Pekanbaru. Produksi
 tandan buah segar (TBS) di Provinsi Riau mengalami penurunan sebesar 3%
 pascakabut asap yang terjadi sejak dua bulan terakhir, akibat 
pembakaran hutan dan lahan di provinsi ini.
              
            
            
              
                "Kebakaran hutan dan lahan di Riau makin meluas, apalagi
 perkiraan hingga Agustus 2014 musim kemarau, berdampak kabut asap yang 
dihasilkannya makin pekat dan lama. Sehingga berpengaruh terhadap 
tanaman yang tidak bisa melakukan fotositensis. Akibatnya, produksi buah
 sawit menurun," kata Kepala Dinas Perkebunan Riau, Zulher di Pekanbaru,
 Rabu (12/3).
Ia mengatakan itu terkait data BMKG kini 
menggunakan satelit pada pukul 05.00 WIB menunjukan total hotspot di 
Sumatra mencapai 2.393 dan sebanyak 90% atau 2.047 titik api tersebar di
 Provinsi Riau. Dampak asap yang makin pekat itu, maka jarak pandang 
Rabu pagi di Pekanbaru hanya 300 meter.
Menurut dia, fotosintesis
 bagi tumbuhan tidak bisa terjadi dengan baik karena cahaya matahari 
tidak bisa menembus daun, dampaknya memang produksi buah sawit menurun.
Produksi
 buah sawit Riau, katanya lagi, akan mengalami penurunan lagi dan bisa 
mencapai 10% jika suhu makin panas akibat pembakaran hutan dan lahan itu
 sehingga petani tidak bisa melakukan pemupukan karena takut ke luar 
rumah.
"Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kebakaran tersebut maka
 petani swadaya perlu membangun embung pada tiap lima ratus hektare atau
 minimal pada tiap satu hektare sumur cincin," katanya.
Keberadaan
 embung --untuk menampung limpahan air hujan-- dan sumur cincin ini bisa
 dijadikan sumber air sebagai upaya pemadaman ketika kasus kebakaran 
terjadi.
Dari data Dinas Perkebunan (Disbun) Riau, luas area 
perkebunan sawit Riau --tersebar di beberapa kabuaten dan kota-- itu 
saat data akhir 2010, mencapai 2.103.176 hektare. Luas perkebunan sawit 
Riau tersebut terdiri atas perkebunan kelapa sawit milik rakyat seluas 
1.117.650 hektare, area produksi perkebunan besar negara (PBN) 79.546 
hektare dan produksi perkebunan besar swasta (PBS) 905.980 hektare. 
Kabupaten
 Rokan Hulu menempati urutan pertama untuk luas area perkebunan di Riau,
 yakni mencapai 207.804 hektare. Jumlah tersebut terdiri dari 79.169 
hektare tanaman buah belum menghasilkan (TBM), 122.328 hektare tanaman 
menghasilkan (TM) dan 6.307 hektare tanaman tua rusak (TTR). (ant)
http://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/03/13/84247/produksi_tbs_sawit_riau_turun_akibat_asap/#.UyEnuM5nMwo 

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
