JAKARTA: Belum berkembanganya hilirisasi industri kelapa sawit di Tanah  Air disebabkan margin keuntungan budidaya kelapa sawit (on farm) lebih  besar dibandingkan dengan keuntungan di sektor industri pengolahan  kelapa sawit, tetapi secara perlahan industri pengolahan sawit akan  berkembang.
  Bungaran Saragih, Komisaris PT Citra Borneo Indah (perusahaan  perkebunan kelapa sawit), mengatakan. persoalan belum berkembangnya  industri hilir kelapa sawit di dalam negeri, karena margin keuntunganya  lebih kecil dibandingkan dengan menjual langsung dalam bentuk minyak  kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO).
  "Masalahnya lebih untung tanam sawit daripada mempunyai pabrik  pengolahan. Margin keuntungan downstream memang pasti, tetapi lebih  kecil dibandingkan dengan on farm," ujarnya seusai acara pemberian  sertifikasi ISO PT Citra Borneo Indiah hari ini.
  Modal budi daya kelapa sawit lebih kecil, karena sumber daya alam  seperti lahan, air sudah ada. Demikian juga dengan biaya tenaga kerja  yang relatif murah.
  Namun, secara perlahan industri hilir kelapa sawit akan berkembang seiring dengan semakin terbatasnya lahan. 
  "Sudah masanya nanti mulai bergeser ke situ [industri pengolahan]  secara alamiah. Orang mulai memanfaatkan yang paling menguntungkan  kemudian bergeser ke pilihan berikutnya yaitu industri pengolahan kelapa  sawit."
  Dia berpendapat tidak ada masalah dengan produksi kelapa sawit yang  sebagian diekspor dalam bentuk bahan mentah. Oleh karena itu, kata dia,  pemerintah tidak perlu membuat kebijakan disinsentif yang hanya  menguntungkan kelompok tertentu saja.
  Realisasi ekspor minyak kelapa sawit pada 2010 mencapai 17,09 juta ton  yang masih didominasi CPO sebesar 8,78 juta ton dan Kernel Oils 1,43  juta ton, sedangkan ekspor produk turunan CPO hanya 6,88 juta ton. (sut)/BI

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
