Quote:
dokumentasi "VERSI" elektronik-ku ini bermaksud membiasakan menggunakan " LESS PAPER " ,serta "PENGHORMATAN ATAS KEBEBASAN BERPENDAPAT,BEREKSPRESI,& BERKREASI," utk menyampaikan informasi,dalam "AKTIVITAS HARIAN".. beberapa "ada" yang dikutip dari berbagai sumber yang *inspiratif* jika ada yg kurang berkenan mohon dimaklumi,jika berminat utk pengembangan BloG ini silahkan kirim via email. mrprabpg@gmail.com...Thank's All Of You

running text

Search This Blog

sudah lihat yang ini (klik aja)?

Saturday, July 27, 2013

Petani Lokal Kurang Minati Fermentasi Kakao

Medan. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) berencana melakukan standarisasi pada biji kakao petani. Hal itu tertuang dalam draf Permentan tentang persyaratan mutu dan pemasaran biji kakao Indonesia, yang menyatakan biji kakao yang beredar di Indonesia harus sudah difermentasi.

Akan tetapi saat ini, khususnya di Sumatera Utara (Sumut), petani kakao cenderung kurang meminati proses fermentasi tersebut. "Memang pemerintah berencana melakukan standarisasi pada biji kakao supaya biji kakao yang beredar itu harus telah difermentasi," kata Kepala Dinas Perkebunan Sumut, Aspan Sofyan kepada MedanBisnis, Jumat (26/7) di Medan.

Padahal, lanjut Aspan, biji kakao yang telah difermentasi harganya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang hanya dijemur saja. “Yang jelas jika petani melakukan fermentasi pada biji kakaonya, harga jualnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hanya dijemur saja. Tetapi sayangnya petani kita tetap kurang meminati," ungkapnya.

Menurut Aspan, petani dalam memproduksi biji kakaonya tidak ingin direpotkan. Petani hanya ingin langsung menjualnya apabila tanaman telah panen."Petani kita maunya setelah panen biji kakaonya langsung dijual, sehingga mereka hanya melakukan penjemuran saja. Sementara jika mereka melakukan proses fermentasi membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 4-5 hari,” jelasnya.

Mengenai hasil penjemuran, Aspan mengatakan, hasilnya tidak sebagus apabila biji kakao itu difermentasi. Sebab dengan dilakukan penjemuran biji kakao akan didapati jamur sehingga kualitasnya rendah. Sementara bila difermentasi, kualitasnya jauh lebih baik dan harganya juga lebih tinggi.

"Padahal kita telah melakukan penyuluhan kepada petani. Tetapi petani memang maunya yang mudah dan normatif saja. Jadi, kita mengimbau kepada petani jika ingin mendapatkan harga yang lebih tinggi pada biji kakaonya lakukanlah fermentasi," ujarnya.

Mengenai rencana standarisasi yang melarang peredaran pada biji kakao ditahun mendatang, Aspan beranggapan pelarangan peredaran biji kakao non fermentasi hanyalah untuk ekspor saja, sedangkan peredaran dalam negeri tetap diperbolehkan seperti biasa.

"Ya setahu saya kalau untuk ekspor rencananya ada pelarangan pada biji kakao non fermentasi, tetapi kalau untuk di dalam negeri tetap tidak ada permasalahan, boleh-boleh saja. Untuk ekspor kan memang harus yang berkualitas," sebutnya.(cw 02)/MB
Sabtu, 27 Jul 2013 07:38 WIB

cari apa aja di OLX

Sponsor By :

TEMBAKAU DELI

Hobies

Momentum