MEDAN :Kampanye negatif atas sawit Indonesia masih terus 
dilakukan berbagai kelompok di luar negeri dengan 'serangan' terbaru di 
Swedia.
"Belum lama ini, suatu lembaga di Swedia merilis 
tulisan negatif tentang perkebunan dan industri sawit Indonesia yang 
inti tulisannya sawit Indonesia disebut merusak lingkungan," kata Sekjen
 Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia, Asmar Arsyad, di Medan, Jumat 
16 Agustus 2013.
Menurut dia, kampanye negatif itu diyakini kuat 
sebagai upaya menjatuhkan sawit di tengah masih lebih menjanjikannya 
komoditas tersebut dibandingkan jenis minyak nabati lainnya.
"Kampanye
 negatif sawit itu harus terus dilawan.Afrika saja berani melakukan 
perlawanan terhadap perusahaan besar di Perancis yang membuat kampanye 
negatfi sawit," katanya.
Meski kampanye negatif di Swedia itu 
belum juga berdampak negatif bagi permintaan dan harga sawit Indonesia, 
tetapi harus diantisipasi.
Alasan Asmar karena dampak negatif itu
 dikhawatirkan untuk jangka panjang, padahal di Indonesia, petani sawit 
jumlahya semakin banyak dan sawit masih menjadi andalan utama devisa 
ekspor non migas.
"Harga ekspor CPO dewasa ini memang belum 
terlihat terganggu dengan kampanye negatif sawit di Swedia itu karena 
harga jual TBS (tandan buah sawit) di tingkat petani masih lumayan 
bagus," katanya.
Di Sumut, harga TBS petani berkisar Rp900-Rp1.000 per kg.
"Harga
 yang masih bagus di tengah masa panen raya yang sudah semakiin dakat 
yakni September dan adanya kampanye negatif itu menggembirakan," 
katanya.
Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun,
 menyebutkan, Indonesia sudah menyepakati kerja sama dengan Malaysia 
bahkan Afrika untuk mengatasi atau melawan kampamye negatif sawit di 
pasar internasional.
Tetapi tentunya, kata dia, perlawanan tidak 
bisa dilakukan tanpa bukti kuat sehinggga dewasa ini, Indonesia terus 
melakukan riset untuk membuktikan bahwa sawit tersebut ramah lingkungan.
 (ant)
/Eksp

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
