Belawan. Kinerja ekspor minyak mentah 
kelapa sawit (crude palm oil/CPO) Sumatera Utara (Sumut) bangkit dan 
kembali menunjukkan tren yang positif. Indikasinya, ekspor komoditas 
unggulan Sumut ini naik sebesar 31,71% selama periode Januari-Februari 
2013.
        Asisten Manajer Hukum dan Humas Pelindo
 I Cabang Belawan M Azmi Jauhari, melalui stafnya Arief, Rabu (20/3), 
memaparkan, selama Januari-Februari 2013, ekspor CPO Sumut yang 
dikapalkan melalui terminal curah cair Pelabuhan Belawan meningkat 
menjadi 495.538 ton. 
Jumlah ini meningkat 31,71% jika 
dibandingkan realisasi ekspor CPO Januari-Februari 2012 sebanyak 
376.221ton.  "Kenaikan di atas 30 persen ini merupakan yang pertama kali
 dalam lima tahun terakhir. Bahkan, beberapa tahun terakhir tren ekspor 
CPO menurun," kata Arief, kepada MedanBisnis, di Belawan, Rabu (20/3).
Dipaparkannya,
 periode Januari-Februari 2010, ekspor CPO Sumut turun sebesar  22,69% 
menjadi 374.625 ton dari yang sebelumnya sebelumnya 484.605 ton pada 
periode yang sama di tahun 2009. Kemudian, naik sebesar 8,61% menjadi 
406.893 ton pada Januari-Februari 2011. Kemudian, ekspor Sumut kembali 
turun sebesar 7,49% menjadi 376.221 ton pada Januari-Februari 2012. 
"Secara
 kumulatif, ekspor CPO dua tahun terakhir juga turun. Pada tahun 2011 
misalnya, turun sebesar 7,49% menjadi 2,6 juta ton lebih dari tahun 2010
 sebanyak  2,8 juta lebih. Kemudian tahun 2012 turun lagi menjadi 2,5 
juta ton lebih atau turun sekitar 1,85%. Tahun ini tampaknya akan ada 
peningkatan dan menjadi kebangkitan ekspor CPO," paparnya. 
Ketua
 Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sumut Khairul Mahalli, 
ketika dihubungi menyatakan optimis ekspor CPO Sumut akan meningkat. 
"Peningkatan ekspor CPO Sumut melalui Pelabuhan Belawan kami perkirakan 
akan terus meningkat hingga akhir tahun. Sebab, permintaan buyer juga 
terus meningkat dan krisis ekonomi global juga sudah mulai bisa 
dikendalikan oleh sejumlah negara yang menjadi buyer CPO Sumut," 
ujarnya.
Tertekan BK 
Manajer PT Kharisma Pemasaran Bersama 
(KPB) Cabang Medan Trihardoyo mengatakan, pemberlakuan pajak progresif 
terhadap bea keluar CPO menekan ekspor CPO milik PTPN. Pasalnya, sejak 
diterbitkannya kebijakan tersebut, ekspor CPO milik PTPN3 dan PTPN4 
turun dari 30.000 ton per bulan menjadi 5.000 ton per bulan. 
"Jika
 sebelumnya ekspor CPO dari PTPN3 dan PTPN4 mencapai angka 350.000 ton 
per tahun dengan rata-rata per bulan mencapai 30.000 ton. Sejak 
penerapan pajak progresif, terus mengalami penurunan hingga yang 
sekarang ini berhenti di angka 5.000 ton per bulan dengan tujuan ekspor 
ke India dan China," katanya.  
Namun demikian, lanjutnya, 
penurunan tersebut tidak selalu menjadi persoalan karena CPO yang 
diproduksi perusahaan plat merah tersebut bisa dijual di pasar lokal. 
Bahkan, katanya, dengan memasarkannya di pasaran lokal, ada keuntungan 
tersendiri bagi PTPN, karenanya hasil penjualannya bisa cair lebih 
cepat. Pasalnya, kata dia, jika dijual di pasar lokal melalui  KPB yang 
dulu bernama Kantor Pemasaran Bersama, hasil penjualan bisa diperoleh 
setelah 14 hari, tepatnya setelah penutupan kontrak. "Sementara kalau 
ekspor, pencairannya lebih lama," ungkapnya. (wismar/dewantoro)

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
