JEMBER : Sedikitnya 1.055 hektare tanaman tembakau di Jember,
Jawa Timur, mati sejak awal hingga pertengahan Juli 2013. Tim Dinas
Perkebunan dan Kehutanan Jember menyatakan, tanaman tembakau mati akibat
hujan yang masih kerap turun hingga Juli. "Memang di luar perkiraan,
bulan ini seharusnya kering, malah sering hujan deras,"kata Kepala
Perkebunan dan Kehutanan Jember Masykur, Selasa (16/7/2013).
Sejak Mei hingga Juni, tanaman tembakau milik petani Jember tersisa
seluas 9.037 hektare. Saat ini tembakau yang paling banyak layu dan mati
adalah tembakau jenis Kasturi, yakni 824 hektare. Tanaman tembakau
jenis Besuki Na Oogst Tanam Awal (BesNOTA) yang rusak dan mati 413
hektare. "Sisanya tembakau jenis 'white burley' yang mati seluas 18
hektare."
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jember Hendro Handoko
mengakui, saat ini ribuan petani tembakau Jember kewalahan berjibaku
dengan tanaman, iklim, dan cuaca yang tidak menentu. Kondisi serupa,
kata dia, juga dialami petani tembakau di kota lain, seperti Probolinggo
dan Madura. "Tahun ini tahun duka petani tembakau."
Akibatnya, kata Hendro, banyak petani tembakau yang putar haluan
menanam sayur-mayur dan padi. Apalagi petani sudah menghabiskan banyak
biaya untuk mengganti lagi tanaman yang mati sebanyak tiga hingga lima
kali. "Sekarang bibit tembakau susah didapat, sedangkan harga sayur
naik. Terutama cabe."
APTI meminta pemerintah lebih serius memperhatikan ribuan petani
tembakau yang sedang merugi dengan memberikan bantuan dan pelatihan yang
menggunakan dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT). Pasalnya,
bukan tidak mungkin kerugian petani atau banyaknya tanaman tembakau yang
mati, akan membuat tembakau luar negeri menghujani pasar dalam negeri.
"Stok tembakau dalam negeri kurang. Kalaupun ada kebanyakan kualitasnya
turun. Ini pasti jadi alasan impor." (tribunnews)