Mengenai dampak dari pembebasan lahan
itu, Deputi Bidang Industri Primer Kementerian BUMN, Muhammad Zamkhani
mengaku belum mengkaji secara detail. Namun, jika merujuk pembangunan
tol di Cipularang yang juga melewati lahan milik PTPN VIII, tentu
berdampak pada kualitas teh yang dihasilkan.
Dia memperkirakan nasib kualitas produk
PTPN di Sumatera tak akan beda jauh dengan pembebasan lahan untuk proyek
pembangunan tol Cipularang.
"Di sana (proyek tol Cipularang) ada
lalu lintasnya ke kebun teh, dan dengan adanya lalu lintas kendaraan,
teh agak lebih susah. Satu ada hamparan terganggu produksi, kualitas
tehnya turun karena sebagian lahannya dipotong tol. Itu PTPN VIII,"
terang dia di kantornya, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (13/3).
Sementara, dampak positif dari
pembangunan tol trans Sumatera dari sisi perekonomian masyarakat
diyakini akan semakin baik. "Positifnya perekonomian di sekitar itu akan
meningkat dan harga tanah di sana pasti juga akan naik," serunya.
Sebelumnya pemerintah telah sepakat
mempercepat pembangunan proyek pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera
(JTTS) yang hingga kini belum juga mulai digarap. Pembangunan proyek ini
tertunda lantaran belum keluarnya Peraturan Presiden (Perpres) sebagai
payung hukum pembangunan JTTS.
Untuk menggarap proyek senilai Rp 300 triliun ini, pemerintah telah menunjuk salah satu BUMN Karya, yakni Hutama Karya.
Rencananya, Jalan Tol Trans-Sumatera
akan membujur mulai dari Aceh hingga Lampung. Panjangnya 2.771 kilometer
dan dibagi menjadi 23 ruas yang akan dibangun bertahap sampai tahun
2025.
Pengerjaan akan dimulai di empat ruas yakni Pekanbaru-Dumai, Indralaya-Palembang, Medan-Binjai, dan Bakauheni-Terbanggi Besar. (chi/jpnn)
No comments:
Post a Comment