PTPN2 |
Kerugian ditaksir Rp. 2,3 miliar. Informasi diperoleh Sumut Pos, Senin (14/7) kemarin. Kebakaran bangsal diketahui sekira pukul 04.00 WIB. Diduga kebakaran itu dilakukan sekelompok pria. Sebelum melakukan aksinya, kelompok pria tersebut mengancam kedua korban, selanjutnya menyulutkan api kearah lokasi gudang yang berisi sedikitnya 36 ribu lembar tembakau kualitas terbaik.
Ketua Serikat Pekerja (SP) PTPN2 kebun Klambir, Jumirin membenarkan saat ditanyai terkait kejadian dimaksud. Dia menyebutkan, peristiwa kebakaran itu diduga sengaja dilakukan pihak tertentu. “Kejadiannya dua kali, menjelang pagi dan sore hari. Pekerja kebun yang sedang jaga malam tidak berani melawan, karena jumlah mereka banyak”, ujarnya.
Setelah itu, beberapa prang pria lainnya bergerak menjuju lahan afdeling 2 berada tak jauh dari lokasi bangsal dibakar. Ditempat ini, pelaku yang dating dengan mengendarai sepeda motor selanjutnya membakar satu unit traktor yang berada di depan gudang penyimpanan tembakau deli. “Bhakan sebelumnya, pekerja ada yang mengalami penganiayaan.
Kejadian telah dilaporkan ke Mapolda Sumut, karena pernah mengadu di Polres Pelabuhan Belawan tapi tidak ada tindak lanjut kasusnya,” ungkap, Jumirin. Dia menyebutkan, sebelum pembakaran ketiga bangsal berisi tembakau dan satu unit kenderaan alat berat jenis traktor itu terjadi.
Sejumlah pria dengan nada ancaman meminta para buruh kebun meninggalkan lahan tanah HGU milik PTPN 2 yang akan ditanami bibit baru. “Kalau intimidasi sudah sering dialami buruh kebun yang dilakukan oleh penggarap. Tapi, percuma dilaporkan ke polisi berulang kalipun tidak ada artinya, pelakunya tak kunjung ditangkap, Sekarang kami bingung mau minta jaminan keamanan kemana,” ucapnya. Sementara itu, Asisten Manager Umum PTPN2 Kebun Klambir, David Ginting saat dihubungi mengatakan, dampak dari aksi pembakaran tiga bangsal tembakau dan satu trakror tersebut membuat pihaknya mengalami kerugian Rp. 2,3 miliar. Sebab, pasokan tembakau kualitas ekspor yang berada di dalam gudang ludes terbakar. “Akibat ulah sekelompok orang itu tembakau berkualitas ekspor yang berada di dalam bangsal hangus.
Apalagi, pasokan tembakau itu rencananya akan diekspor ke Negara Eropa,” sebut David. David, berharap kasus pembakaran aset negara yang telah dilaporkan ke Mapolda Sumut segera diusut dengan menangkap sekelompok pria diduga penggarap yang berakibat kerugian mencapai miliaran rupiah. “Kejadian ini sudah berulang kali terjadi, peristiwa sebelumnya sudah dilaporkan ke polres, tapi penangannan kasusnya lambat. Dan sekarang terjadi lagi, makanya kita buat pengaduan ke Polda Sumut dengan harapan pelakunya segera ditangkap.” Ujarnya.
