Quote:
dokumentasi "VERSI" elektronik-ku ini bermaksud membiasakan menggunakan " LESS PAPER " ,serta "PENGHORMATAN ATAS KEBEBASAN BERPENDAPAT,BEREKSPRESI,& BERKREASI," utk menyampaikan informasi,dalam "AKTIVITAS HARIAN".. beberapa "ada" yang dikutip dari berbagai sumber yang *inspiratif* jika ada yg kurang berkenan mohon dimaklumi,jika berminat utk pengembangan BloG ini silahkan kirim via email. mrprabpg@gmail.com...Thank's All Of You

running text

Search This Blog

sudah lihat yang ini (klik aja)?

Saturday, March 1, 2014

Investasi Olah Turunan CPO Ditawarkan oleh Riau

sawit
Beritadaerah.com
Dinas Perkebunan Provinsi Riau terus menggencarkan penawaran investasi di bidang pengolahan hasil turunan minyak sawit mentah atau CPO. Investasi pengembangan produk turunan atau hilirisasi CPO terus digiatkan agar dapat menghasilkan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan petani.

Penawaran investasi tersebut berkaitan dengan banyaknya pengusaha yang mengajukan permohonan berinvestasi, namun demikian lebih diharapkan mengolah hasil turunan CPO karena lahan perkebunan sawit kini sudah tidak memadai lagi.

Permohonan dari investor nasional dan internasional rata-rata masuk lima proposal per kabupaten, yakni Kabupaten Pelalawan, Kampar, Bengkalis, Inderagiri Hulu, Rokan Hulu, Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Siak, dan Kabupaten Kepulauan Meranti.

Namun demikian, penerimaan investasi tersebut tentunya harus selektif dengan harapan hanya pengembangan investasi di bidang hilirisasi CPO.

Banyak potensi pengembangan usaha di bidang hilirisasi CPO tersebut, apalagi Riau telah memiliki 164 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang bisa dikembangkan. Bupati daerah terkait sendiri harus selektif menerima permohonan berinvestasi tersebut.

Bentuk turunan CPO yang bisa dikembangkan adalah industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik, serta minyak goreng dan margarin. Selain itu, CPO juga dapat diolah menjadi bahan kimia seperti methyl ester, asam lemak (fatty acid), dan gliserin (glycerine).

Bahkan, saat ini pemerintah terus menggiatkan upaya bagaimana produk CPO bisa digunakan untuk bahan bakar alternatif (biodisel) dan bioetanol.

Di Indonesia produk turunan CPO baru banyak digunakan untuk industri pangan berupa minyak goreng, margarin, shortening, dan vegetable ghee. Kemudian untuk industri oleokimia, antara lain berupa fatty acids, fatty alcohol, dan glycerin.

Peluang investasi ini cukup besar sehingga bupati perlu selektif menerima permohonan investasi agar pengembangan ekonomi sektor perkebunan ini makin meningkat.

Sementara itu, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) saat ini berorientasi pada peningkatan produktivitas perkebunan kelapa sawit, bukan perluasan lahan.

Sekarang ini dari alokasi lahan sawit nasional seluas 9,8 juta hektar, baru 9,4 juta hektar yang sudah menjadi perkebunan, sehingga peningkatan produktivitas perkebunan sawit masih dapat dilakukan. Salah satunya dengan melakukan replanting (penanaman ulang) perkebunan sawit rakyat dengan sistem inti plasma.

Sistem inti plasma dalam kegiatan penanaman ulang kelapa sawit dapat mencegah konflik dengan masyarakat. Selama ini lahan di sekitar perkebunan sawit dikenal sebagai lahan yang berharga tinggi, sehingga kerap menimbulkan sengketa dengan masyarakat.

Dengan sistem inti plasma, masyarakat menjadi dilibatkan dalam industri perkebunan sawit. Artinya perusahaan sawit ini jangan hanya memberikan CSR (tanggung jawab sosial perusahaan), tetapi bagaimana caranya ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Indonesia sendiri diyakini akan mampu mencapai target produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang ditetapkan pemerintah, 40 juta ton, pada 2020. Target tersebut dapat terealisasi apabila program peremajaan (replanting) kebun sawit berjalan sebagaimana yang diharapkan.


Eronu Telaumbanua/Jurnalis
Editor: Eni Ariyanti
Pic: ant
 (Berita Daerah – Sumatera)

cari apa aja di OLX

Sponsor By :

TEMBAKAU DELI

Hobies

Momentum