Quote:
dokumentasi "VERSI" elektronik-ku ini bermaksud membiasakan menggunakan " LESS PAPER " ,serta "PENGHORMATAN ATAS KEBEBASAN BERPENDAPAT,BEREKSPRESI,& BERKREASI," utk menyampaikan informasi,dalam "AKTIVITAS HARIAN".. beberapa "ada" yang dikutip dari berbagai sumber yang *inspiratif* jika ada yg kurang berkenan mohon dimaklumi,jika berminat utk pengembangan BloG ini silahkan kirim via email. mrprabpg@gmail.com...Thank's All Of You

running text

Search This Blog

sudah lihat yang ini (klik aja)?

Tuesday, June 4, 2013

Petani di Kalimantan Tengah Jual Kebun Sawit

SAMPIT : Harga jual tandan buah segar kepala sawit dalam setahun terkahir di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dilaporkan anjlok sehingga petani terpaksa memilih menjual kebunnya, kata seorang petani di daerah tersebut.
Kalau harga TBS di tingkat pabrik normal berkisar Rp1.300-Rp1.800/Kg dan kini turun di bawah Rp1.000/Kg, petani lebih memilih menjual kebunnya, kata seorang petani sawit di Kecamatan Parenggean, Rahmad, di Sampit, Minggu 2 Juni 2013.


"Harga kebun kelapa sawit yang sudah berbuah pasir di tempat kami rata-rata ditawarkan antara Rp40 juta-Rp45 juta/hektare. Kalau ada yang mau, banyak petani yang menjualnya," kata dia.

Kebun kelapa sawit yang sudah berbuah pasir (permulaan), belum merata buahnya. Kebun seperti ini sudah bisa dipanen namun hasilnya belum maksimal.

Jika membeli kebun yang ditanam, ada risikonya karena belum diketahui apakah bibit sawit itu kualitas bagus atau tidak. Bahkan menurut dia, jika salah bibit maka sawitnya malah tidak berbuah.

"Kalau saya belum kepikiran menjual kebun, karena kebetulan kebun saya belum berbuah. Jadi saya menunggu saja dulu, siapa tahu saat musim panen harga kembali normal," kata Rahmad.

Wawan, salah seorang warga Sampit mengaku prihatin karena masih lesunya harga jual TBS. Tidak hanya perusahaan besar, masyarakat yang mengandalkan penghasilan dari kelapa sawit juga merasa terpuruk dengan harga TBS yang berlaku sekarang.

Harga dimonopoli "Ada beberapa rekan saya yang tadinya mau usaha sarang walet, namun karena harga sarang walet turun, dia mengalihkan modalnya ke kebun sawit. Ternyata saat ini harga sawit juga anjlok, makanya banyak yang pusing," kata dia.

Selain harganya anjlok, masyarakat Kotim yang punya kebun sawit juga waswas karena semua bergantung pada perusahaan. Mereka tidak ada pilihan lain kecuali menjual hasil panen TBS kepada perusahaan yang memiliki pabrik yang harganya terkadang dimonopoli perusahaan.

"Kalau musim panen raya ke mana kita menjualnya. Akhirnya kita terpaksa menjual ke perusahaan meski misalnya mereka menetapkan harga rendah. Mau disimpan mustahil karena masyarakat tidak punya pabrik kelapa sawit (PKS) seperti perusahaan," kata Rahmad.

Petani sawit di Kotim berharap pemerintah membangun PKS untuk menampung hasil panen sawit masyarakat. Solusi lain, pemerintah juga bisa merancang regulasi untuk mewajibkan perkebunan besar swasta menyerap sawit hasil panen kebun masyarakat.(ant)/Eksp

cari apa aja di OLX

Sponsor By :

TEMBAKAU DELI

Hobies

Momentum