Ketua Umum Gaeki, Hutama Sugandi kepada wartawan mengatakan, kekeringan di Brazil yang berdampak terhadap turunnya produksi kopi di negara tersebut diperkirakan akan terus berlangsung hingga tahun depan. Brazil adalah negara dengan produksi kopi terbesar dunia. Kontribusinya mencapai 40 persen terhadap total kebutuhan kopi dunia yang mencapai 145 juta kantung atau sekitar 8,7 juta ton per tahun.
Dengan  berkurangnya suplai kopi dunia 
akibat gagal panen di Brazil,  maka harga  kopi terkerek naik. Sejak dua
 bulan terakhir, harga kopi  jenis robusta  berangsur naik hingga 20 
persen, dari Rp 20 ribu per  kilogram menjadi  Rp 24 ribu per kilogram. 
Sementara harga kopi jenis  arabika mengalami  kenaikan 80 persen, dari 
Rp45 ribu per kilogram  menjadi Rp 80 ribu per  kilogram.
“Inilah  yang akhirnya memicu gairah 
petani untuk menaikkan  produksinya melalui  perbaikan budidaya dan 
perluasan lahan kopi.  Diperkirakan, produksi  kopi Indonesia tahun ini 
akan naik menjadi 750  ribu ton per tahun.  Sementara ekspor kopi kami 
perkirakan akan ikut  terkerek menjadi 575  ribu ton. Naik dibanding 
realisasi tahun lalu yang  hanya dikisaran 540  ribu ton,” ujar Hutama 
Sugandi di Hotel Elmi  Surabaya.
Hanya  saja, sebagian besar ekspor kopi 
dari Indonesia adalah kopi  jenis  robusta dengan persentase sekitar 85 
persen. Padahal kebutuhan  kopi  dunia didominasi oleh kopi arabika. 
Harga arabika juga lebih  menarik  dibanding robusta. Hal ini disebabkan produksi kopi jenis  arabika di  Indonesia memang sangat kecil.
“Sebenarnya  untuk mengembangkan kopi 
arabika di Indonesia masih  sangat terbuka.  Lahan masih sangat banyak, 
hanya saja karena minimnya  infrastruktur  jalan di pegunungan, akhirnya
 petani menjadi kesulitan  untuk  mengembangkannya,” katanya.
Pada  kesempatan yang berbeda, Kepala Dinas Perkebunan
 Jatim, Samsul  Arifin  mengatakan, Jatim telah melakukan upaya 
peningkatan produksi kopi  jenis  arabika. Setiap tahunnya, perluasan 
lahan arabika ditarget  mencapai  2.000 hektar. Lahan ini diperoleh dari
 swadaya masyarakat di  pegunungan  daerah Bondowoso, Situbondo, Jember 
dan Lumajang. Untuk  menarik minat  petani, pemerintah provinsi Jatim 
memberikan insentif  berupa benih,  pupuk, kantong plastik dan upah 
pembibitan dengan nominal  sebesar Rp  2.500 per batang kopi.
“Dana  ini di ambil dari dana Anggaran 
Pendapatan dan Belanja Daerah  (APBD)  Jatim. Tahun ini, dana untuk 
stimulus petani kopi arabika  mencapai  sekitar Rp 5 miliar. Melalui 
program ini kami berharap produksi  kopi  arabika Jatim akan terus 
meningkat,” ujarnya. (kabar3.com) -
http://www.bumn.go.id/ptpn12

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
 
No comments:
Post a Comment