MEDAN : Para petani karet dari berbagai sentra produksi
di Sumatera Utara memilih tidak menderes getah dan "hijrah" sementara ke
Kota Medan untuk bekerja serabutan menyusul harga jual komoditas itu
yang semakin murah.
"Petani sangat susah. Harga getah sangat
murah hanya Rp5 ribuan-Rp6 ribuan per kg, padahal produksi sedang
sedikit karena kemarau," kata K Siregar, petani karet Labuhanbatu di
Medan, Jumat 29 Maret 2014.
Untuk bertahan menghidupi keluarga, kata dia, sebagian besar petani memilih mencari kerja sementara di Kota Medan dan kota lainnya.
"Yah
ada yang menjadi sopir angkot, buruh bangunan dan membawa becak. Mau
kerja di pabrik susah karena tidak ada ijazah," katanya.
Menurut dia, harga karet sudah beberapa tahun terakhir rendah khususnya pada tahun lalu dan berlanjut hingga awal tahun ini.
K.Siregar
berharap harga karet segera naik atau pemerintah membeli karet petani
dengan harga normal. Selain itu dapat pula pemerintah memberikan bantuan
pinjaman.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia
(Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah menyebutkan, harga jual karet memang
tren rendah di bawah 2 dolar AS per kg dampak pengaruh krisis global.
Harga
karet Indonesia jenis SIR20 di bursa Singapura misalnya pada tanggal 27
Maret hanya 1,868 dolar AS per kg sehingga di pabrikan juga sebesar
Rp17.671-Rp19.671 per kg.
"Otomatis, memang harga beli ke petani ikut murah," katanya.
Pengusaha
pabrikan sendiri tidak berani berspekulasi membeli getah dalam partai
besar karena melihat fluktuasi harga begitu cepat terjadi di bursa di
tengah permintaan yang masih belum membaik.(ant)
http://eksposnews.com/view/7/68650/Harga-Karet-Ambruk-Petani-Tidak-Menderes.html
No comments:
Post a Comment