Di Indonesia, data dari Balai Penelitian Sembawa menyebutkan prakiraan
harga karet kering 100% pada sore ini berada di kisaran
Rp36.100-Rp36.600 per kg.
Harga tersebut adalah di tingkat pabrik di Palembang, Sumatera Selatan, dengan mengacu harga di Bursa Komoditas Singapura (Singapore Commodity Exchange) pada hari sebelumnya dikurangi biaya produksi, pengolahan, pengangkutan, bank, dan pengeluaran lainnya. Sumatera Selatan adalah provinsi utama produsen karet di Indonesia.
Sementara itu, mengacu data Rubber Research Institute of Thailand, harga fisik karet Thailand turun 0,6% menjadi 156,35 baht (US$5,11) per kg pada hari ini.
Harga tersebut adalah di tingkat pabrik di Palembang, Sumatera Selatan, dengan mengacu harga di Bursa Komoditas Singapura (Singapore Commodity Exchange) pada hari sebelumnya dikurangi biaya produksi, pengolahan, pengangkutan, bank, dan pengeluaran lainnya. Sumatera Selatan adalah provinsi utama produsen karet di Indonesia.
Sementara itu, mengacu data Rubber Research Institute of Thailand, harga fisik karet Thailand turun 0,6% menjadi 156,35 baht (US$5,11) per kg pada hari ini.
Pekan ini, harga karet kembali turun karena kekhawatiran bahwa krisis
utang Eropa dapat mengganggu pemulihan ekonomi global dan mengganggu
permintaan bahan baku. Harga pekanan karet turun 1% dan merupakan
penurunan dalam 2 pekan berturut-turut.
Harga kontrak karet untuk pengiriman November turun sebesar 2,1% menjadi 375,5 yen per kg (US$4,723 per metrik ton) sebelum menetap di level harga 379,8 yen pada Tokyo Commodity Exchange hari ini. Itu adalah level harga terendah sejak 24 Mei.
Suharto Honggokusumo, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo), mengatakan iklim di Indonesia saat ini sedang beralih dari musim hujan ke musim kering.
Harga kontrak karet untuk pengiriman November turun sebesar 2,1% menjadi 375,5 yen per kg (US$4,723 per metrik ton) sebelum menetap di level harga 379,8 yen pada Tokyo Commodity Exchange hari ini. Itu adalah level harga terendah sejak 24 Mei.
Suharto Honggokusumo, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo), mengatakan iklim di Indonesia saat ini sedang beralih dari musim hujan ke musim kering.
Dia menuturkan tingkat curah hujan di sejumlah wilayah produksi karet di
Indonesia menjadi lebih rendah dibandingkan beberapa waktu lalu.
“Karena curah hujan rendah, frekuensi penyadapat oleh petani naik sehingga pasokan karet juga tumbuh,” ujarnya kepada Bisnis, hari ini.
Namun begitu, lanjutnya, pulihnya pasokan karet di dalam negeri belum terlalu mempengaruhi harga dunia karena hujan masih terjadi di sentra produksi di negara produsen utama dunia Thailand.“Ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga karet di samping faktor fundamental berupa penawaran dan permintaan. Pelemahan nilai tukar dolar atau penguatan yen juga memberi pengaruh terhadap harga karet. Harga minyak dunia juga ikut menyeret harga karet,” ujar Suharto.
“Karena curah hujan rendah, frekuensi penyadapat oleh petani naik sehingga pasokan karet juga tumbuh,” ujarnya kepada Bisnis, hari ini.
Namun begitu, lanjutnya, pulihnya pasokan karet di dalam negeri belum terlalu mempengaruhi harga dunia karena hujan masih terjadi di sentra produksi di negara produsen utama dunia Thailand.“Ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga karet di samping faktor fundamental berupa penawaran dan permintaan. Pelemahan nilai tukar dolar atau penguatan yen juga memberi pengaruh terhadap harga karet. Harga minyak dunia juga ikut menyeret harga karet,” ujar Suharto.
Sementara itu, harga minyak mentah dunia di bursa New York menjelang
penurunan pekanan terbesar dalam lebih dari sebulan. Harga kontrak
minyak mentah untuk pengiriman Juli turun sebesar US$2,83 menjadi
US$92,12 per barel.(BI)
No comments:
Post a Comment