BANDARLAMPUNG : Para petani kelapa sawit beberapa desa di
Kabupaten Lampung Tengah mencari langkah sehubungan anjloknya harga
hasil panen mereka, di antaranya dengan meminta pabrik pengolahan kelapa
sawit menaikkan harga beli tandan buah segar (TBS).
"Kami sedang terus mencari langkah, dengan bermusyawarah antarpara
petani bagaimana agar harga buah sawit ini kembali seperti semula," kata
petani kelapa sawit di Desa Kotabatu, Kecamatan Pubian, Kabupaten
Lampung Tengah, Suwarno (42) di Kotabatu, Minggu (23/9).
Menurut dia, harga yang dikehendaki oleh petani sawit adalah
setidaknya harga TBS kelapa sawit sekitar Rp1.200/Kg, sedangkan sudah
hampir tiga pekan terakhir masih anjok di harga sekitar Rp700/Kg.
Ajloknya harga TBS kelapa sawit itu antara lain karena saat ini
hasil panen petani melimpah, buah membanjir, sehingga pihak pabrikan
kewalahan menampung produksi dari petani tersebut.
Menurut Warno, demikian panggilan akrabnya, musyawarah antarpetani
sawit itu tidak saja di satu desa, tetapi sudah antardesa, seperti Desa
Kotabatu, Payung Mulya, Payung Rejo, Payung Makmur, dan sekitarnya.
Dia juga terus memantau pekembangan antrean truk penjual buah sawit
ke pabrik-parik pengolahan kelapa sawit di daerahnya, seperi yang ada di
Kecamatan Kalirejo, Lampung Tengah, sekitar 50 Km dari desanya.
Menurut warga Kalirejo, Mamat, sejak dua hingga tiga hari terakhir
tidak lagi terjadi antrean panjang truk dan mobil bak terbuka lainnya
yang mengangkut dan akan menjual TBS ke pabrik itu, seperti dua pekan
lalu yang mencapai 200 hinga hampir 500 meter.
"Sekarang sudah tidak terlihat antrean panjang lagi, dan harga sawit di sini sekitar Rp800/Kg," ucap Mamat.
Warno menambahkan, di antara isi musyawarah para petani itu, selain
meminta kepada pihak pemerintah, para petani juga berniat untuk
melakukan komunikasi dengan pihak pabrikan.
"Kami juga akan mendatangi pabrik, untuk meminta agar harga buah sawit ini dinaikkan," tuturnya.
Salah satu asalannya, menurut dia, perbandingan antara harga buah
sawit dengan minyak goreng dari bahan baku kelapa sawit yang tidak
kunjung turun, atau tetap tinggi.
"Harga minyak goreng yang bahan bakunya dari kelapa sawit kan tidak
turun, kenapa sawitnya sendiri bisa anjlok, karena itu kami minta segera
dikembalikan," tukasnya.
Dia mencontohkan, harga minyak goreng di pasaran rata-rata sekitar
Rp12.000/Kg, sedangkan harga di pabriknya katakanlah sekitar
Rp10.000/Kg, tetapi harga kelapa sawit hanya Rp700/Kg.
Sementara itu di pasaran Kota Bandarlampung, sesuai data pada Kantor
Dinas Perdagangan setempat menunjukkan, harga minyak goreng Bimoli
biasa bertahan di Rp13.500, dan minyak goreng tanpa merek/curah juga
bertahan pada Rp11.000/Kg pada Minggu ketiga September 2012. (antara)/EKsp