BANDA ACEH : Gubernur Aceh, Zaini Abdullah menyampaikan agar para pengusaha
perkebunan kelapa sawit dapat menjalankan usahanya di Aceh untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat Aceh.
Hal
ini dikatakan Zaini pada saat pengukuhan Dewan Pengurus Gabungan
Perusahaan Perkebunan Daerah Aceh (Gaperda) 2014-2019 dan Gabungan
Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Aceh 2014-2017 di Aula Meuligoe
Gubernur Aceh, Sabtu (12/04/2014) malam.
Kegiatan yang dihadiri seratusan pengusaha perkebunan ini berlangsung meriah.
"Kita harapkan perusahaan-perusahaan
perkebunan yang ada di Aceh ini, menjalankan program-program yang pro
rakyat dan para pengusaha dapat mendirikan kantornya di Aceh. Dengan
demikian PAD akan masuk ke Aceh," kata Zaini Abdullah.
Gubernur menambahkan bahwa Aceh
merupakan wilayah yang aman untuk investasi dan Pemerintah Aceh
berkomitmen untuk melindungi para pengusahanya.
"Kita usahakan berbagai cara termasuk
sosialisasi, apa pun caranya kita akan usaha agar pengusaha-pengusaha
kebun akan datang menanamkan modalnya di Aceh," ujarnya.
Sampai saat ini, Indonesia merupakan
penghasil sawit terbesar di dunia, yaitu sebesar 26 juta ton minyak
sawit dengan luas lahan sembilan juta hektar dengan nilai produksi 25,7
miliar dolar Amerika. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 30
juta ton pada akhir tahun 2014 ini.
"Penghasilan minyak sawit Indonesia sudah melampaui Malaysia semenjak tahun 2006," ungkap Joefly J. Bachroeny, Ketua Umum Gapki.
Menurutnya, struktur industri sawit
tergolong sehat dan seimbang karena peran petani sangat signifikan.
"Jangan sampai salah persepsi bahwa perkebunan itu hanya dikuasai oleh
perusahaan-perusahaan besar," tegasnya.
Keseriusan Investasi di Aceh
Menurut Joefly,
komposisi kebunrakyat di Aceh mencapai 53% dari total luasan perkebunan
dan angka ini melebihi rata-rata nasional.
Joefly menambahkan bahwa industri
minyak sawit sangat berperan dalam meningkatkan ekonomi nasional karena
mampu mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan pembangunan daerah.
Industri sawit juga telah menciptakan
pusat perkebunan dan ekonomi baru di luar Jawa, seperti Sumatera,
Kalimantan, dan Sulawesi.
"Minyak sawit merupakan penghasil
devisa kedua terbesar setelah minyak dan gas bumi. Pada tahun 2013
menghasilkan devisa sebesar 19 miliar dolar dan volume ekspor kurang
lebih 21 juta ton," tambah ketua Gaperda Aceh, Sabri Basyah.
Sebagai wujud keseriusan Gapki dan
Gaperda untuk pengelolaan perkebunan di Aceh, Minggu (13/04/14) pagi
kedua organisasi ini meresmikan kantornya yang terletak di jalan Ratu
Safiatuddin Banda Aceh.
"Peresmian kantor ini adalah sebagai
tindaklanjut dari permintaan Gubernur Aceh agar investor perkebunan
berkantor di Aceh," pungkas Sabri.
Gaperda dan Gapki merupakan wadah
komunikasi sekaligus menghimpun perusahaan demi kesejahteraan para
anggota pengusaha kelapa sawit dan juga rakyat Aceh. Pengurus Gaperda
Aceh saat ini beranggotakan 40 perusahaan industri kelapa sawit. (theglobejournal)
http://eksposnews.com/view/5/69278/Pengusaha-Perkebunan-Serius-Investasi-di-Aceh.html#.U0yrk6JnMwo
No comments:
Post a Comment