Jakarta - Bulan 
puasa dan Idul Fitri ternyata tidak mendorong permintaan volume 
ekspormnyak sawit mentah (CPO) dan turunannya asal Indonesia, yang 
mengalami penurunan sebesar 11% di bulan Juni dibandingkan bulan 
sebelumnya, dan pada bulan Juli kembali turun 1,64% dibandingkan bulan 
Juni.
Walaupun jika dibandingkan dengan Juli 2012, ekspor ini mengalami 
kenaikan 5,66% dari 1,507 juta ton pada Juli 2012 menjadi 1,593 juta ton
 pada Juli 2013, demikian menurut pernyataan Gabungan Pengusaha Kelapa 
Sawit Indonesia (GAPKI) yang diterima Beritasatu.com Selasa (20/8) malam.
Harga CPO di pasar dunia yang diharapkan lebih bergairah jelang hari 
raya juga tidak menunjukkan hal yang berarti dan masih relatif stagnan. 
Harga CPO pada Juli hingga pertengahan Agustus 2013 berkisar diantara 
US$ 810 – US$ 855 per metrik ton. Kisaran harga ini mengalami penurunan 
yang cukup siginifikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya dikisaran 
US$ 835 – US$ 875.
Harga CPO tercatat naik di minggu kedua Juli di kisaran US$ 835-US$ 
855. Namun kenaikan ini tidak bertahan lama, pada minggu ketiga dan 
keempat harga kembali tergerus di kisaran US$ 810 – US$ 835.
Sementara itu dari sisi produksi terdapat kecenderungan mengalami perlambatan pertumbuhan.
Beberapa perusahaan melaporkan penurunan produksi antara 10-15%. Jadi
 diperkirakan secara total produksi CPO tahun ini akan melambat 
pertumbuhannya.
Volume ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia mengalami penurunan 
sebesar 1,64% dibandingkan dengan bulan lalu yaitu dari 1,62 juta ton 
menjadi 1,59 juta ton. Turunnya volume ekspor CPO dan turunannya pada 
bulan Juli disebabkan turunnya permintaan dari India, China dan beberapa
 negara lainnya.
India mengurangi pasokan CPO dan turunannya karena inflasi yang 
terjadi di negara tersebut dan ada isu pemerintah India akan menaikan 
pajak impor untuk “refined vegetable oils”. Pada Juli ini, ekspor CPO 
dan turunannya ke India tercatat turun 14,3% dibandingkan dengan bulan 
lalu atau dari 404,52 ribu ton menjadi 346,51 ribu ton.
Penurunan permintaan juga diikuti oleh China. Volume ekspor ke China 
tercatat turun sebesar 7,75% dari 170,57 ribu ton menjadi 157,34 ribu 
ton. Penurunan permintaan dari China disebabkan perlambatan pertumbuhan 
ekonomi dan banyaknya stok kedelai yang dimiliki China saat ini. Selain 
itu keputusan pemerintah China untuk menghapuskan pelarangan impor 
kedelai dari Brazil turut andil dalam pelemahan permintaan akan CPO.
Sementara itu di negara berbasis muslim seperti Pakistan dan 
Bangladesh, permintaan CPO tercatat meningkat cukup signifikan tetapi 
tidak memberikan dampak kenaikan harga karena dari segi volume, 
permintaan negara ini tidak besar jika dibandingkan dengan India dan 
China.
Volume ekspor ke Pakistan pada Juli tercatat naik 108,6% dari 44.25 
ribu ton menjadi 92.30 ribu ton. Sedangkan ekspor ke Bangladesh tercatat
 naik 20,64% dari 64.20 ribu ton menjadi 77.45 ribu ton pada Juli 2013. 
Kenaikan permintaan dari dua negara ini karena pengaruh hari raya Idul 
Fitri yang biasanya konsumsi akan pangan lebih meningkat daripada 
bulan-bulan biasa.
Penguatan mata uang Amerika terhadap mata uang negara Asia masih 
menjadi salah satu faktor yang meningkatkan permintaan dari negeri Paman
 Sam ini. Volume ekspor CPO dan turunannya ke Amerika pada selama tiga 
bulan terakhir terus meningkat.
Pada Juli ini tercatat naik 36,5% dibanding bulan lalu atau dari 
43,85 ribu ton menjadi 59,87 ribu ton. Sementara volume ekspor ke negara
 Uni Eropa tercatat meningkat sebesar 7,87% dibanding bulan lalu atau 
dari 343,27 ribu ton menjadi 370,29 ribu ton.
Pasar CPO diprediksi relatif stagnan sepanjang Agustus dan September.
 Pada sisi pasokan, stok CPO Indonesia dan Malaysia diperkirakan akan 
mulai meningkat mulai dari September sampai Desember.
Harga CPO diperkirakan tidak akan menunjukkan trend kenaikan yang 
berarti seiring meningkatnya stok CPO Indonesia dan Malaysia, hal ini 
akan diperburuk dengan perkiraan akan meningkatnya hasil panen kedelai 
di Brazil, Argentina dan Amerika dengan dukungan cuaca yang baik di 
negara tersebut.
Selain itu aturan “biodiesel anti dumping duties” yang diberlakukan 
Uni Eropa terhadap Argentina juga akan menjadi faktor harga kedelai 
menjadi murah. Harga kedelai yang murah otomatis akan mempengaruhi harga
 CPO yang selama ini hanya menjadi substitusi kedelai bagi negara Uni 
Eropa dan Amerika.
GAPKI memperkirakan harga CPO pada Agustus masih akan bergerak di 
kisaran harga 820-855 dolar AS per metrik ton. Harga CPO Rotterdam 
diperkirakan berada pada rata-rata sekitar 852 dolar AS dengan Harga 
Patokan Ekspor sekitar 781 dollar AS dan Bea Keluar 10,5%.
(PTPNVII)
Sumber : beritasatu.com

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
