JAKARTA. Kinerja ekspor kakao pada Mei dan Juli nanti tampaknya akan
pulih setelah sempat anjlok pada April lalu. Pasalnya, pada Juli nanti,
pemerintah telah mematok Bea Keluar (BK) kakao tetap sebesar 10% sesuai
dengan harga kakao yang masih stabil di kisaran US$ 2.900 per ton.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Deddy Saleh mengatakan, harga referensi kakao untuk Juli nanti sebesar US$ 2.941,81 per ton. Harga referensi kakao Juli nanti turun ketimbang periode yang sama Juni ini yang sebesar US$ 3.113,57 per ton. "Dengan demikian tarif BK kakao untuk Juli 2011 tetap 10%," katanya Rabu (22/6).
Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang mengungkapkan, dengan BK kakao 10% ia yakin ekspor kakao akan kembali pulih menjadi rata-rata 20.000 ton per bulan. "Ekspor mulai Mei dan Juni ini sepertinya sudah kembali ke kondisi normal," ujarnya kepada KONTAN Rabu (22/6).
Asal tahu saja, dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada April 2011 volume ekspor kakao Indonesia hanya sebesar 1.199 ton. Saat itu, BK kakao yang diberlakukan sebesar 15%. Jumlah ekspor kakao April lalu merosot 93,6% ketimbang bulan sebelumnya yang mencapai 18.743 ton.
Meski ekspor kakao secara bulanan diperkirakan sudah pulih, tapi Zulhefi bilang ekspor kakao tahun ini diperkirakan akan lebih rendah ketimbang tahun lalu. Askindo memperkirakan tahun ini ekspor kakao nasional hanya sekitar 250.000 ton. Jumlah ini lebih rendah dari total ekspor kakao tahun 2010 lalu yang sekitar 320.000 ton. "Selain karena penurunan produksi, penurunan ekspor juga disebabkan karena konsumsi dalam negeri meningkat," katanya.
Tahun ini konsumsi dalam negeri diperkirakan akan mencapai 220.000 ton - 250.000 ton. Jumlah ini lebih tinggi ketimbang tahun sebelumnya yang sekitar 150.000 ton.
Harga stabil
Sementara itu, meski ekspor diramalkan akan kembali pulih, tapi produksi kakao nasional tahun ini sepertinya belum akan pulih. Ketua Asosiasi Petani kakao Indonesia (ApkaI) A. Sulaiman Husain mengungkapkan, produksi kakao Indonesia tahun ini masih terimbas anomali iklim yang terjadi sejak tahun lalu. Akibatnya, tahun ini tidak ada panen raya kakao.
Asal tahu saja, biasanya panen raya kakao di Indonesia terjadi sekitar Mei hingga Juli nanti. Tapi Sulaiman bilang, saat ini di beberapa daerah hanya terjadi sedikit panen.
Catatan saja, tahun ini Kementerian Pertanian mematok target produksi kakao sebanyak 1,07 juta ton. Tapi, dengan kondisi cuaca yang kurang mendukung, Askindo memprediksi produksi kakao hanya akan sekitar 500.000 ton - 600.000 ton saja.
Meski panen di Indonesia minim, tapi pasokan kakao internasional saat ini masih cukup melimpah. Akibatnya, harga kakao masih berfluktuasi di kisaran US$ 2.900 - US$ 3.000 per ton.
Berdasarkan data Bloomberg, harga kakao di ICE Futures untuk pengiriman Juli 2011 ada di level US$ 3.027 per ton. Bahkan, harga kakao sempat melorot ke level terendahnya pada (6/6) lalu di level US$ 2.863 per ton. Dengan kondisi ini, Sulaiman bilang, harga kakao di dalam negeripun sulit untuk terkerek.
Menurut Sulaiman, dengan kisaran harga kakao internasional saat ini, maka harga kakao di tingkat petani stabil di kisaran Rp 18.500 - Rp 19.000 per kg. Sementara itu, berdasarkan laporan analisis Badan Pengawas Perdagangan Berjangka dan Komoditi (Bappebti) menyatakan, pekan ini harga kakao kualitas terbaik dengan kadar air 4% di tingkat pengepul di Kabupaten Tanggamus, Lampung ada di kisaran Rp 20.500 per kg.
Dua minggu sebelumnya, harga kakao di tingkat pedagang pengumpul di Lampung masih sebesar Rp 22.500 per kg. Penurunan harga ini ditengarai karena adanya tambahan pasokan kakao karena ada panen dari petani.
