Quote:
dokumentasi "VERSI" elektronik-ku ini bermaksud membiasakan menggunakan " LESS PAPER " ,serta "PENGHORMATAN ATAS KEBEBASAN BERPENDAPAT,BEREKSPRESI,& BERKREASI," utk menyampaikan informasi,dalam "AKTIVITAS HARIAN".. beberapa "ada" yang dikutip dari berbagai sumber yang *inspiratif* jika ada yg kurang berkenan mohon dimaklumi,jika berminat utk pengembangan BloG ini silahkan kirim via email. mrprabpg@gmail.com...Thank's All Of You

running text

Search This Blog

sudah lihat yang ini (klik aja)?

Thursday, October 13, 2011

Produksi Kakao Tahun Ini Diprediksi Turun 21,74%

JAKARTA: Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) memprediksi produksi Indonesia pada tahun ini merosot 21,74% atau 125.000 ton dibandingkan 2010.

Penurunan ini membuat total produksi kakao di Indonesia hanya 450.000 ton. Sedangkan pada tahun lalu, Askindo mencatat, produksi kakao Indonesia mencapai 575.000 ton. Ketua Umum Askindo Zulhefi Sikumbang menjelaskan produksi merosot karena produktivitas kakao di Pulau Sulawesi terganggu cuaca. Pulau Sulawesi merupakan daerah produksi kakao terbesar di Indonesia

“Juga karena sangat banyak hama. Kalau terlalu basah dia mati karena banyaknya jamur,” katanya.
Selain cuaca dan hama, perhatian pemerintah terhadap perawatan kebun kakao kurang. Menurut Zulhefi, gerakan nasional (gernas) produksi kakao tidak memberikan tindakan konkret kepada petani kakao. Misal, dana Gernas dipakai membeli pupuk formula untuk dibagikan ke petani. Satu tahun pemberian pupuk gratis, tahun berikutnya petani tidak dapat pupuk lagi.

“Harusnya Gernas memberikan program penyuluhan kepada petani. Gernas tidak sesuai yang kami harapkan. Harusnya perbanyak tenaga penyuluh, mereka harus tidur di rumah petani,” tuturnya.

Zulhefi mensinyalir produksi turun lantaran banyak petani kakao mengalihkan lahannya menjadi lahan kelapa sawit dan karet. Pengalihan ini karena produktivitas kakao rendah dibandingkan komoditas lain. Produktivitas yang rendah ini menyebabkan pendapatan petani ikut rendah.

Askindo menghitung produktivitas kakao hanya 500 kg/ha/tahun. Dengan harga kakao Rp22.00/kg, maka pendapatan petani hanya Rp11 juta/ha/tahun. Adapun komoditas sawit dapat mencapai produktivitas 30Mt/ha/tahun. Dengan harga Rp1.250/kg, maka pendatapan petani Rp37,5 juta. Produktivitas karet yang mencapai 1.000 kg/ha/tahun dan harganya Rp45.000/kg, maka pendapatan petani karet Rp45 juta. Begitu juga dengan petani jagung yang pendapatannya bisa mencapai Rp45 juta/ha/tahun.

“Dengan situasi produktivitas yang rendah ini, kapan saja petani dapat beralih. Produktivitas kakao tidak gampang naik,” ujar Zulhefi.

 Dengan peralihan kakao ke komoditas lain, dia memprediksi produksi kakao dua hingga tiga tahun mendatang tidak naik banyak. Pada 2012 hanya 500.000 ton dan 2013-2014 tidak lebih dari 600.000 ton.(api)(BI)

No comments:

cari apa aja di OLX

Sponsor By :

TEMBAKAU DELI

Hobies

Momentum