"Namun saat ini petani hanya menghasilkan produksi sekitar 1.050 kwintal per hektare," kata Purwanto di Malang hari ini.
Menurutnya, penurunan produksi tersebut terlihat nyata di empat wilayah yang menjadi sentra penghasil kopi yakni Kecamatan Ampelgading, Dampit, Tirtoyudo, dan Kecamatan Wonosari. Dua jenis kopi yang diproduksi masyarakat setempat yaitu robusta dan arabika.
Dengan menurunnya produksi kopi di wilayah Kabupaten Malang tersebut, menurut dia, petani di empat kecamatan itu terpaksa harus melakukan studi banding ke Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Provinsi Bali.
"Hal itu dilakukan karena petani ingin belajar bagaimana meningkatkan produksi kopi di Kabupaten Malang."
Sayangnya, lanjut dia, hasil kopi di wilayah Kintamani juga tidak berbeda jauh dengan yang terjadi di Kabupaten Malang dan sama-sama turun akibat faktor cuaca yang tidak bersahabat.
Guna memberikan solusi, jelasnya, agar produksi kopi membaik, Pemkab Malang melakukan optimalisasi tanaman kopi jenis robusta dan arabika yang ada saat ini.
"Seperti memperbanyak populasi dan juga mendistribusikan bibit kopi kepada para petani," ujar Purwanto.
Dia memberikan contoh wilayah Malang Selatan berpotensi besar untuk ditanami kopi. Saat ini lahan yang tersedia untuk tanaman kopi jumlahnya mencapai ratusan hektare.
Menurut Purwanto, sayang jika produksi kopi terutama asal Kecamatan Dampit dan Wonosari tidak dikembangkan lebih lanjut mengingat kopi dari dua daerah itu sudah mendunia karena mempunyai kualitas rasa yang baik.
"Selain mempunyai cita rasa yang baik, kopi asal Malang Selatan ini bisa bersaing dengan negara-negara di dunia yang juga penghasil kopi."
Kepala Wilayah III PTPN XII (Persero) Malang, Purnomo, mengatakan bahwa produksi kopi dari perkebunan yang dikelola PTPN XII mengalami penurunan hingga 30%.
"Dan tidak hanya produksi kopi saja yang mengalami penurunan namun produksi teh juga turun 30%," tambah dia.
Sebelumnya, produksi kopi di PTPN XII pada 2010 mencapai 700 ton dan pada 2011 hanya mampu memproduksi kopi sekitar 500 ton. Untuk teh, pada 2010 produksinya mencapai 2.710 ton. Namun pada 2011 produksi diprediksi hanya sebesar 2.300 ton.
Penyebab dari turunnya produksi kopi, lanjut dia, akibat anomali cuaca sehingga bunga rontok karena diguyur hujan yang berlangsung secara terus Sementara untuk teh produksi turun menyusul kurangnya sinar matahari sehingga pohon teh tidak keluar kuncup. (ea)
Oleh Mohammad Sofi`i
(sumber :Bisnis Indonesia)
No comments:
Post a Comment