Jakarta. Kelapa sawit dinilai merupakan alternatif 
sumber energi yang paling baik untuk menggantikan sumber energi fosil 
yang tak lama lagi akan habis sebab tanaman ini memiliki produktifivitas
 yang tinggi dan ramah lingkungan.
              
            
            
              
                Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Ernan Rustiadi dalam diskusi bertema "Pentingnya Industri
 Kelapa Sawit bagi Pertumbuhan Ekonomi Nasional di Tengah Derasnya 
Kampanye Negatif Barat" di Bogor, Kamis (3/7), mengatakan ke depan, 
seluruh industri akan bergeser kepada industri yang bersumber dari 
sumber daya hayati.Salah satunya adalah bahan bakar yang terbuat
 dari tumbuh-tumbuhan. "Sumber daya alam yang kian lama kian habis, 
dapat digantikan dengan sumber daya hayati yang berasal dari alam. Tentu
 ini adalah peluang sekaligus tantangan bagi bangsa Indonesia," ujar 
Ernan dalam di diskusi yang diprakarsai PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA 
Group) di Kampus IPB.
Menurut dia, banyak negara saat ini sibuk 
memikirkan sumber energi bahan bakar masa depan, seiring dengan 
kesimpulan para ilmuwan yang menyatakan bahan bakar yang berasal dari 
fosil akan habis dalam kurun waktu 50-75 tahun lagi.
"Kini banyak
 negara mulai mengembangkan BioEco Energy (biofuel). Sumber energi 
tersebut dianggap yang paling tepat menggantikan energi fosil karena 
mudah diproduksi karena berasal dari sumber daya alam hayati dan sangat 
ramah terhadap lingkungan," kata Ernan.
Dikatakannya, salah satu 
bahan dasar yang memiliki potensi paling tinggi untuk produksi biofuel, 
adalah minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO).
Pengembangan industri kelapa sawit nasional
 sangat prospektif karena saat ini pemerintah Indonesia sedang 
menjalankan program pengembangan biofuel (biodisel) yang menggunakan CPO
 sebagai bahan bakunya.
"Dengan demikian kapasitas penyerapan CPO
 akan jauh lebih besar lagi, di samping nilai tambahnya juga akan 
semakin tinggi," ujarnya.
Sejumlah penelitian, menurut dia, 
membuktikan energi yang dihasilkan oleh teknologi ini lebih efesien dari
 minyak bumi dan lebih ramah lingkungan. Biofuel dinilai sangat efesien 
karena menggunakan bahan-bahan yang melimpah di Indonesia dan dapat 
diperbarui.
"Ketersediaan cadangan bahan bakar ini bisa diatur 
sesuai dengan kebutuhan sehingga menjamin kestabilan neraca minyak dan 
energi nasional," katanya.
Senada dengan itu Menteri Riset dan 
Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta mengatakan pengembangan 
minyak kelapa sawit menjadi bioenergi adalah hal yang paling strategis. 
"Di
 tengah krisis energi yang terjadi di dunia saat ini, maka Indonesia 
mengambil langkah maju untuk mengembangkan teknologi minyak kelapa sawit
 menjadi bioenergi dengan bahan baku kelapa sawit," katanya.
Pemerintah,
 tambahnya, mendukung penuh pengembangan teknologi ini karena dalam 10 
sampai 20 tahun yang akan datang energi yang bersumberkan dari fosil 
sudah habis. 
Sementara itu Ketua Pusat Penelitian Kelapa Sawit 
Nasional (PPKS) Witjaksana Darmosarkoro mengatakan tujuan percepatan 
mengatasi krisis energi melalui industri kelapa sawit ini tidak akan 
berhasil apabila tidak didukung oleh semua stakeholder kelapa sawit. 
Oleh karena itu dia meminta dukungan dari Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Pertanian, serta Kementerian Perdagangan. 
"Indonesia
 saat ini adalah produsen CPO terbesar di dunia dengan perkebunan kelapa
 sawit yang terluas di dunia, sehingga selayaknya menempatkan Indonesia 
sebagai rujukan pengembangan kelapa sawit di dunia," jelas Witjaksana. 
(ant)

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
 
No comments:
Post a Comment