Medan. Realisasi ekspor produk pertanian dan perkebunan Sumatera Utara (Sumut) 
periode Januari-November 2013 berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) 
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) tercatat senilai 
US$4,26 miliar dengan volume 4.930.000 ton.
              
            
            
              
                Nilai ekspor pada tahun ini naik tipis 1,31% 
dibandingkan periode yang sama di tahun 2012 senilai US$4,20 miliar. 
Sementara volume ekspor naik sebesar 25,9% dibandingkan periode 
Januari-November 2012 yang tercatat sebesar 3.910.000 ton.
"Meski
 kecil, namun kenaikan ekspor pertanian ini didorong mulai membaiknya 
kinerja ekspor beberapa produk unggulan. Hal ini karena buyer (pembeli) 
melakukan penambahan permintaan karena untuk stok akhir tahun. Namun 
volumenya memang tidak terlalu besar sehingga kenaikannya masih kecil," 
kata Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Dinas 
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut Fitra Kurnia, di 
Medan, Kamis (19/12).
Dipaparkannya, realisasi ekspor minyak 
sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mencapai US$2,95 miliar dan 
volume 4.300.000 ton atau naik 5,07% dibanding periode yang sama tahun 
2012 yang hanya sebesar US$2,81 miliar dan volume 3.480.000 ton. 
Selanjutnya, ekspor karet mencapai US$558,74 juta dan volume sebesar 
217.560 ton atau turun 9,72% dibandingkan tahun lalu yang senilai 
US$618,93 juta. Sementara itu, ekspor produk biji kopi arabika tercatat 
sebanyak 57.160 ton dengan nilai US$235,18 juta atau turun 30,9% 
dibandingkan tahun lalu senilai US$340,55 juta.
"Produk lain yang
 mengalami peningkatan nilai adalah bubuk teh hitam sebesar 18,6 persen 
dengan nilai US$4,46 juta, kopi instan naik 13,8% menjadi US$11,3 juta, 
dan rempah-rempah juga naik 16,35% menjadi US$12,14 juta. Namun kenaikan
 ini juga belum mampu mendorong ekspor pertanian dan perkebunan Sumut 
secara keseluruhan," kata Fitra.
Disebutkannya, produk kakao 
(cokelat) yang diharapkan meningkat justru turun sebesar 2,38% dimana 
nilanya menjadi US$65,9 juta, lalu produk biji pinang turun 26,9% 
menjadi US$7,27 juta, dan produk minyak nilam turun 2,18% menjadi 
US$52,9 juta.
"Secara umum, buyer (pembeli) terutama dari Amerika
 Serikat (AS), negara-negara di Eropa dan Asia seperti China, Jepang, 
India dan Singapura, memang masih memangkas pembelian karena masih 
dipengaruhi perekonomian global yang belum recovery. Namun, dengan 
adanya sejumlah negara yang meningkatkan produksi pabriknya di akhir 
tahun dan awal tahun, diharapkan ekspor Sumut akan mulai membaik. Karena
 di awal tahun, pabrik akan menggenjot produksinya," lanjut Fitra.
Sementara
 itu, Sekretaris Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sumut 
Sofyan Subang, mengatakan, sektor pertanian dan perkebunan diharapkan 
bisa menyumbang devisa besar bagi Sumut. "Terutama CPO dan karet. 
Permintaan dua produk ini masih cukup tinggi. Begitupun, kita juga harus
 memikirkan hilirisasi industri supaya bisa menghasilkan produk bernilai
 tambah. 
Sayangnya, sampai sekarang, pengembangannya masih belum terlihat di Sumut," ujarnya.
Terkait
 kondisi ekspor di tahun depan, Sofyan memperkirakan kondisinya tidak 
akan jauh berbeda dengan tahun 2013. "Selama ini kan tujuan ekspor kita 
ke AS, Eropa dan Asia, terutama Jepang dan China. Jadi saat perekonomian
 mereka terganggu otomatis memengaruhi daya beli komoditas Sumut. Karena
 itu, perkirakan di tahun depan masih akan sama dengan tahun ini. Namun 
tetap diharapkan akan ada perbaikan, paling tidak di triwulan II-2014," 
katanya. (elvidaris simamora)
 http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/12/20/69010/ekspor_produk_pertanian_dan_perkebunan_naik_tipis/#.Urh61fu2JoM

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
