Jakarta. Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Didik J Rachbini, mengatakan lima komoditas agro memiliki potensi besar untuk dikembangkan karena memiliki daya saing tinggi di pasar internasional.
"Potensi industri agro sangat besar, misalnya sawit dan batu bara, tidak ada saingannya, dia akan melaju saja," kata Didik pada seminar strategi percepatan dan perluasan agroindustri, di Jakarta, Kamis (22/12). Ia mengatakan ada lima komoditas agro yang memiliki daya saing tinggi, karena tidak banyak negara memproduksi komoditas tersebut.
Lima komoditas tersebut adalah kelapa sawit, karet, kakao, rotan, dan rumput laut.
Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah perlu memiliki strategi pengembangan terutama dalam hilirisasi komoditas agro yang memiliki daya saing tinggi tersebut, agar tidak diekspor dalam keadaan mentah. "Harus ada strategi khusus terhadap beberapa komoditas unggulan tersebut," ujar Didik.
Untuk lebih mendorong pengembangan industri agro berbasis lima komoditas tersebut, menurut dia, perlu upaya serius dalam percepatan pembangunan infrastruktur terutama jalan dan fasilitas logistik, membatasi atau melarang ekspor bahan mentah, meminimalisasi hambatan birokrasi, serta dukungan pembiayaan.
Menperin MS Hidayat yang menjadi pembicara kunci pada seminar tersebut mengakui ada sejumlah hambatan untuk melakukan hilirisasi produk agro di Indonesia. Hal itu terkait, masih besarnya ekspor produk agro dalam keadaan mentah.
Menurut dia, faktor tren peningkatan harga komoditas agro di pasar internasional memicu maraknya ekspor dalam keadaan mentah, di samping hasil-hasil pertaniah sendiri kurang diserap oleh industri domestik. "Tingginya kandungan impor bahan baku dan bahan penolong bagi industri nasional menunjukkan masih banyak kendala pada investasi industri yang berbasis bahan baku lokal," ujarnya.
Untuk itu, ia berjanji akan berupaya mendorong penghapusan peraturan-peraturan yang menghambat investasi, khususnya terkait masterplan perluasan dan percepatan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI).
Ditambahkan Direktur Pusat Kajian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Persaingan Usaha, Tulus Tambunan, bila pemerintah serius memberdayakan UMKM, maka pemerintah juga harus menghidupkan industri agro, karena sebagian besar UMKM berada di sektor tersebut.
"Jadi kalau mau menghidupkan UMKM, maka hidupkan industri agro, karena industri tersebut sangat penting bagi keberadaan UMKM," ujar Tulus yang juga pengurus Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pengkajian Ekonomi Indonesia (LP3EI) Kadin Indonesia,
Lebih jauh ia menilai krisis ekonomi di Uni Eropa, tidak berdampak langsung kepada industri agro di Indonesia, karena sebagian besar ekspor komoditas pertanian tersebut dalam keadaan mentah.
Dampak dari krisis, menurut dia, baru terasa, bila perusahaan-perusahaan besar di dunia seperti China dan Thailand yang selama ini mengekspor produk olahan agro mereka ke Eropa menghadapi penurunan permintaan. "Sejauh ini belum ada data industri agro yang terkena dampak krisis itu," katanya.
Sementara itu Dirjan Pengembangan Perwilayan Industri Kementerian Perindustrian, Dedi Mulyadi, mengharapkan konsultasi dengan para pemangku kepentingan terkait strategi percepatan dan perluasan agro industri mampu meningkatkan daya saing produk agro terutama dilihar dari indikator potensi produksi, pangsa pasar, nilai tambah, keterkaitan dengan sektor lain, serta potensi pasar, dan lokasi penyebaran. (ant)/MB
No comments:
Post a Comment