Zulhefi menambahkan, dengan kondisi pasokan dunia yang masih cukup banyak, harga kakao internasional hanya akan berfluktuasi di kisaran US$ 2.800 per ton - US$ 3.100 per ton dalam satu bulan ke depan.(KO)
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Deddy Saleh mengatakan, harga referensi kakao untuk Juli nanti sebesar US$ 2.941,81 per ton. Harga referensi kakao Juli nanti turun ketimbang periode yang sama Juni ini yang sebesar US$ 3.113,57 per ton. "Dengan demikian tarif BK kakao untuk Juli 2011 tetap 10%," katanya Rabu (22/6).
Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang mengungkapkan, dengan BK kakao 10% ia yakin ekspor kakao akan kembali pulih menjadi rata-rata 20.000 ton per bulan. "Ekspor mulai Mei dan Juni ini sepertinya sudah kembali ke kondisi normal," ujarnya kepada KONTAN Rabu (22/6).
Asal tahu saja, dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada April 2011 volume ekspor kakao Indonesia hanya sebesar 1.199 ton. Saat itu, BK kakao yang diberlakukan sebesar 15%. Jumlah ekspor kakao April lalu merosot 93,6% ketimbang bulan sebelumnya yang mencapai 18.743 ton.
Meski ekspor kakao secara bulanan diperkirakan sudah pulih, tapi Zulhefi bilang ekspor kakao tahun ini diperkirakan akan lebih rendah ketimbang tahun lalu. Askindo memperkirakan tahun ini ekspor kakao nasional hanya sekitar 250.000 ton. Jumlah ini lebih rendah dari total ekspor kakao tahun 2010 lalu yang sekitar 320.000 ton. "Selain karena penurunan produksi, penurunan ekspor juga disebabkan karena konsumsi dalam negeri meningkat," katanya.
Tahun ini konsumsi dalam negeri diperkirakan akan mencapai 220.000 ton - 250.000 ton. Jumlah ini lebih tinggi ketimbang tahun sebelumnya yang sekitar 150.000 ton.
Harga stabil
Sementara itu, meski ekspor diramalkan akan kembali pulih, tapi produksi kakao nasional tahun ini sepertinya belum akan pulih. Ketua Asosiasi Petani kakao Indonesia (ApkaI) A. Sulaiman Husain mengungkapkan, produksi kakao Indonesia tahun ini masih terimbas anomali iklim yang terjadi sejak tahun lalu. Akibatnya, tahun ini tidak ada panen raya kakao.
Asal tahu saja, biasanya panen raya kakao di Indonesia terjadi sekitar Mei hingga Juli nanti. Tapi Sulaiman bilang, saat ini di beberapa daerah hanya terjadi sedikit panen.
Catatan saja, tahun ini Kementerian Pertanian mematok target produksi kakao sebanyak 1,07 juta ton. Tapi, dengan kondisi cuaca yang kurang mendukung, Askindo memprediksi produksi kakao hanya akan sekitar 500.000 ton - 600.000 ton saja.
Meski panen di Indonesia minim, tapi pasokan kakao internasional saat ini masih cukup melimpah. Akibatnya, harga kakao masih berfluktuasi di kisaran US$ 2.900 - US$ 3.000 per ton.
Berdasarkan data Bloomberg, harga kakao di ICE Futures untuk pengiriman Juli 2011 ada di level US$ 3.027 per ton. Bahkan, harga kakao sempat melorot ke level terendahnya pada (6/6) lalu di level US$ 2.863 per ton. Dengan kondisi ini, Sulaiman bilang, harga kakao di dalam negeripun sulit untuk terkerek.
Menurut Sulaiman, dengan kisaran harga kakao internasional saat ini, maka harga kakao di tingkat petani stabil di kisaran Rp 18.500 - Rp 19.000 per kg. Sementara itu, berdasarkan laporan analisis Badan Pengawas Perdagangan Berjangka dan Komoditi (Bappebti) menyatakan, pekan ini harga kakao kualitas terbaik dengan kadar air 4% di tingkat pengepul di Kabupaten Tanggamus, Lampung ada di kisaran Rp 20.500 per kg.
Dua minggu sebelumnya, harga kakao di tingkat pedagang pengumpul di Lampung masih sebesar Rp 22.500 per kg. Penurunan harga ini ditengarai karena adanya tambahan pasokan kakao karena ada panen dari petani.
Zulhefi menambahkan, dengan kondisi pasokan dunia yang masih cukup banyak, harga kakao internasional hanya akan berfluktuasi di kisaran US$ 2.800 per ton - US$ 3.100 per ton dalam satu bulan ke depan.(KO)
No comments:
Post a Comment