Medan. Sejak beberapa tahun terakhir, petani pisang barangan beralih bertanam kelapa sawit di lahan yang sama.
        Mambar Sembiring, seorang petani pisang
 barangan di Dusun Kampung Dalam, Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir,
 Deliserdang mengatakan, saat ini sudah banyak petani pisang barangan 
yang merubah pertanamannya menjadi perkebunan kelapa sawit. Menurut 
petani, pisang barangan tidak lagi memberikan keuntungan besar untuk 
dipertahankan. 
"Dari sisi luasan lahan kelapa sawit yang dulunya
 pisang barangan, memang tidak begitu luas mengingat lahan yang dimiliki
 juga kecil, paling setengah hektare," kata Mambar 
Padahal, lanjutnya, dengan luasan lahan yang 
kecil tersebut, bertanam kelapa sawit tidak akan lebih menguntungkan 
dibandingkan dengan pisang barangan. 
Ia menilai, sebenarnya 
bukan tanpa alasan petani merubah pertanaman pisang barangan menjadi 
kelapa sawit. Penyebabnya, serangan hama yang kerap sulit diselesaikan 
petani dengan pengetahuan yang terbatas. 
Misalnya serangan hama 
kutu, jamur fusarium ataupun penyakit kerdil. "Karena kesulitan merawat 
pisang barangan, lalu melihat kelapa sawit yang sepertinya lebih 
menguntungkan, jadinya mereka memilih mengganti tanaman," katanya. 
Sekretaris
 Asosiasi Hortikultura Deliserdang, Nasional Ginting, mengatakan, cukup 
disayangkan jika petani mengganti tanaman pisang barangan menjadi kelapa
 sawit. Pasalnya, dilihat dari sisi luasan lahan yang dimiliki petani, 
kelapa sawit tidak akan lebih menguntungkan dibandingkan pisang 
barangan. 
Masa panen pisang barangan lebih cepat daripada kelapa
 sawit dan keuntungan yang didapat bisa lebih tinggi meskipun dari lahan
 yang tak begitu luas. Selain itu, ciri lahan di Talun Kenas juga lebih 
cocok untuk pertanaman pisang barangan. 
Menurutnya, persoalan 
hama dan penyakit yang muncul di tanaman pisang barangan tidak perlu 
disikapi dengan mengganti keseluruhan tanaman apalagi dengan kelapa 
sawit. Masih banyak solusi  untuk mengatasinya.
Misalnya, 
penyakit Bunchy Top yang disebabkan oleh Banana Virus disebarkan oleh 
kutu daun Pentalonia nigronervosa yang besarnya sekitar 1,2 – 1,6 mm. 
Kutu yang badannya berwarna coklat kemerahan sampai coklat mengkilap, 
biasanya bergerombol di pusat tajuk. Sebab di sana banyak makanan dan 
cukup terlindung. Tanaman yang terserang virus perlu disingkirkan.  
“Ciri tanaman yang terserang virus adalah daun muda tumbuh secara tidak normal (kerdil)," katanya.  
Cara
 mengatasinya, lanjut dia, pokok tersebut ddisingkirkan atau disemprot 
dengan insektisida untuk membasmi kutu daun yang menyebarkannya. Begitu 
juga dengan serangan jamur fusarium yang membuat daunnya menguning dan 
kering, sebaiknya dibongkar dan dibakar. 
Bila tidak 
memungkinkan, tanaman sebaiknya dimusnahkan di tempat dengan 
menyuntikkan herbisida sistemik (seperti Round Up) dengan dosis 1 cc per
 5 cm lingkar batang pada ketinggian 30 cm dari tanah.  Maksimum 
penggunaan 15 cc per rumpun pisang. (dewantoro MedanBisnis, 
Minggu (11/8). 

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