KEPALA KADIS TANAMAN KEBUN HELVETIA PTPN II (PERSERO) DI PANAH OLEH ANGGOTA KELOMPOK TANI
Nasib
tragis Perusahaan Plat Merah yaitu Kebun Helvetia PTPN II (Persero)
Tanjung Morawa yang kali ini memakan korban Kepala Dinas Tanaman Sahat
Situmorang terkena Panah yang diduga dilakukan Kelompok Tani Maju
Lestari Indonesia (KTMLI) sekitar jam 10.00 wib Selasa (22/07) di parit
batas antara lahan PTPN II (Persero) dengan perkampungan masyarakat yang
notabene diatas lahan HGU (Hak Guna Usaha) PTPN II (Persero) nomor :
HGU 102 tahun 2003 yang berakhir pada tahun 2028. Kejadian seperti ini
sudah beberapa kali terjadi yang sebelumnya beberapa hari yang lalu
pembakaran Bangsal Tembakau dan Traktor milik PTPN II (Persero) yang
diindikasikan dilakukan oleh kelompok yang sama dan sudah dilaporkan
kepada pihak berwajib. Kejadian tersebut bermula saat korban dan
Pamswakarsa serta karyawan sedang melakukan pembuatan parit batas antara
areal Kebun dengan perkampungan masyarakat, namun tiba-tiba datang
warga Kelompok Tani yang merasa tidak senang dengan pembuatan parit
batas tersebut. Dengan membabi butanya serangan yang dilakukan kelompok
tani secara tiba-tiba dengan menggunakan panah dan senjata tajam, Sahat
Situmorang dan karyawan lainnya lari untuk menyelamatkan diri, namun
naas bagi Sahat terkena panah di bagian kepalanya. Melihat jatuhnya
korban dari salah satu karyawan yaitu Sahat Situmorang karyawan yang
lain berusaha membantu korban, karena melihat luka korban yang cukup
serius Manejer dan Asisten Umum Kebun Helvetia David Ginting membawa
korban ke Rumah Sakit Columbia Medan untuk dilakukan operasi guna
mengeluarkan panah yang menancap dikepala korban. Pada kesempatan itu
Manejer Helvetia Ir. Edy Suranta yang mulai gerah dengan insiden
belakangan ini mulai angkat bicara mengatakan sangat menyayangkan
insiden tersebut terjadi, dimana Kebun Helvetia PTPN II (Persero) sesuai
dengan rencananya melaksanakan pekerjaan, namun diserang oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan melakukan teror. Berkaitan
dengan insiden tersebut Edy juga mengatakan kemungkinan insiden ini ada
kaitannya juga dengan kejadian sebelumnya yaitu pembakaran Bangsal
Tembakau dan pembakaran Traktor yang diindikasikan dilakukan oleh
Kelompok Tani yang sama. Edy juga menambahkan bahwasannya menurut info
yang ia dapat dari karyawan bahwasannya Serikat Pekerja Perkebunan
(SPBUN) maupun Serikat Pekerja Merdeka (SPM) unit Kebun Helvetia PTPN II
(Persero) merasa geram dengan kejadian yang merugikan perusahaan
belakangan ini dan akan melakukan aksi bila tidak ada tindakan yang
dilakukan aparat keamanan, baik itu melakukan aksi perlawanan untuk
pengamanan asset Perusahaan maupun pengamanan karyawannya. Selaku
Manejer Edy Suranta mengatakan akan tetap mempertahankan seluruh asset
perusahaan dan karyawan dengan segala resikonya karena perbuatan ini
merupakan perbuatan yang keji dan tidak bisa ditolerir lagi dimana sudah
ada upaya-upaya untuk menghilangkan nyawa orang lain khususnya nyawa
karyawan, Edy Suranta mengakhiri. Di Rumah Sakit Columbia Medan juga
terlihat beberapa Direksi PTPN II (Persero), Kepala Bagian, Manejer
Distrik, dan Manejer Kebun yang menjenguk korban yang sedang terbaring
lemah diantaranya Direktur Pengembangan Hakim Bako, Kepala Bagian
Pemasaran Reza Ketaren, Kepala Bagian Sekretariat Perusahaan AH.
Suharto, SH, Manejer Distrik Tebu Edy Suprihartono, Manejer PGKM Jhon
Modal Pencawan, Manejer Distrik Tembakau Taufan, dan beberapa Asisten
Kebun.
No comments:
Post a Comment