BANDA ACEH : Sedikitnya 750 hektare hasil perkebunan 
warga pedalaman di Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh, bakal sulit 
dipasarkan, karena tidak ada akses jalan dan sarana pendukung lainnya 
guna mengangkut berbagai jenis komoditas.
Rabaini Yakob, Imum
 Mukhim Blangkejeren yang membawahi lima desa di Tapaktuan (Ibukota Aceh
 Selatan), Minggu 23 September 2012 menyatakan, ratusan hektare 
perkebunan milik warga di pegunungan Pucok Pulokan, Kecamatan Labuhan 
Haji Barat, bakal tidak dipanen, karena tidak ada akses jalan dan sarana
 pendukung guna mengangkut hasil bumi dari tempat itu.
Jalan dari
 lokasi perkebunan ke jalan negara yang berjarak sekitar enam kilometer 
hanya jalan biasa yang disebut dengan "jalan tikus" dengan lebar kurang 
lebih 45-50 Cm.
"Jalan itulah satu-satunya yang kita andalkan 
dalam mengangkut hasil bumi dengan cara memikul di atas bahu dan membawa
 turun dari gunung dengan jarak enam kilometer ini," katanya.
Keucik
 (kepala desa) Pulokan Zahari Yusuf mengungkapkan, sebanyak 1.000 orang 
warga dari lima desa dalam Kemukhiman Blangkejeren, Kecamatan Labuhan 
Haji Barat, yakni Desa Pulokan, Desa Tutong, Desa Ie Buboh, Desa Ujong 
Padang dan Desa Kuta Iboh, bergantung hidup dari berkebun di pegunungan 
Pucok Pulokan.
Setiap hari, katanya, warga harus berjalan kaki 
enam kilometer untuk mencapai kebun, sementara sepeda motor sulit 
melewati, apalagi kenderaan roda empat, sama sekali tidak bisa melalui 
jalan itu. "Inipun jalan yang dibangun dengan swadaya masyarakat dengan 
bergotong royong," sebutnya.
"Kendala utama kita hanyalah tidak 
ada akses jalan ke tempat itu, padahal hasil bumi dari perkebunan warga 
bisa bersaing dengan daerah-daerah lain," kata Zahari Yusuf.
Zahari
 Yusuf yang mewakili emapt Keuchik desa lainnya mengatakan, kalau 
pihaknya sudah beberapa kali mengajukan permohonan kepada pemerintah 
setempat untuk membangun sarana jalan menuju perkebunan penduduk.
"Akan
 tetapi hingga saat ini permohonan kami itu belum juga direspon, 
sepertinya Pemkab Aceh Selatan masih tutup mata melihat penderitaan 
kami," sesalnya.
Sementara Pawang Hutan Pucok Pulokan M Khadam 
mengungkapkan, sebanyak seribuan warga yang bercocok tanam di daerah itu
 rata-rata menanam pala, coklat, kopi, durian dan juga karet.
Dalam satu hari, katanya, khusus untuk buah pala petani bisa membawa pulang hasil kebunnya kurang lebih dua ton.
"Hasil
 yang kami hitung dua ton/hari itu yang bisa diangkut dengan memikul 
saja, banyak yang tidak bisa dibawa pulang, karena kondisi jalan ini, 
makanya kami sangat berharap pada Pemkab Aceh Selatan agar bisa 
memperhatikan nasib petani dengan membangun sarana jalan," harapnya.
Harapan
 senada juga disampaikan Azmir, anggota DPRK Aceh Selatan, yang 
menyatakan, pihaknya berharap Pemkab melalui dinas terkait agar segera 
memprogramkan pembangunan jalan ke daerah itu.
"Jika usulan sudah
 diajukan Pemkab, maka kami akan memperjuangkan saat pembahasan di tim 
anggaran. Ini janji kita," katanya yang didampingi anggoita dewan 
lainnya Zulfan.
Dilain pihak, Kepala Bidang Perkebunan di Dinas 
Kehutanan dan Perkebunan Aceh Selatan M Sanin mengungkapkan untuk 
permasalahan bibit bagi para warga di daerah itu tidak ada masalah lagi,
 demikian juga dengan pupuk dan obat pembasmi hama, semua sudah 
disalurkan.(antara)
"Tidak ada keluhan masalah bibit maupun 
lainnya, warga di sini hanya berharap pemerintah untuk segera membangun 
jalan, karena jalan itu memang sangat dibutuhkan," katanya.(Eksp)

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
