PEKANBARU : Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki Provinsi Riau Wisnu Oriza menyatakan indikasi keterlibatan delapan perusahaan sawit dalam kebakaran lahan di Riau tidak realistis karena perusahaan tidak kemungkinan membakar lahannya sendiri yang akan mengakibatkan kerugian.
"Meski Gapki menghormati proses hukum yang berjalan, harus dibedakan apa lahan itu dibakar atau terbakar karena saya nilai tidak mungkin lahan sawit sendiri dibakar karena akan rugi besar," kata Wisnu, Rabu 26 Juni 2013.
Sebelumnya Menteri Lingkungan Hidup (MenLH) Balthazar Kambuaya menyatakan bahwa ada delapan perusahaan kelapa sawit Malaysia yang terindikasi kuat terlibat dalam kebakaran lahan di Riau hingga menyebabkan kabut asap di sejumlah wilayah.
Menurut Wisnu, empat dari delapan perusahaan yang disebut Menteri Lingkungan Hidup adalah anggota Gapki Riau.
"Kebakaran saya yakini bukan di area pembukaan baru, karena tahun ini tidak ada anggota Gapki mendapat perluasan kebun sawit tahun ini. Artinya itu bisa terjadi di lahan yang sudah ditanami, jadi harus ditelusuri betul apa iya itu dibakar atau ikut terbakar dari kebakaran lahan di sekelilingnya," kata Wisnu.
Karena itu, ia meminta agar titik koordinat yang menyatakan sumber kebakaran berasal dari perusahaan harus dicek dengan benar.
"Saya masih menunggu hasil laporan anggota di lapangan," kata dia.
Ia mengatakan Gapki menghormati proses penyelidikan yang kini dilakukan oeh petugas kepolisian.
Selain itu, ia juga sudah menginstruksikan agar seluruh perusahaan anggota Gapki menyiagakan personel untuk mengantisipasi kebakaran lahan.
"Perusahaan anggota Gapki juga wajib membantu pemadaman kebakaran lahan di sekitar konsesinya yang dimiliki masyarakat," ujarnya.(ant)/Eksp