KUALA LUMPUR. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil
(CPO) menguat setelah terkoreksi baru-baru ini. Koreksi harga CPO
memperlebar jarak dengan harga kedelai yang berada di level tertinggi
hampir tiga tahun. Hal itu memicu daya tarik minyak sawit yang digunakan
sebagai bahan pangan.
Kontrak CPO untuk pengiriman Agustus di Malaysia Derivatives Exchange reli 0,4% ke level RM 3.267 atau setara US$ 1.078 per metrik ton, sebelum mengakhiri perdagangan pagi di RM 3.258, pada pukul 11.52 di Kuala Lumpur.
Pada 10 Juni lalu, kontrak yang sama ditutup jatuh di RM 3.239 per metrik ton, level terendahnya sejak 12 Mei. Sementara, minyak kedelai premium melebar ke US$ 214,03 per ton, pada 10 Juni. Ini harga tertingginya sejak Agustus 2008, dan bertengger di US$ 210,16, pada hari ini.
Analis RHB Research Institute Sdn. Hoe Lee Leng mengatakan, koreksi CPO belakangan ini yang disebabkan data produksi negatif, telah memperlebar jarak antara minyak sawit dan kedelai. "Saya yakin diskon besar ini berpeluang memicu sensitifitas pada harga, sehingga investor bergeser dari minyak kedelai, dan kembali ke minyak sawit," ujarnya.
Reli harga CPO juga didukung naiknya angka ekspor Malaysia. Hari ini, Interfek menyebut, ekspor Malaysia naik 25,9% menjadi 671,314 ton dalam 15 hari pertama di bulan ini, dibanding periode yang sama Mei lalu.
Sementara, pada 10 Juni lalu, Dewan Minyak Sawit Malaysia menyatakan, produksi meningkat 13,7% menjadi 1,74 juta ton pada Mei lalu. Ini level tertingginya dalam 19 bulan terakhir.(KTN)
Kontrak CPO untuk pengiriman Agustus di Malaysia Derivatives Exchange reli 0,4% ke level RM 3.267 atau setara US$ 1.078 per metrik ton, sebelum mengakhiri perdagangan pagi di RM 3.258, pada pukul 11.52 di Kuala Lumpur.
Pada 10 Juni lalu, kontrak yang sama ditutup jatuh di RM 3.239 per metrik ton, level terendahnya sejak 12 Mei. Sementara, minyak kedelai premium melebar ke US$ 214,03 per ton, pada 10 Juni. Ini harga tertingginya sejak Agustus 2008, dan bertengger di US$ 210,16, pada hari ini.
Analis RHB Research Institute Sdn. Hoe Lee Leng mengatakan, koreksi CPO belakangan ini yang disebabkan data produksi negatif, telah memperlebar jarak antara minyak sawit dan kedelai. "Saya yakin diskon besar ini berpeluang memicu sensitifitas pada harga, sehingga investor bergeser dari minyak kedelai, dan kembali ke minyak sawit," ujarnya.
Reli harga CPO juga didukung naiknya angka ekspor Malaysia. Hari ini, Interfek menyebut, ekspor Malaysia naik 25,9% menjadi 671,314 ton dalam 15 hari pertama di bulan ini, dibanding periode yang sama Mei lalu.
Sementara, pada 10 Juni lalu, Dewan Minyak Sawit Malaysia menyatakan, produksi meningkat 13,7% menjadi 1,74 juta ton pada Mei lalu. Ini level tertingginya dalam 19 bulan terakhir.(KTN)
No comments:
Post a Comment