"Untuk
mendukung peningkatan produktivitas tanaman sawit,
riset perlu ditingkatkan guna menghasilkan bibit-bibit unggul
berkualitas serta tahan hama."Soedjai mengatakan
Jakarta .Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI) mengingatkan pelaku usaha agar peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit menjadi strategi utama dalam mendorong daya saing industri sawit nasional. Ketua GPPI Soedjai Kartasasmita dalam pembukaan Konferensi dan Pemeran Sawit Internasional (ICEPO) 2014 di Jakarta, Senin (26/5) mengatakan, ke depan lahan akan semakin sulit diperoleh sehingga kebijakan ekspansi perkebunan sawit tidak mungkin dilakukan untuk meningkatkan produksi.
"Banyak pohon kelapa sawit kita yang sudah tua seharusnya diremajakan untuk meningkatkan produktivitas tanaman," katanya.
Kalau tidak cepat-cepat diremajakan, tambahnya, ke depan produksi sawit dalam negeri cenderung menurun, padahal tingkat kebutuhan di pasar semakin tinggi.
Soedjai mengatakan, tanaman kelapa sawit yang memerlukan peremajaan tersebut sebagian besar milik petani, yang justru menyumbang terbesar luas perkebunan sawit nasional.
"Dengan menggunakan bibit unggul, tanaman umur 22 hingga 24 bulan sudah bisa menghasilakn tingkat produktivitas setinggi tanaman usia 12-15 tahun. Bahkan tanaman umur empat tahun bisa menyamai umur sawit delapan tahun," katanya.
Untuk mendukung peningkatan produktivitas tanaman sawit, Soedjai mengatakan, riset perlu ditingkatkan guna menghasilkan bibit-bibit unggul berkualitas serta tahan hama.
Menurut dia, pemerintah seharusnya menyediakan anggaran bagi lembaga-lembaga penelitian untuk menghasilkan bibit unggul, jangan sampai mereka mencari dana sendiri.
Sementara itu pembukaan ICEPO 2014 berlangsung di Jakarta Convention Center semula dijadwalkan oleh Menteri Pertanian Suswono namun kemudian digantikan oleh Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga Roy Suryo.
Dalam sambutannya Menpora mengajak kalangan pemuda untuk sadar dan peduli bahwa Indonesia memiliki potensi sumber daya alam besar yang bisa dimanfaatkan untuk pembangunan.
ICEPO 2014 yang memasuki tahun ke lima tersebut rencananya berlangsung 26-28 Mei serta diharapkan semakin memantapkan Indonesia sebagai produsen kelapa sawit dunia yang ramah lingkungan. (ant)/Medan bisnis,
Sumber lain : Koran jakarta memberitakan sbb :
Regulasi Perdagangan I Perlu Usaha Keras untuk Tingkatkan Produktivitas
HPE Sawit dan Kakao Diturunkan
“Penetapan HPE periode Juni 2014 dilakukan setelah memperhatikan rekomendasi dan hasil rapat koordinasi dengan instansi-instansi teknis terkait, khususnya dalam menyikapi perkembangan harga komoditas, baik nasional maupun internasional,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Bachrul Chairi, dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Penetapan HPE CPO didasarkan pada harga referensi CPO, yaitu 915,26 dollar AS per metrik ton atau turun 17,38 dollar AS atau 1,9 persen dari periode bulan sebelumnya, yaitu 932,64 dollar AS per metrik ton.
Dengan demikian, didapat HPE CPO sebesar 844 dollar AS per metrik ton, yang turun 2 persen atau 17 dollar AS jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 861 dollar AS per metrik ton.
Penetapan BK CPO sebesar 12 persen tercantum pada kolom 5 lampiran III PMK 128 Tahun 2013, yakni tidak terjadi perubahan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Harga referensi biji kakao untuk penetapan HPE biji kakao mengalami penurunan 35,31 dollar AS atau 1,2 persen, dari sebelumnya 2.967,72 dollar AS per metrik ton menjadi 2.932,41 dollar AS per metrik ton.
Hal itu berdampak pada penetapan HPE biji kakao yang juga menurun 35 dollar AS atau 1,3 persen dari sebelumnya 2.669 dollar AS per metrik ton menjadi 2.634 dollar AS per metrik ton. BK biji kakao tidak berubah dibandingkan periode bulan sebelumnya, yaitu sebesar 10 persen.
Hal tersebut tercantum pada kolom 3 lampiran II PMK 75 Tahun 2012. “Penurunan harga referensi dan HPE produk CPO dan biji kakao disebabkan oleh menurunnya harga internasional untuk kedua komoditas tersebut. HPE maupun BK komoditas kayu dan kulit tidak ada perubahan dari periode bulan sebelumnya,” kata Bachrul.
Tingkatkan Produksi
Secara terpisah, Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI) mengingatkan pelaku usaha agar peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit menjadi strategi utama dalam mendorong daya saing industri sawit nasional. Ketua GPPI, Soedjai Kartasasmita, di sela-sela pembukaan Konferensi dan Pemeran Sawit Internasional (ICEPO) 2014 di Jakarta, Senin (26/5), mengatakan ke depan lahan akan semakin sulit diperoleh sehingga kebijakan ekspansi perkebunan sawit tidak mungkin dilakukan untuk meningkatkan produksi.
“Banyak pohon kelapa sawit kita yang sudah tua, seharusnya diremajakan untuk meningkatkan produktivitas tanaman,” katanya. Jika tidak cepat-cepat diremajakan, tambahnya, ke depan, produksi sawit dalam negeri cenderung menurun, padahal tingkat kebutuhan di pasar semakin tinggi. Soedjai mengatakan tanaman kelapa sawit yang memerlukan peremajaan tersebut sebagian besar milik petani, yang justru menjadi penyumbang terbesar luas perkebunan sawit nasional.
“Dengan menggunakan bibit unggul, tanaman umur 22 hingga 24 bulan sudah bisa menghasilkan tingkat produktivitas setinggi tanaman usia 12–15 tahun. Bahkan tanaman umur empat tahun bisa menyamai umur sawit delapan tahun,” katanya.
Untuk mendukung peningkatan produktivitas tanaman sawit, menurut Soedjai, riset perlu ditingkatkan untuk menghasilkan bibit-bibit unggul berkualitas serta tahan hama. “Pemerintah seharusnya menyediakan anggaran bagi lembaga- lembaga penelitian untuk menghasilkan bibit unggul, jangan sampai mereka mencari dana sendiri,” kata dia.
Saat ini, harga CPO di sejumlah daerah menurun. Di Sumatra Selatan, harga CPO tercatat 8.442 rupiah per kilogram (kg) atau turun dibanding awal Mei 2014 yang mencapai 8.662 rupiah per kg.
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Dinas Perkebunan Sumsel, Benyamin, mengatakan harga CPO Sumsel selama ini ditentukan berdasarkan hasil rapat Dinas Perkebunan setempat dengan sejumlah pengusaha perkebunan kelapa sawit di daerah itu. n ers/Ant/E-3
sumber koran jakarta
topik terkait : Pembukaan ICEPO 2014
No comments:
Post a Comment