BANDARLAMPUNG: Nilai ekspor biji kopi robusta Lampung pada Juli 2013 senilai 91,4
juta dolar AS dengan volume 55.597 ton, naik dibandingakn Juni 22.364
ton senilai 36,53 juta dolar.
"Jumlah itu naik karena panen
kopi tengah berlangsung terutama di sentra-sentra perkebunan kopi di
Lampung," kata Ketua Renlitbang Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi
Indonesia (AEKI) Lampung, Muchtar Lutfie, di Bandarlampung, Rabu 21
Agustus 2013.
Ia menyebutkan, panen kopi telah berlangsung sejak
Juli lalu di sentra-sentra perkebunan kopi Lampung seperti di Kabupaten
Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Utara dan Waykanan.
Komoditas tersebut lanjutnya telah memasuki panen raya sehingga berpengaruh kepada ekspor pada bulan dan beberapa bula ke depan.
Selain
itu, ekspor biji kopi melalui Pelabuhan Panjang Kota Bandarlampung itu
juga ditopang dari provinsi lainnya yakni Bengkulu dan Sumatera Selatan.
Menurutnya,
tanaman kopi terutama di dataran tinggi perkebunan kopi Lampung Barat
saat ini telah memasuki panen raya diperkirakan berlangsung hingga tiga
bulan ke depan.
Muchtar Lutfie menjelaskan, pada puncak panen
raya ini dipastikan ekspor dan permintaan dalam negeri akan kopi robusta
meningkat.
Sementara itu, petani kopi di Kabupaten Lampung Barat
mengatakan panen kopi tahun ini diperkirakan menurun bila dibandingkan
musim sebelumnya karena faktor cuaca ekstrem berupa hujan deras melanda
kawasan itu sejak beberapa bulan lalu.
Petani kopi di Waytenong
Lampung Barat Yanto mengatakan hujan deras yang terjadi di daerah itu
beberapa waktu lalu menyebabkan banyak buah kopi yang rontok.
"Intensitas
hujan di Lampung Barat cukup tinggi beberapa waktu lalu terutama pada
malam hari, sehingga merontokkan buah tanaman kopi," katanya.
Ia
menyebutkan berdasarkan pemantaun di sejumlah sentra perkebunan kopi
petani Lampung Barat, akibat hujan deras tersebut tidak hanya
merontokkan bakal buah tetapi juga buah kopi yang telah membesar dan
siap panen.
Hujan deras terutama pada malam hari lanjutnya, dapat
merusak buah kopi dan menyebabkan adanya jamur sehingga kualitasnya
kurang bagus. Selain itu juga merusak cabang pohon yang berisi buah kopi
sehingga petani terpaksa memangkas atau menebangnya.
Padahal,
lanjut dia, petani baru saja memupuk tanaman kopi tersebut agar buah
kopi tumbuh dengan baik dan lebat serta dapat dipanen tepat waktu.
Menurut
dia, hasil panen kopi di wilayah Lampung Barat diperkirakan menurun
hingga 50 persen bila dibandingkan tahun lalu menyusul rontoknya buah
kopi akibat hujan deras yang terjadi di kawasan ini.
Pada 2012
rata-rata hasil panen kopi di Lampung Barat mencapai 1,5 ton per
hektare. Namun pada tahun ini diperkirakan hanya mencapai 780 kilogram
per hektare.(ant)
/Eksp