PALEMBANG : Petani sawit swadaya yang memiliki 
kepemilikan lahan di bawah 25 hektare di Sumatera Selatan memilih tidak 
memanen Tandan Buah Segar sawit, karena rendahnya harga pada tingkat 
pengepul sejak akhir Oktober 2012.
"Pantauan di lapangan 
beberapa waktu lalu sejak panen raya di sejumlah sentra sawit memang 
banyak petani tidak memanen, dan membiarkan saja buah sawit atau tandan 
buah segar (TBS) yang dihasilkan oleh kebunnya," kata Kepala Bidang 
Produksi Dinas Perkebunan Sumsel Safar Bahri, di Palembang, Rabu 19 
Desember 2012.
Ketika ditanya keadaan petani sawit mandiri 
(swadaya) Sumsel akibat penurunan harga, menurut Safar, jika pun dipetik
 tidak akan dijual ke pabrik, tapi dibiarkan busuk untuk kemudian 
dijadikan pupuk.
Ia menuturkan, keadaan ini tidak terjadi pada 
petani sawit plasma dan inti perusahaan, karena harga TBS yang 
diberlakukan berdasarkan kesepakatan bersama.
"Setiap bulan 
terdapat dua kali penentapan harga TBS oleh sepuluh perusahaan lokal dan
 satu perusahaan asing di Sumsel, sehingga para petani plasma dan inti 
menjadi terlindungi," katanya.
Menurut dia, meski turut mengalami
 penurunan tapi harga kisaran Rp1.200 hingga Rp1.500 perkilogram saat 
ini dipandang relatif baik dibandingkan petani mandiri.
Menurutnya,
 rendahnya harga TBS pada tingkat pengepul itu disebabkan sejumlah 
pabrik mengurangi penyerapan akibat penurunan volume ekspor.
Keadaan
 ini dipicu rendahnya permintaan luar negeri, karena terjadi panen bunga
 matahari di Eropa dan minyak kedelai di China secara serentah sejak 
Oktober, katanya.
Sementara, panen raya yang terjadi di Sumsel mengakibatkan tangki di pabrik tidak sanggup menampung, sehingga harga pun jatuh.
"Tentunya
 pabrik akan mendahulukan TBS hasil perkebunan sendiri serta perkebunan 
plasma yang menjadi milik rakyat sekitar, sehingga hasil petani mandiri 
tidak mampu terserap," katanya.
Namun, keadaan ini akan berangsur-angsur stabil seiring dengan berakhirnya panen raya.
"Panen
 biasanya berlangsung dari Oktober hingga Januari, setelah itu akan 
membaik kembali siklusnya dan secara langsung berdampak positif pada 
harga," katanya.
Dia menambahkan, produksi minyak sawit Sumsel 
melebihi target 110 persen pada 2012 akibat perluasan lahan plasma dan 
inti oleh perusahaan beberapa tahun terakhir.(antara)/Eksp

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
