satu platform kolektif untuk mewakili kedua negara dalam debat publik yang membahas isu-isu keberlanjutan, keamanan energi, dan kesehatan masyarakat yang dilontarkan LSM antisawit, kelompok lobi tertentu, media, dan masukan dari anggota parlemen Eropa.
(sumber :Eny Prihtiyani | Agus Mulyadi | kompas.)
No comments:
Post a Comment