Jakarta - Asosiasi Petani Sawit Swadaya Amanah di Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, memperoleh sertifikat dari Roundtable of Sustainable Palm Oil
 (RSPO) untuk pengelolaan kebun kelapa sawit berkelanjutan. Sertifikat 
yang dikeluarkan pada 29 Juli lalu ini menjadi yang pertama bagi petani 
swadaya di Indonesia dan ke dua di dunia.
"WWF 
Indonesia memandang petani swadaya sebagai bagian penting di industri 
sawit di Indonesia," kata CEO WWF Indonesia, Efransjah, melalui 
keterangan tertulis. Dia berharap,..
sertifikasi RSPO yang diperoleh 
Asosiasi Sawit Amanah dapat diadopsi dan menjadi contoh pengelolaan 
sawit di Indonesia.
Kini sebanyak 349 petani swadaya
 bergabung dengan Asosiasi Sawit Amanah. Lahan yang mereka miliki 
mencapai 763 hektare di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo. Terbentuknya 
asosiasi didukung oleh berbagai lembaga, yaitu Kementerian Pertanian, 
Pemerintah Daerah Riau, RSPO Carrefour Foundation International, PT Inti
 Indosawit Subur, dan WWF Indonesia.
Sekretaris 
Jenderal RSPO Darrel Webber mengapresiasi prestasi yang diraih Asosiai 
Sawit Amanah. "RSPO menyambut baik pencapaian proyek petani swadaya di 
Indonesia yang telah berkontribusi sebesar 40 persen dari produksi 
nasional," kata dia. 
Webber menyatakan pentingnya 
hubungan petani swadaya dengan sumber daya alam. "Mereka perlu memahami 
manfaat sertifikasi, misalnya akses terhadap permintaan internasional 
untuk kelapa sawit berkelanjutan," imbuhnya. 
Ia 
menyebutkan, manfaat jangka panjang pengelolaan sawit berkelanjutan di 
antaranya efisiensi produksi, biaya pengolahan, serta peningkatan 
produktivitas. Inilah yang mendorong RSPO untuk membuat program RSPO’s Smallholders Fund Initiative untuk mendukung pembiayaan sertifikasi petani swadaya.
Manajer
 Asosiasi Sawit Amanah Sunarno menyatakan para petani merasakan manfaat 
langsung dari program ini. Dia menyebutkan, sebelum menjalani pelatihan,
 produksi rata-rata tandan buah segar sawit berjumlah 20 ton per tahun. Empat bulan pertama setelah pelatihan hasilnya meningkat menjadi 24 ton per tahun.
"Padahal empat bulan pertama setelah pelatihan adalah musim kering sehingga produktivitasnya lebih rendah," ujar dia.
Melalui
 pelatihan implementasi prinsip dan kriteria RSPO, petani swadaya 
memperoleh pemahaman mendalam mengenai lingkungan hidup. "Faktor 
lingkungan menjadi pertimbangan anggota Amanah dalam perluasan kebun 
kelapa sawit," kata Sunarno. 
Dia menegaskan, para 
petani hanya akan memperluas lahan ke kawasan perkebunan. Mereka tidak 
akan memperluas ke kawasan bernilai konservasi tinggi maupun daerah 
perlintasan satwa. 
Data Kementerian Pertanian 
menyebutkan, lebih dari 40 persen total produksi kelapa sawit Indonesia 
berasal dari perkebunan rakyat. Di Provinsi Riau, sekitar 1,1 juta 
hektare lahan kebun kelapa sawit dikelola oleh petani, 76 persen di 
antaranya dikelola oleh petani swadaya.
Salah satu 
hambatan terbesar bagi petani untuk menuju pengelolaan berkelanjutan 
adalah kurangnya informasi dan pemahaman mengenai teknologi pertanian. 
Alternatif untuk mengatasi hambatan, antara lain melalui peningkatan 
pengetahuan dan produktivitas petani swadaya. Melalui upaya ini 
diharapkan perluasan lahan kebun sawit dengan cara merusak dapat 
ditekan.
SATWIKA MOVEMENTI http://www.tempo.co/read/news/2013/08/05/095502560/Pertama-di-Indonesia-Petani-Sawit-Terima-Sertifikat

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
