Pelatihan Penangkaran Kakao - Petani kakao dari Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Selatan dan Gayo Lues mengikuti pelatihan penangkaran bibit tanaman kakao di UD Tani Tanjung Morawa, akhir pekan lalu. Kegiatan yang merupakan program Cocobes Yayasan Sahabat Cipta Aceh ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas tanaman kakao di daerah tersebut. (medanbisnis/yuninaibaho) |
"Jika kualitas sudah tinggi, otomatis pendapatan petani bertambah. Apalagi ketiga daerah tersebut merupakan sentra kakao di Aceh," ujar Program Manager Cocobes Yayasan Sahabat Cipta, Yusdahema, kepada MedanBisnis, di Penangkar Bibit Tanaman UD Tani Tanjungmorawa, akhir pekan lalu.
Dijelaskan Yusdahema, menangkarkan bibit tanaman memang sangat diharapkan agar petani bisa mengelola bibit kakao sendiri. Sebab, selama ini bibit kakao banyak didatangkan dari daerah lain di luar Aceh.
"Karena ini daerah sentra kakao, jadi sudah seharusnya bibit berkualitas juga berasal dari sini. Kalau produktivitas tanaman naik, otomatis dapat mensejahterahkan desa," katanya.
Dalam pelatihan penangkar bibit tersebut, diungkapkannya, petani diberi pembelajaran tentang proses pembibitan berkualitas baik secara teori dan praktek yakni dari okulasi, pencangkokan, entens, pemahaman kultur jaringan dan tanaman simbiotik.
Saat ini, Yayasan Sahabat Cipta melakukan program Cocobes wanatani intensifikasi lestari. Dimana mau melestarikan hutan dan lingkungan, karena rata-rata tanaman kakao ditiga daerah tersebut banyak dikembangkan di lahan hutan sehingga dapat menjaga dan mencegah perambahan hutan.
"Kita sudah banyak memberi pelatihan dan sekolah lapang (SL) kepada petani dan melahirkan pelatih-pelatih tanaman kakao yang baru sehingga produktivitas tanaman kakao semakin meningkat," akunya seraya menambahkan sebanyak 2.400 petani sudah ikut dalam program Cocobes.
Penangkar Tanaman UD Tani Tanjung Morawa, N Akelaras, mengatakan, untuk mengembangkan produktivitas tanaman memang bergantung pada bibit yang digunakan. Sehingga menangkarkan tanaman diperlukan pembelajaran dan keseriusan.
"Kebutuhan bibit tanaman di Sumut saja sangat besar hingga ratusan juta bibit pertahun. Sedangkan persedian dari penangkar hanya 1 juta bibit pertahun. Ini artinya sangat diperlukan penangkar-penangkar kualitas," jelasnya yang juga Ketua Asosiasi Penangkar Tanaman (Aspenta) Sumut ini.
Diungkapkannya, sekarang ini banyak pohon yang ditanam, tapi yang bisa tumbuh sangat sedikit. Ini karena selain bibit yang kurang berkualitas, tapi juga tidak adanya perawatan pada tanaman. Dengan kondisi tersebut sangatlah dibutuhkan kehadiran penangkar tanaman untuk dapat menciptakan bibit tanaman berkualitas.
"Semua orang bisa menjadi penangkar tanaman. Jadi, melalui pelatihan ini, diharapkan petani kakao dari Aceh dapat menularkan ilmunya kepada petani lain sehingga semuanya dapat mengelola bibit dan tanaman dengan berkualitas," tuturnya.
Syamsudin, petani kakao dari Kabupaten Gayo Lues Aceh, mengakui, sebelum bergabung dalam program Cocobes Yayasan Sahabat Cipta, melakukan penanaman asal jadi. Namun, sejak 4 tahun belakangan ini sudah bisa membuat bibit sendiri. "Kita diberi ilmu dan belajar tentang pembudidayaan kakao, peremajaan dan perawatan. Dari proses tanam hingga pemasarannya," kata Syamsuddin. (yuni naibaho) MedanBisnis
No comments:
Post a Comment