MEDAN–Harga ekspor karet Indonesia jenis SIR 20 terus naik atau sudah mendekati 2,5 dolar AS per kg, dampak menguatnya nilai dolar AS.
“Harga SIR 20 pada 2 September ditutup 2,496 dolar AS per kg dari sebelumnya 2,427 dolar AS. Kenaikan harga menggembirakan karena diharapkan bisa menekan penurunan penerimaan devisa dari komoditas itu,” kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, di Medan, Selasa (3/9/2013).
Semakin menggembirakan karena kenaikan harga ekspor itu juga mendorong naiknya harga bahan olah karet (bokar) di pabrikan dan harga getah di tingkat petani.
Harga bokar misalnya per akhir Agustus sudah mencapai Rp22.422 hingga Rp24.422 per kg.
“Meski belum mencapai harapan dengan harga sebesar 3 dolar AS per kg, tetapi menguatnya terus harga ekspor itu menggembirakan apalagi nilai tukar dolar AS lagi menguat,” katanya.
Dia mengakui, banyak faktor yang membuat harga karet menguat atau sebaliknya melemah mulai dari soal kondisi perekonomian internasional, permintaan dan pasokan, harga minyak bumim hingga nilai tukar mata uang seperti dolar AS dan Yen.
Petani karet Sumut, K Siregar, mengakui, harga getah di tingkat petani sudah bergerak mencapai Rp7.000 – Rp8.00 per kg dari sebelumnya sempat tinggal Rp4.000 per kg.
Meski sudah naik menjadi sekitar Rp7ribuan per kg, tetapi petani belum untung karena masih di bawah harga normal dan di tengah produksi yang sedang tidak banyak dampak cuaca ekstrem.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Suharno menyebutkan, nilai ekspor Sumut dari karet dan barag dari karet Sumut hingga Juli 2013 turun 12, 68 persen dari periode sama tahun lalu atau tinggal 1,306 miliar dolar AS.
Kenaikan nilai ekspor sejak Juli belum bisa mendorong cepat perolehan devisa Sumut dari komoditas tersebut, katanya.(ant/msi)b-s