"Kajian budaya tentang minum teh ini masih belum ada. Sedangkan, di
pikiran setiap orang tentang minum teh, ya harus pakai gula. Dan teh
yang enak adalah teh poci atau teh melati. Padahal itu kan tradisi di
Jawa Tengah. Di daerah-daerah lain cara menikmati tehnya berbeda-beda,"
ujar Ratna pada acara Lenggak Lenggok Kuliner Betawi oleh AKI (Akademi
Kuliner Indonesia) di Jakarta, Senin (23/6).
Dilanjutkannya, dimulai dari tradisi Betawi, budaya minum teh mereka
biasanya teh dinikmati dengan gula kelapa. Mereka akan menggigit gula
kelapanya terlebih dahulu, baru setelah itu menyeruput teh hangat.
"Kelapa itu banyak digunakan di kuliner betawi. Itulah yang
mempengaruhi kenapa masyarakat Betawi menikmati teh dengan gula kelapa,"
terangnya.
Kemudian, bila ke Jawa Barat, masyarakatnya lebih senang menikmati
teh yang encer atau tidak pekat dan juga tidak menggunakan gula.
Dikatakannya, hal tersebut disebabkan karena 78 persen teh di
Indonesia dihasilkan di Jawa Barat. Dengan begitu, masyarakatnya yang
sangat dekat dengan kebun teh lebih bisa menghargai cita rasa teh itu
sendiri. Mereka sadar bila menggunakan gula, maka rasanya akan
didominasi oleh gula.
"Lalu, Jawa Barat yang mulai dekat pesisir, seperti Cirebon, mereka
minum tehnya menggunakan melati. Karena pohon melati banyak yang tumbuh
disana," kata Ratna.
Setelah itu, dilanjutkannya saat mulai memasuki Jawa Tengah, teh yang
dihidangkan akan lebih pekat dan manis. Menurut Ratna, teh di
Jogjakarta yang rasanya paling manis.
"Dan di Jawa Timur, kadar gulanya lebih berkurang. Di Jawa sendiri budaya meminum teh seperti terkotak-kotak," imbuhnya.
Penulis: Kharina Triananda/FQ
http://www.beritasatu.com/kuliner/192244-dewan-teh-perlu-ada-kajian-budaya-tentang-minum-teh.html
No comments:
Post a Comment