"Aturan RSPO tidak
menurunkan kinerja ekspor CPO asal Indonesia ke pasar Eropa. Selama
periode Januari-Mei 2012, ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia
meningkat 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu," kata Direktur
Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan
di Jakarta, Senin (2/7).Fadhil menyatakan, meskipun krisis
global tengah melanda negara-negara Eropa dan ada hambatan aturan RSPO,
kinerja ekspor CPO Indonesia tetap tumbuh. "Hingga akhir tahun,
diperkirakan ekspor CPO akan terus meningkat jika diverfisikasi pasar
ekspor ke Afrika, Timur Tengah, dan juga Amerika Latin seperti Brasil,
Argentina mengalami peningkatan yang pesat akibat pertumbuhan ekonomi
yang cukup baik," katanya.
Sedangkan harga CPO di pasar Internasional, kata Fadhil, tergantung pada pergerakan harga minyak bumi. Dalam jangka menengah dan harga minyak bumi yang cenderung naik, maka harga CPO juga berpotensi meningkat, ujarnya.
Fadhil menambahkan, saat ini ada 1.911 industri sawit di Indonesia dan menghasilkan 23,5 juta ton CPO dari area 8,2 juta ha lahan. Struktur industri CPO di Indonesia tergolong sehat dan seimbang, di mana peranan petani sangat signifikan dengan menguasai 42% total area dan 37% dari produksi nasional, katanya.(ant)
Sedangkan harga CPO di pasar Internasional, kata Fadhil, tergantung pada pergerakan harga minyak bumi. Dalam jangka menengah dan harga minyak bumi yang cenderung naik, maka harga CPO juga berpotensi meningkat, ujarnya.
Fadhil menambahkan, saat ini ada 1.911 industri sawit di Indonesia dan menghasilkan 23,5 juta ton CPO dari area 8,2 juta ha lahan. Struktur industri CPO di Indonesia tergolong sehat dan seimbang, di mana peranan petani sangat signifikan dengan menguasai 42% total area dan 37% dari produksi nasional, katanya.(ant)