Sawit Malaysia dan Afrika Diterpa Kampanye Hitam
Jakarta. Tidak hanya produk sawit asal Indonesia yang dikenakan kampanye hitam (black campaign) di Uni Eropa (UE). Produk sawit asal Malaysia dan negara-negara Afrika juga bernasib sama. Sawit umumnya mendapatkan penolakan dari UE berupa kampanye hitam, mulai dari isu lingkungan hingga kesehatan.
"Kampanye hitam sawit berlaku untuk semua negara, Indonesia, Malaysia, dan Afrika juga. Tetapi karena kita pemasok terbesar jadi kita paling terkena dampak dari kampanye hitam," ungkap Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo, saat ditemui di Gedung Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jalan Ridwan Rais, Jakarta, Selasa (25/3).
Menurut data Kemendag, Indonesia adalah pemasok utama kebutuhan CPO ke Eropa. Setiap tahun rata-rata ekspor CPO Indonesia ke Eropa mencapai 3,5 juta ton, sedangkan kebutuhan CPO Eropa mencapai 6,3 juta ton. Malaysia di tempat kedua dengan nilai ekspor mencapai 1,5 juta ton.
Menurut Iman, umumnya kampanye hitam dilakukan oleh para NGO (Non Government Organization). Caranya dengan menempelkan label anti sawit seperti No Oil Palm, Zero Percent oil Palm, dan Palm Oil Free pada beberapa produk makanan dan lainnya. "Label anti palm oil.
Jadi kita meminta perhatian Komisi Uni Eropa untuk lebih sensitif melihat ini. Ini persaingan yang tidak sehat dengan memberikan label anti palm oil dan dibalik itu dan mencuri start apa yang dinamakan kampanye negatif palm oil. Saya agak menyinggung itu," imbuhnya.
Iman menjelaskan produk sawit yang dijual di Eropa tidak hanya sebatas pada biofuel saja, tetapi ada produk-produk lain seperti margarin, sabun, kosmetik, bahkan hingga pakan ternak.
Sehingga kebutuhan sawit di Eropa tidak bisa tergantikan dengan apapun. "Kebutuhan CPO di Eropa tidak tergantikan mulai dari margarin, sabun, kosmetik, bahkan untuk pakan ternak," cetusnya. (dtf)
http://mdn.biz.id/n/86619/
No comments:
Post a Comment