Jakarta -
Produktivitas sawit di Pulau Kalimantan diperkirakan akan menyusul
Sumatera pada tahun 2020. “Saya optimistis produktivitas sawit
Kalimantan berprospek,” kata Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi,
Senin, 13 Mei 2013.
Bayu mengatakan, produksi sawit Kalimantan
tahun 2010 hanya 900 ribu ton minyak sawit mentah (CPO). Kemudian, pada
tahun 2011, produksinya mencapai 2,3 juta ton. Sedangkan tahun 2012
mencapai 3,4 juta ton. “Pada tahun 2013 diperkirakan akan mencapai 4,5
juta ton,” ucapnya.
Menurut Bayu, hal tersebut terjadi karena
kepala sawit di perkebunan-perkebunan mulai cukup umur untuk berbuah.
Sedangkan di Sumatera, pada 2013, produksi diperkirakan mencapai 17,5-18
juta ton CPO, namun sebagian sudah dengan tanaman tua. “Dengan
pertumbuhan sedemikian cepat, produksi Kalimantan akan bisa melewati
Sumatera pada tahun 2020.”
Hanya, pertumbuhan produksi sawit
Kalimantan yang pesat ini berpotensi menimbulkan masalah baru.
Masalahnya antara lain bagaimana cara menyalurkan produksi besar itu ke
luar Indonesia.
Dalam kondisi seperti itu, kata Bayu, akan
dibutuhkan pelabuhan yang dapat melayani ekspor atau perdagangan
antar-pulau di Pontianak, Banjarmasin, dan Sangata/Maloy. “Namun itu
mungkin belum cukup, terutama karena banyak kebun berada di tengah Pulau
Kalimantan, sehingga jauh dari pelabuhan.”
Salah satu tempat
yang strategis untuk menjadi pelabuhan tersebut, kata Bayu, adalah
Kecamatan Badau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. “Posisinya di tengah
pulau, sehingga memungkinkan Badau menjadi jalan keluar bagi produksi
CPO dan produk lain,” katanya.
Bayu baru melakukan kunjungan
kerja ke Badau pada Sabtu lalu. Menurut dia, saat ini Badau masih
berstatus pos lintas batas (PLB), tetapi diproyeksikan menjadi pelabuhan
ekspor darat. Meskipun demikian, pembukaan PLB Badau ini akan membuat
jarak tempuh transportasi ekspor bisa dicapai dengan waktu dan biaya
yang lebih efisien.
Pada kesempatan tersebut, Bayu juga
meresmikan pengiriman ekspor perdana CPO melalui Pos Lintas Batas (PLB)
Badau menuju negara bagian Sarawak, Malaysia Timur. Ia berharap
dimulainya kegiatan ekspor di PLB Badau akan mendorong pengembangan
dunia usaha serta berkontribusi pada percepatan pertumbuhan di Provinsi
Kalimantan Barat.
“Pengiriman CPO perdana ini juga menandai
sebuah pencapaian penting dalam hubungan kerja sama antara pemerintah
Indonesia dan Malaysia,” katanya.
Ekspor perdana CPO tersebut
berasal dari PT Paramitra Internusa Pratama, salah satu unit usaha yang
dikelola oleh PT Sinar Mas Agro Research & Technologies Tbk (PT
SMART Tbk). “Sebagai salah satu perusahaan berbasis kelapa sawit di
Indonesia, PT SMART Tbk merasa bangga menjadi bagian dari sinergi
bersama pemerintah Republik Indonesia untuk mempercepat pembangunan di
Kabupaten Kapuas Hulu,” ujar Susanto, Direktur PT Paramitra Internusa
Pratama.
Kelapa sawit. REUTERS/Roni Bintang
PINGIT ARIA